Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Orang Terkaya Jepang Pemilik Uniqlo, yang Harganya Bakal Naik Imbas Tarif Trump

Uniqlo milik Tadashi Yanai, orang terkaya di Jepang, bakal menaikkan harga produk khususnya untuk cabang di Amerika Serikat imbas tarif Trump.
Pejalan kaki melewati toko Uniqlo di Shanghai, China pada Rabu (14/6/2023). / Bloomberg-Raul Ariano
Pejalan kaki melewati toko Uniqlo di Shanghai, China pada Rabu (14/6/2023). / Bloomberg-Raul Ariano

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan Fast Retailing Co. induk usaha Uniqlo milik orang terkaya di Jepang, mengatakan pada bahwa tarif AS yang lebih tinggi akan berdampak pada kenaikan harga produknya, terutama bagi gerai yang beroperasi di AS, mulai akhir tahun ini. 

Keputusan tersebut dilakukan dipicu oleh penerapan tarif yang tidak menentu oleh Presiden AS Donald Trump, yang telah meredam antusiasme berbelanja di AS dan pasar konsumen utama lainnya.

Dilansir Reuters, awal pekan lalu Trump telah menetapkan batas waktu baru 1 Agustus untuk tarif "timbal balik", yang akan memengaruhi hampir semua mitra dagang.

Takeshi Okazaki, Direktur Keuangan Fast Retailing, mengatakan bahwa hal itu akan membuat perusahaan semakin sulit menanggung semua biaya. 

"Pendekatan kami adalah menaikkan harga jika memungkinkan dan bukan jika tidak memungkinkan, sambil pada akhirnya berfokus pada penciptaan bisnis berkelanjutan yang menghasilkan keuntungan secara aman,"

Mayoritas produk Uniqlo yang dijual di AS diproduksi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Dalam suratnya pada Rabu (9/7/2025), Trump memberi tahu Sri Lanka, eksportir pakaian utama ke AS, akan dikenakan tarif 30% mulai 1 Agustus. 

Sementara itu, Vietnam juga akan dikenakan tarif AS yang lebih rendah, yaitu 20%, tetapi pengiriman barang dari negara ketiga melalui Vietnam akan dikenakan tarif 40%, ujar Trump pekan lalu.

Pendiri Uniqlo

Dari satu toko di Hiroshima, Jepang bagian barat, 40 tahun yang lalu, Uniqlo kini telah berkembang menjadi lebih dari 2.500 lokasi di seluruh dunia, menjual pakaian berbahan wol dan kemeja katun murah yang sebagian besar dibuat di China dan pusat manufaktur Asia lainnya.

Perusahaan ritel ini dibangun oleh orang paling kaya di Jepang, Tadashi Yanai, dengan kekayaan senilai US$43,1 miliar atau setara dengan Rp700,50 triliun. 

Tadashi Yanai merupakan seorang pengusaha kelahiran Yamaguchi, Jepang, pada 7 Februari 1949. Berbisnis pakaian sudah digelutinya sejak muda karena sejak kecil, dia tinggal bersama orang tuanya yang juga memiliki toko pakaian. 

Yanai lulus dan meraih gelar sarjana ekonomi dan politik dari Universitas Waseda pada 1971. Dia kemudian memulai kariernya dengan menjual alat-alat dapur dan pakaian pria di supermarket Jusco.

Pada 1984, Yanai memutuskan untuk mendirikan usahanya sendiri dengan nama Unique Clothing Warehouse di Hiroshima yang kemudian berganti nama menjadi Uniqlo.

Pada 1991, dia mengubah perusahaan ayahnya, yang semula namanya Ogori Shoji menjadi Fast Retailing, dan sesuai namanya, Fast Retailingmenjadi peritel dengan tercepat di Jepang yang berhasil membuka lebih dari 100 toko dalam tiga tahun. 

Sebagian besar kekayaan Yanai diperoleh dari sahamnya di Fast Retailing, perusahaan induk Uniqlo. Mengutip Bloomberg berdasarkan situs resminya, Fast Retailing sendiri merupakan peritel pakaian terbesar di Asia dengan lebih dari 2.400 toko yang tersebar di berbagai negara.

Fast Retailing juga memegang sejumlah brand lainnya seperti Theory, Helmut Lang, J. Brand, dan GU.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper