Bisnis.com, JAKARTA - Batik begitu dikenal sebagai salah satu identitas budaya Indonesia, dengan berbagai jenis dan warna, bahkan menjadi salah satu warisan tak benda yang diakui Unesco.
Salah satu batik yang menarik namun jarang tersorot adalah Batik Madura. Batik yang dikenal dengan nama "Gentongan" itu memiliki motif dan warna yang khas karena melalui proses perendaman yang panjang di dalam gentong dengan durasi waktu 6 sampai dengan 10 minggu untuk tiap warna sehingga tidak mudah pudar.
Selain itu, detail, warna, dan motif pada lembaran batik Madura juga memiliki nilai dan kearifan lokal yang dalam khususnya menceritakan tentang kehidupan masyakat Madura.
Batik gentongan Madura merupakan batik pesisir yang dipengaruhi budaya Tionghoa, karena ada arus perdagangan yang berpusat di pantai. Pembuatan Batik Gentongan umumnya membutuhkan waktu hampir 1 tahun atau lebih sehingga mmebuatnya menjadi batik premium.
Uniknya, batik ini pula semakin lama dipakai warnanya akan semakin keluar dan kuat, dan bisa bertahan hingga puluhan tahun.
Sayangnya, batik Madura tak seterkenal modal batik lainnya. Oleh karena itu, untuk memperluas pasar batik ini, ada UMKM Jokotole Collection yang aktif mengikuti berbagai pameran termasuk ke luar negeri.
Baca Juga
Pada akhir tahun lalu, bersama Pertamina, UMKM ini memperkenalkan produk dan warna-warni Batik Madura di acara Kedutaan Besar Republik Indonesa (KBRI) di Aljazair.
Mengutip laman resminya, Jokotole Collection bukan usaha pribadi, melainkan merupakan sebuah kelompok usaha kerajinan Batik Tulis Madura, yang didirikan sejak 2014 oleh Uswatun Hasanah.
Seorang lulusan UGM, dia tergerak membangun Jokotole Collection dilatarbelakangi adanya kesenjangan ekonomi antara perajin batik dengan pemilik modal karena sistem yang digunakan adalah upah/gaji.
Dia kemudian menggagas inisiatif untuk memberayakan para perajin batik dengan mengikuti program wirausaha Bank Indonesia pada 2014.
Jokotole Collection selanjutnya berkembang lebih dari sekadar UMKM, karena selain bisa mengembangkan potensi sumber daya masyarakat dan alam, usaha ini juga memberdayakan UMKM batik berbasis kemitraan melalui sistem bagi hasil untuk meningkatkan taraf hidup perajin.
Di bawah tangan dingin Uswatun yang ahli memasarkan produk, pada 2016, karya para pembatik yang terjual mampu mencapai omzet Rp100 juta lebih dari sebelumnya hanya Rp1 juta per hari. Bahkan pada 2017 tembus Rp200 juta lebih.
Jokotole Collection kini semakin berkembang dengan lebih mengutamakan tenaga perempuan sebagai karyawan dan sudah punya lebih dari 100 perajin.
Kini, Jokotole Collection juga tak hanya menyediakan kain batik, tapi juga produk hasil olahan batik, seperti tas, clutch, pakaian, dan produk fashion lainnya.