Bisnis.com, JAKARTA - Miliarder Jensen Huang, pendiri sekaligus CEO perusahaan pembuat chip Nvidia, mengalami lonjakan kekayaan bersih sebesar US$6,6 miliar atau sekitar Rp111,5 triliun pada Selasa (8/4/2025), sehingga total kekayaannya menjadi US$92,3 miliar.
Lonjakan mendadak ini terjadi di tengah penurunan tajam pasar yang dipicu oleh kebijakan tarif baru pemerintahan Trump yang telah mengguncang kepercayaan investor di seluruh sektor teknologi beberapa hari sebelumnya.
Keuntungan tak terduga Huang datang saat saham Nvidia (NVDA) melonjak hingga 7% pada perdagangan awal Selasa, yang memimpin pemulihan luas di antara "Magnificent Seven", sekelompok perusahaan teknologi terbesar di AS.
Kenaikan saham Nvidia menambah kenaikan 3,5% pada Senin (7/4/2025), mengakhiri periode volatilitas yang menyebabkan saham berfluktuasi liar sebagai respons terhadap ketidakpastian geopolitik dan dampak tarif.
Rencana tarif global dua langkah pemerintahan Trump, yang diumumkan pada 2 April 2025, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Wall Street.
Kebijakan tersebut mencakup tarif dasar 10% untuk semua impor global, yang mulai berlaku selama akhir pekan, dan tarif "timbal balik" yang akan datang dan menargetkan negara-negara yang mengenakan bea lebih tinggi pada produk-produk AS.
Baca Juga
Pengumuman tersebut memicu kerugian yang mengejutkan sebesar US$1,8 triliun dalam nilai pasar di seluruh saham teknologi utama minggu lalu.
Bagi Nvidia, ancaman tarif ini sangat terasa. Perusahaan ini sangat bergantung pada manufaktur di Taiwan dan China wilayah yang kini menjadi sasaran kebijakan perdagangan baru Trump.
China, telah membalas dengan serangkaian tarifnya sendiri atas barang-barang AS, yang membuat perusahaan seperti Nvidia terekspos di kedua ujung rantai pasokan.
Meskipun ada hambatan yang membayangi, investor tampaknya masih menilai kembali seberapa dalam dampaknya.
Beberapa analis mencatat bahwa server AI Nvidia yang diimpor dari Meksiko tetap dikecualikan dari tarif baru berdasarkan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA), yang berpotensi memperlunak pukulan terhadap laba bersihnya.
Dilansir Nairametrics, Analis Bernstein, Stacy Rasgon menyoroti pengecualian ini sebagai faktor utama di balik pemulihan saham.
Nvidia bukan satu-satunya raksasa teknologi yang bangkit kembali. Saham Meta melonjak hampir 6%, Tesla naik lebih dari 5%, dan Amazon naik hampir 5%. Microsoft naik hampir 4%, sementara Google (GOOG) dan Apple naik lebih dari 2%.
Namun, prospek jangka panjangnya masih belum pasti. Laporan memperingatkan bahwa rantai pasokan global perusahaan teknologi masih rentan, dan sengketa tarif dapat meluas.
Apple, misalnya, memproduksi 90% iPhone-nya di China. Tesla mendapatkan sebagian besar komponennya dari luar negeri, dan chip Nvidia bergantung pada rute pasokan internasional yang kompleks.