Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan perangkat lunak terbesar Australia, Canva, memulai penjualan saham staf dengan valuasi barunya senilai AU$65 miliar atau sekitar US$42 miliar, setara dengan Rp686,3 triliun.
Mengutip The Australian Financial Review, salah satu pendiri dan kepala operasi Cliff Obrecht dari perusahaan perangkat lunak desain yang berbasis di Surry Hills itu menulis surat kepada staf pada Rabu lalu untuk menjelaskan ketentuan penjualan saham tersebut.
Terungkap bahwa "Canvanauts" istilah Canva untuk karyawannya yang memenuhi syarat, baik saat ini maupun sebelumnya, akan dapat menjual hingga AU$3 juta (US$4,6 juta) dari ekuitas yang telah mereka investasikan dengan harga AU$1.646,14 per saham.
Canva mengonfirmasi telah mencapai valuasi tertingginya setelah dua investor modal ventura pertamanya, Blackbird dan Square Peg, menaikkan valuasi Canva mereka sendiri menjadi US$42 miliar (AU$65 miliar).
Valuasi ini berarti Canva kini bernilai lebih tinggi di atas kertas, dibandingkan dengan mayoritas perusahaan ASX 100, termasuk perusahaan raksasa seperti Telstra, Woodside, dan Rio Tinto.
Dalam sebuah pernyataan, Obrecht mengatakan dia bangga perusahaan tersebut menjadi salah satu platform yang paling banyak digunakan di internet.
Baca Juga
Perusahaan ini mengklaim telah memiliki 240 juta pengguna aktif bulanan, dengan 27 juta di antaranya membayar untuk menggunakan produknya.
Canva juga menyatakan telah melampaui pendapatan tahunan sebesar US$3,3 miliar, metrik yang diunggulkan oleh perusahaan teknologi yang berkembang pesat.
Valuasi baru itu juga berarti membuat kekayaan gabungan Obrecht dan rekan pendiri sekaligus istrinya, Melanie Perkins, meroket hingga mendekati AU$20 miliar atau setara dengan Rp209,97 triliun. Mereka menjadi orang Australia terkaya ke-enam, menurut Daftar Orang Terkaya Financial Review.
Profil Pendiri Canva
Pasangan suami istri Melanie Perkins dan Cliff Obrecht, merupakan dua dari trio pendiri perusahaan teknologi swasta terpopuler di Australia, Canva, yang telah lama menjadi incaran industri AS.
Melanie Perkins lahir pada tahun 1987 di Perth, Australia, dan memiliki garis keturunan Malaysia, Filipina, dan Sri Lanka dari ayahnya. Perkins kemudian bersekolah di Sacred Heart College di Sorrento, pinggiran kota Perth.
Selama masa itu, dia juga bercita-cita menjadi atlet seluncur indah profesional.
Terjun ke dunia bisnis sejak berusia 14 tahun, Perkins telah memulai bisnis pertamanya, yaitu menjual syal buatan tangan di seluruh Perth. Setelah lulus SMA, dia kuliah di University of Western Australia, mengambil jurusan komunikasi, psikologi, dan perdagangan.
Sementara itu, Perkins juga bekerja sebagai guru privat untuk mahasiswa desain grafis. Dia akhirnya keluar dari kuliah untuk mengejar karier bisnisnya.
Saat kuliah, dia bertemu dengan Clifford yang juga berkuliah di University of Western Australia. Mereka kemudian memulai Canva di Perth pada 2012 bersama Cameron Adams, yang kini berada di posisi ke-22 orang terkaya di Australia.
Lewat Canva, Perkins juga menjadi salah satu CEO perempuan termuda di perusahaan rintisan teknologi yang valuasinya lebih dari US$1 miliar dan salah satu wanita terkaya di Australia.
Sejak itu menjadi harapan terkuat bagi dunia modal ventura Australia untuk meraih keuntungan besar. Valuasi Canva sempat terpukul ketika suku bunga naik pada 2022, tetapi kepanikan tidak pernah terjadi dan kini mulai menanjak lagi hingga mencapai US$42 miliar atau mencapai sekitar AU$65 miliar.