Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sosok di Balik Cartier yang Salip LVMH, Brand Mewah Orang Terkaya di Dunia Bernard Arnault

Sosok miliarder di balik perusahaan induk Cartier, yang kinerjanya melampaui LVMH milik orang terkaya ketiga di dunia Bernard Arnault
Johann Peter Rupert/bloomberg
Johann Peter Rupert/bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja bisnis brand barang mewah Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH) milik orang terkaya ketiga di dunia, Bernard Arnault dilampaui oleh pesaingnya, Richemont. 

LVMH adalah konglomerat mewah terbesar di dunia.  Sebagai pemilik merek seperti Louis Vuitton, Moët & Chandon, dan Bulgari. Perusahaan asal Prancis ini identik dengan kemewahan dan menghasilkan banyak uang dari industri tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh posisi CEO Bernard Arnault sebagai orang terkaya ketiga di dunia.  

Namun ada perusahaan lain yang ternyata bisa mengalahkan kinerja LVMH, yang namanya mungkin tak setenar rivalnya, Richemont.

Perusahaan kongomerat Richemont yang berbasis di Swiss, di balik merek seperti Cartier, Van Cleef & Arpels, dan Piaget, sedang menikmati momennya.

Melansir Business Insider, saham Richemont naik lebih dari 20% sejak awal tahun, mengungguli LVMH serta Kering, yang menjual merek seperti Gucci dan Saint Laurent. Hal ini merupakan keuntungan bagi investor yang mencari kepastian bahwa stok barang mewah di Eropa belum habis, terutama di China.

Sosok di Balik Richemont

Di belakang perusahaan konglomerat Richemont ada sosok Johann Peter Rupert, miliarder asal Afrika Selatan dengan kekayaan US$11,8 miliar atau sekitar Rp193,37 triliun. 

Pria kelahiran 1 Juni 1950 itu dibesarkan di Stellenbosch, Afrika Selatan, dan belajar di jurusan ekonomi dan hukum perusahaan di Paul Roos Gymnasium dan University of Stellenbosch. 

Setelah lulus, dia mulai mengejar karir di bidang bisnis, dan kemudian mendirikan Rand Merchant Bank pada 1979 ketika dia kembali ke Afrika Selatan setelah bekerja dan belajar di New York selama lima tahun. Dia menjabat sebagai Chief Executive Officer dan kemudian menjadi Ketua Non-Eksekutif.   

Pada 1985 dia ditunjuk sebagai Direktur Eksekutif Rembrandt Group Ltd, perusahaan tembakau dan alkohol milik ayahnya  yang didirikan sejak 1940. 

Selanjutnya, pada 1988 dia melebarkan sayap bisnisnya dengan mendirikan Richemont, dan ditunjuk sebagai CEO Richemont SA dan Direktur Pelaksana Compagnie Financière Richemont AG.  

Pada 2002 dia kemudian diangkat sebagai Ketua sekaligus CEO Compagnie Financière Richemont SA.

Selain memilki pengaruh besar di belakang Richemont, Rupert juga berperan penting di Vodacom, kelompok spesialis komunikasi seluler di Afrika. Dia juga berperan penting dalam mendirikan Tracker Network (Pty) Ltd, yang berspesialisasi dalam sistem pemulihan kendaraan curian.

Namun, pada 2005 Rupert menjual Vodacom ke Vodafone seharga 21 miliar rand Afrika, atau sekitar Rp19,17 triliun melalui restrukturisasi VenFin Limited.  

Pada 2006 dia kemudian diangkat sebagai Ketua Peace Parks Foundation dan juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan di bidang Perdagangan oleh Nelson Mandela Metropolitan University pada 2008.

Pada awal 2009 dia lalu diangkat sebagai “Officier” dari “Ordre National de la Légion d’Honneur” Prancis oleh Presiden Prancis. Dia lantas menjadi anggota Dewan Penasihat di Nelson Mandela Children's Fund sejak didirikan.   

Sebagai anggota pendiri Small Business Development Corporation pada 1979, dia kini menjadi Ketua organisasi yang berganti nama menjadi Business Partners Ltd. dan pada 2009 dia terpilih sebagai Rektor University of Stellenbosch tempatnya dulu berkuliah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper