Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah pengangguran di Indonesia terus bertambah, kini semakin banyak lulusan universitas dengan gelar sarjana tak bisa mendapatkan kerja yang layak.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai dengan Februari 2025 saja, ada sebanyak 7,28 juta orang atau 4,76% dari total angkatan kerja pada Februari 2025 sebanyak 153,05 juta orang.
Beberapa fenomena pencari kerja pun ramai di media sosial, di mana ribuan orang mengantre untuk wawancara kerja di depan sebuah toko, meskipun kebutuhan karyawannya hanya puluhan orang.
Tak sedikit pula cerita banyak sarjana akhirnya tidak bisa memanfaatkan hasil belajarnya di perkuliahan dan bekerja sebagai tukang ojek atau bahkan tukang sampah.
Meskipun pemerintah menjanjikan jutaan lapangan kerja, itu pun belum cukup untuk menampung seluruh pengangguran yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, satu profesi ini mungkin bisa dicoba, yakni Solopreneur.
Baca Juga
Apa itu Solopreneur?
Bagi pebisnis pasti tidak asing dengan kata entrepreneur atau pengusaha. Banyak l orang mungkin mulai berbisnis lewat jalur waralaba, atau membangun bisnis bersama beberapa orang teman. Tapi, ada pula yang mungkin memilih jalur solopreneur.
Solopreneur adalah seseorang yang membangun, memiliki, dan mengelola bisnis serta mengawasi semua tanggung jawab terkait tanpa karyawan.
Mereka bertanggung jawab penuh atas kesuksesan bisnis dan biasanya mendapatkan semua keuntungan dari operasional perusahaan. Ini juga berarti mereka bertanggung jawab atas semua biaya bisnis.
Solopreneur biasanya memulai bisnis mereka sendiri karena mereka memiliki ide yang ingin mereka wujudkan, menginginkan fleksibilitas yang lebih besar dalam jadwal mereka, atau ingin menjadi bos bagi diri mereka sendiri.
Meskipun solopreneur dan entrepreneur memiliki fungsi yang serupa di perusahaan mereka, ada beberapa perbedaan utama yang perlu diingat.
Salah satu perbedaan di antara keduanya adalah peran dan keahlian di perusahaan. Solopreneur adalah pendiri sekaligus karyawan tunggal perusahaan mereka.
Sementara, entrepreneur adalah pemimpin tim atau anggota kelompok eksekutif, di mana mereka biasanya menjabat sebagai CEO perusahaan. Karena peran-peran ini memiliki tanggung jawab yang berbeda, solopreneur dan wirausahawan dapat mengembangkan keterampilan untuk membantu mereka sukses.
Untuk menjalankan perusahaan mereka secara lebih efektif, solopreneur mungkin perlu berfokus pada pengembangan pribadi dan profesional. Misalnya, seorang solopreneur mungkin ingin mengasah keterampilan manajemen keuangan, negosiasi, dan pemecahan masalah mereka.
Sementara itu, entrepreneur dapat mendedikasikan waktu untuk mengembangkan diri di bidang kepemimpinan dan perencanaan proyek, serta berfokus pada keterampilan kerja sama tim dan kolaborasi.
Keuntungan menjadi Solopreneur
1. Fleksibilitas dalam penjadwalan
Solopreneur biasanya bekerja dengan kecepatan dan jadwal mereka sendiri. Hal ini dapat membantu mereka memiliki kendali lebih besar atas produktivitas dan waktu luang mereka. Fleksibilitas solopreneur juga dapat membantu menyediakan waktu bagi seseorang yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan, seperti mengejar gelar atau sertifikasi yang lebih tinggi.
2. Tanpa manajemen tim
Solopreneur bisa menjadi peluang yang sangat baik bagi mereka yang ingin memiliki bisnis tanpa perlu mengelola orang lain. Beberapa orang lebih suka bekerja tanpa tanggung jawab mengelola, mengembangkan, dan mendukung karyawan. Hal ini memungkinkan solopreneur menghemat biaya tenaga kerja, tunjangan, dan biaya lain yang terkait dengan perekrutan staf penuh waktu atau paruh waktu.
3. Keuntungan pribadi yang lebih besar
Memiliki bisnis sebagai solopreneur berarti menyimpan lebih banyak keuntungan perusahaan untuk diri sendiri. Keuntungan yang lebih besar dapat berarti lebih banyak peluang untuk meningkatkan kualitas hidup atau berinvestasi dalam proyek-proyek yang Anda minati. Misalnya, Anda dapat mengembangkan diri, seperti melanjutkan pendidikan atau keahlian, atau bahkan memulai bisnis kedua.