Bisnis.com, JAKARTA - Phil Knight, salah satu pendiri dan ketua Nike, memberikan donasi yang mencapai rekor pekan ini sebesar US$2 miliar kepada Knight Cancer Institute di Oregon Health & Science University.
Dalam donasi terseut, Knight dan istrinya, Penny, menyumbangkan untuk berinvestasi dalam "penelitian, diagnosis, pengobatan, perawatan, dan suatu hari nanti, pemberantasan kanker."
Investasi keluarga Knight senilai US$2 miliar akan tercatat sebagai donasi terbesar yang pernah diterima sebuah institusi pendidikan di AS.
"Donasi ini merupakan investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi jutaan jiwa yang terbebani kanker, terutama pasien dan keluarga di Oregon," ujar Presiden OHSU, Shereef Elnahal, dilansir The Spun.
Donasi tersebut juga merupakan sinyal kepercayaan atas pekerjaan luar biasa yang dilakukan oleh para dokter, peneliti, dan rekan tim di Knight Cancer Institute, serta visi Dr. Druker seputar sistem perawatan multidisiplin, yang berfokus pada pengalaman pasien yang mulus sejak mereka menerima diagnosis.
Phil dan Penny pernah bekerja sama dengan Brian Druker dan tim Knight Cancer Institute sebelumnya, sehingga mereka jelas merasa yakin untuk memberikan dana sebesar US$2 miliar.
Baca Juga
Mengintip Kekayaan Phil Knight
Punya harta melimpah US$35,6 Miliar, atau sekitar Rp578 triliun pada 2025, Phil Knight merupakan seorang pengusaha, penggemar olahraga, dan filantropis.
Phil Knight memperoleh kekayaan bersihnya dari menjadi pendiri dan pemegang saham individu terbesar Nike Inc. secara langsung dan melalui trust, Knight dan keluarganya memiliki sekitar 300 juta lembar saham Nike.
Sebagian besar kepemilikan mereka dikendalikan oleh trust keluarga bernama Swoosh. Phil secara pribadi masih memiliki 32 juta lembar saham, dan putranya, Travis Knight, juga memiliki 41 juta lembar saham secara langsung.
Knight merupakan seorang atlet lari di University of Oregon, tempat dia mengembangkan minat pada sepatu lari. Ketertarikan ini mendorongnya untuk menempuh pendidikan pascasarjana di bidang bisnis di Stanford University, tempat dia menulis makalah yang mengusulkan bahwa sepatu lari berkualitas tinggi dari Jepang dapat bersaing dengan merek-merek Jerman yang sudah mapan di pasar Amerika.
Setelah lulus, Knight mempraktikkan teorinya. Dia pergi ke Jepang dan mendapatkan kesepakatan distribusi dengan Onitsuka Tiger, produsen sepatu asal Jepang.
Pada tahun 1964, Phil dan mantan pelatih larinya, Bill Bowerman, mendirikan Blue Ribbon Sports (BRS) untuk menjual sepatu ini di AS. Inovasi teknis Bowerman dalam desain sepatu, dipadukan dengan ketajaman bisnis Knight, terbukti menjadi kemitraan yang kuat.
Pada tahun 1971, BRS bertransisi menjadi Nike, yang dinamai sesuai nama dewi kemenangan Yunani. Kecerdasan pemasaran Knight menjadi bukti nyata dengan diperkenalkannya logo "swoosh" dan dukungan dari para atlet, yang memainkan peran penting dalam membangun merek Nike.
Salah satu dukungan awal yang paling menonjol adalah penandatanganan kontrak dengan pemain basket Michael Jordan pada tahun 1984, yang mengarah pada penciptaan lini sepatu Air Jordan, sebuah momen penting dalam dunia pemasaran olahraga.
Di bawah kepemimpinan Knight, Nike tumbuh menjadi raksasa global, mendominasi pasar pakaian olahraga dan berekspansi ke berbagai cabang olahraga dan wilayah.
Visi Knight melampaui inovasi produk dan pemasaran. Dia juga berfokus pada budaya perusahaan, menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas dan inovasi.
Phil Knight kemudian mengundurkan diri sebagai CEO Nike pada tahun 2004, tetapi tetap aktif terlibat sebagai ketua hingga tahun 2016. Gaya kepemimpinan dan strategi bisnisnya telah banyak dipelajari dan dikagumi di dunia korporat.
Dia juga dikenal atas upaya filantropisnya, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, dan sering berkontribusi kepada Universitas Oregon serta berbagai organisasi lainnya.