Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sosok di Balik Air India yang Alami Kecelakaan Terburuk, Tewaskan 241 Orang

Sosok J.R.D. Tata, konglomerat di balik Air India yang baru saja mengalami kecelakaan dan menewaskan 241 orang, terburuk dalam satu dekade.
Pesawat Air India/X @airindia
Pesawat Air India/X @airindia

Bisnis.com, JAKARTA - Pesawat Air India mengalami kecelakaan pada Kamis (12/6/2025) yang menewaskan lebih dari 240 orang. 

Bencana penerbangan itu terjadi hanya dalam hitungan detik setelah lepas landas, dan disebut sebagai yang terburuk dalam satu dekade. 

Semua penumpang kecuali satu orang di dalam pesawat Air India yang menuju London itu tewas setelah pesawat itu jatuh dan membumbungkan bola api besar beberapa saat setelah lepas landas di kota Ahmedabad, India bagian barat.

Air India mengonfirmasi bahwa 241 dari 242 orang di dalam pesawat itu tidak selamat, dan hanya seorang warga negara Inggris yang secara ajaib selamat dengan luka ringan.

Kecelakaan Air India juga menjadi kecelakaan pertama pada armada baru, Boeing 787.

Sosok Konglomerat di Balik Air India

Air India merupakan maskapai penerbangan yang didirikan pada 1932 di bawah perusahaan milik konglomerat J. R. D Tata. Maskapai ini mengawali kiprahnya degan nama Tata Airlines) yang berkembang menjadi maskapai penerbangan internasional andalan India. 

Selain rute domestik, maskapai ini juga melayani Asia selatan dan timur, Timur Tengah, Eropa, Afrika, Australia, Amerika Serikat, dan Kanada. Sementara, maskapai ini berpusat di Mumbai.

Pesawat ini hadir didirikan oleh, Jehangir Ratanji Dadabhoy Tata, konglomerat India Tata & Sons, yang memainkan peran penting dalam membangun infrastruktur ekonomi India. 

Di bawah tangan dingin pria kelahiran 29 Juli 1904 itu,, Tata & Sons membangun lokomotif, kilang baja, maskapai penerbangan, pabrik kimia, dan perusahaan berbasis teknologi. 

Pada 1938, saat pecahnya Perang Dunia II, Tata mampu mengarahkan perusahaan milik keluarganya melalui iklim politik India yang penuh gejolak. Dia bekerja dengan para perwira kolonial Inggris, dan kemudian bekerja sama erat dengan beberapa pemimpin India di bawah rezim pemerintah yang pro dan antibisnis. 

Selanjutnya, Tata & Sons membantu merevolusi praktik bisnis di India. Dari meresmikan dan menjadi pionir hari kerja, jam kerja delapan jam, dan cuti berbayar hingga memberikan tunjangan pensiun, kebijakan Tata menciptakan standar yang menjadi acuan bagi perusahaan lain, dan akhirnya regulator pemerintah India. 

Memadukan praktik bisnis yang manusiawi dengan kecerdasan politik dan semangat perintis, J.R.D Tata dikenang sebagai salah satu pemimpin bisnis paling penting dan berpengaruh di India.

Pada 1932, J.R.D. Tata juga yang meresmikan layanan terjadwal pertama Tata Airlines, dengan menerbangkan surat dan penumpang antara Karachi, Ahmadabad, Bombay (sekarang Mumbai), Bellary, dan Madras (sekarang Chennai). 

Pada 1939 rutenya kemudia diperluas ke Trivandrum, Delhi, Colombo, Lahore, dan titik-titik perantara. Setelah Perang Dunia II, pada tahun 1946, Tata Airlines diubah menjadi perusahaan publik dan berganti nama menjadi Air-India Limited. 

Dua tahun kemudian, untuk meresmikan layanan internasional antara Bombay dan Kairo, Jenewa, dan London, Air-India International Limited dibentuk.

Pada 1953, India menasionalisasi semua maskapai penerbangan India, menciptakan dua perusahaan, yang satu untuk layanan domestik, disebut Indian Airlines Corporation (menggabungkan Air-India Limited dengan enam maskapai yang lebih kecil). 

Sementara itu, satu lagi untuk layanan internasional, Air-India International Corporation. Nama yang terakhir disingkat menjadi Air-India pada 1962. 

Dalam beberapa dekade berikutnya, sebagai maskapai penerbangan nasional India, maskapai ini memperluas rute internasionalnya ke semua benua kecuali Amerika Selatan, dan memperluas operasi kargonya. 

Untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam pencarian reservasi terkomputerisasi, maskapai ini menghapus tanda hubung dari namanya pada 2005 dan menjadi Air India.

Setelah India mulai mengizinkan maskapai penerbangan swasta pada 1994, Air India berjuang untuk tetap kompetitif. Meskipun sempat mengalami kerugian yang signifikan dalam pangsa pasar, perusahaan tersebut tetap membengkak dengan armada dan tenaga kerja yang terlalu besar. 

Perusahaan tersebut mulai membukukan kerugian pada 2007 dan bergabung dengan Indian Airlines pada akhir tahun itu untuk membentuk National Aviation Company of India Ltd. (NACIL), dan berganti nama menjadi Air India Ltd. pada 2010. 

Setelah mengakumulasi utang miliaran dolar selama dekade berikutnya, pemerintah mulai berupaya memprivatisasi perusahaan tersebut pada 2017. Setelah bertahun-tahun kurang berhasil, maskapai penerbangan tersebut akhirnya dijual ke Tata Group pada 2021.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper