Bisnis.com, JAKARTA - Kerajaan Arab Saudi tengah berduka, dengan meninggalnya, Alwaleed bin Khaled bin Talal Al Saud, di usia 36 tahun setelah mengalami koma selama 20 tahun.
Dikenal sebagai Sleeping Prince alias ‘Pangeran Tidur’, Alwaleed bin Khaled meninggal dunia pada 19 Juli 2025.
Kehidupan Pangeran Alwaleed bin Khaled berubah total pada 2005, ketika masih berusia 15 tahun, dia mengalami sebuah kecelakaan mobil dan membuatnya mengalami cedera otak parah.
Saat itu, dia sedang belajar di akademi militer di London, yang seharusnya menjadi awal masa depan yang cerah dan menjanjikan justru menjadi pertempuran antara hidup dan mati selama dua dekade bagi sang Pangeran.
Meskipun sudah mendapatkan perawatan medis terbaik di dunia dari para spesialis Amerika, Spanyol, dan Saudi, serta doa yang tak terhitung jumlahnya, Pangeran Alwaleed tetap koma.
Dia hanya sesekali menunjukkan sedikit gerakan, yang tetap menjaga harapan keluarganya tetap hidup.
Di masa sulit ini, ayahnya, Pangeran Khaled bin Talal Al Saud, menjadi simbol cinta tanpa syarat dan keyakinan yang tak pernah pudar. Selama bertahun-tahun, dia tak pernah menyerah pada putranya, menolak seruan untuk menghentikan alat bantu hidupnya.
Sosok Khaled bin Talal Al Saud
Ayah Alwaleed, Khaled bin Talal Al Saud merupakan seorang pengusaha dan pemberontak. Dia Lahir pada 10 Januari 1962, dan merupakan cucu dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz.
Ibunya, Mona El Solh, adalah putri Riad as-Solh, merupakan Perdana Menteri pertama Lebanon. Dia juga merupakan adik kandung Pangeran Alwaleed bin Talal, miliarder Saudi yang sering dijuluki sebagai Warren Buffett dari Tanah Arab.
Khalid pernah dikenal karena jabatannya sebagai presiden Klub Voli Al-Hilal, tetapi dia lebih menarik perhatian internasional karena sikap politiknya yang berapi-api daripada kiprahnya di dunia olahraga.
Pandangannya sangat konservatif, hingga sering berselisih dengan anggota keluarga yang condong ke arah reformasi, termasuk saudaranya sendiri, Alwaleed, yang mendanai sebuah film Saudi yang diputar di bioskop-bioskop menentang oposisi Islamis.
Ketenaran Khalid mencapai puncaknya pada 2011 ketika dia secara terbuka menawarkan US$900.000 untuk menangkap seorang tentara Israel, sebuah langkah balasan menyusul laporan pemberian hadiah oleh kelompok-kelompok ekstremis Israel.
Pada 2017, Khalid juga sempat ditangkap dan dibui, karena menentang reformasi yang mencabut wewenang penangkapan polisi agama Islam. Dia dibebaskan setahun kemudian, dilaporkan di bawah tekanan internasional menyusul insiden Jamal Khashoggi.
Garis Keturunan Miliarder dengan Kekayaan Kerajaan Total Senilai US$1,4 Triliun
Di samping ayahnya yang kontroversial, Alwaleed bin Khaled merupakan keponakan Alwaleed bin Talal, kakak laki-laki Khaled dan salah satu orang terkaya di dunia.
Dengan kekayaan yang diperkirakan mencapai sekitar US$20 miliar, Alwaleed paling dikenal secara internasional karena investasi awalnya di Apple, Twitter, Citigroup, dan jaringan hotel seperti Four Seasons.
Namun, kekayaan gabungan keluarga tersebut bahkan lebih besar daripada itu. Dengan perkiraan kekayaan bersih sebesar US$1,4 triliun, keluarga Kerajaan Saud dilaporkan enam belas kali lebih kaya daripada keluarga kerajaan Inggris.
Kekayaan itu tercermin dari kepemilikan harta yang terlihat megah, mulai dari Istana Al Yamamah, yang terletak di Riyadh, yang membentang seluas 4 juta kaki persegi. Istana tersebut memiliki lebih dari 1.000 kamar, bioskop, arena bowling, kolam renang dalam dan luar ruangan, dan bahkan tempat tisu berlapis emas.
Dilapisi marmer Italia, langit-langit berukir, dan motif dinding Islam yang dilukis tangan menjadikannya pesta visual yang meriah.
Untuk bersantai, dahulu Raja Salman juga gemar beristirahat di Istana Al-Awja, yang digambarkan sebagai tempat peristirahatan pribadi untuk menerima tamu kehormatan internasional dalam suasana yang memadukan arsitektur tradisional Najdi dengan kemewahan modern.
Ada pula Istana Erga, yang konon pernah dikunjungi oleh mantan Presiden AS Barack Obama, tempat diplomasi tingkat tinggi berpadu dengan keramahtamahan berbalut kemewahan.
Keluarga superkaya ini juga menghabiskan US$400 juta untuk sebuah kapal pesiar bernama Serene, lengkap dengan dua helipad, dek observasi bawah air, ruang salju, dan kolam renang air laut.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman Al Saud juga dilaporkan menyimpan lukisan Leonardo da Vinci, Salvator Mundi, senilai US$450 juta di dalam istana.
Selain itu, Pangeran Abdulaziz memiliki kapal pesiar lain sepanjang 484 kaki, dengan 32 kamar, pusat kebugaran, spa, bioskop, dan tempat tinggal kru untuk 65 orang.
Lalu ada Boeing 747-400, pesawat penumpang terbesar di dunia, yang dikustomisasi menjadi istana di angkasa, lengkap dengan kamar mandi berlapis emas dan kamar tidur pribadi.
Suatu kali, mereka memesan seluruh penerbangan Emirates untuk 80 ekor elang, masing-masing diberi tempat duduknya sendiri.
Tak hanya itu, Turki Bin Abdullah, anggota keluarga kerajaan Saudi lainnya, juga memiliki armada mobil super senilai US$22 juta, termasuk Lamborghini Aventador SuperVeloce, Bentley Continental, Mercedes G-Class, dan Rolls-Royce Phantom, beberapa di antaranya sepenuhnya berlapis emas.
Namun, kecintaan keluarga ini terhadap seni menyaingi selera mereka terhadap mobil supermewah. Dari Les Femmes d'Alger karya Picasso seharga US$160 juta, hingga karya kontemporer Jeff Koons dan Damien Hirst, Kerajaan Saud memperlakukan koleksi seninya sebagai modal budaya sekaligus investasi bernilai tinggi.