Bisnis.com, JAKARTA -- Di tengah penurunan daya beli masyarakat, muncul fenomena yang kembali ramai, yakni "rojali" alias rombongan jarang beli.
Rojali kerap menyerang pusat-pusat perbelanjaan, di mana orang-orang yang datang kebanyakan hanya keliling melihat-lihat tanpa membeli apa pun, atau lebih dikenal dengan "window shopping".
Namun, fenomena tersebut agaknya tak berpengaruh pada pusat belanja minimarket seperti Indomaret atau Alfamart, di mana orang yang berkunjung biasanya sudah punya tujuan untuk membeli barang tertentu, alih-alih hanya melihat-lihat.
Hal ini juga tercermin pada kinerja positif kedua minimarket terbesar di Indonesia tersebut. Mulai dari pengelola peritel Alfamart PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) yang mampu laba bersih sebesar Rp1,88 triliun sepanjang semester I/2025.
Sementara itu, pengelola Indomaret, PT Indomarco Prismatama membukukan kinerja yang positif sepanjang paruh pertama tahun 2025. Indomaret mampu membukukan laba bersih sebesar Rp1,18 triliun pada periode ini.
Selain mirip dari sisi kinerja, keduanya juga dimiliki oleh para taipan terkaya di Indonesia.
Baca Juga
Indomaret
Di balik indomaret ada taipan terkaya keempat di Indonesia, Anthoni Salim, dengan kekayaan US$17,8 miliar atau sekita Rp291,63 triliun, dengan kekayaannya bertumbuh US$4,87 miliar sepanjang 2025 berjalan.
Salah satu sumber kekayaan pendiri Grup Salim ini adalah dengan menjadi pemilik PT Indoritel Makmur Internasional Tbk. (DNET), perusahaan induk yang berinvestasi di Indomarco, Indomaret.
Salim Group melakukan penyertaan modal kepada perusahaan yang awalnya merupakan penyedia layanan internet tersebut, dan melakukan peralihan bisnis untuk berinvestasi di Indomaret, Sari Roti (ROTI), dan KFC Indonesia (FAST).
Sampai dengan Agustus 2025, dalam perusahaan DNET, Anthoni Salim menggenggam 3.588.278.023 saham senilai Rp897,06 miliar atau sebesar 25,30%.
Alfamart
Tak hanya Indomaret yang didukung taipan dan miliarder Indonesia, di balik Alfamart juga didukung oleh Feny Djoko Susanto, dengan kekayaan US$3,8 miliar atau sekitar Rp61,72 triliun.
Djoko Susanto merupakan founder Alfamart, dan memulainya sebagai sebuah toko kelontong pada tahun 1989. Sedekade kemudian, perusahaan tersebut mulai beralih ke bisnis minimarket dengan mengakuisisi 141 toko Alfaminimart pada tahun 2002 dan mengubah namanya menjadi ‘Alfamart’.
Perseroan kemudian berkembang hingga mempunyai anak perusahaan yaitu PT Midi Utama Indonesia Tbk (Alfamart Retail Asia), PT Sumber Indah Lestari (DAN+DAN), PT Sumber Trijaya Lestari (Alfacart e-commerce), PT Sumber Wahana Sejahtera (logistik), dan PT Global Loyalti Indonesia.
Sampai dengan Agustus 2025, Feny Djoko Susanto menggenggam 0,64% saham Alfamart sebanyak 266.326.400 saham senilai Rp2,66 miliar.