Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sosok Konglomerat India, Ratan Tata, yang Meninggal Dunia di Usia 86 Tahun

Sosok Ratan Tata, konglomerat asal India yang meninggal dunia di usia 86 tahun
Ratan Naval Tata/tata Group
Ratan Naval Tata/tata Group

Bisnis.com, JAKARTA — Ratan Tata, yang meninggal pada usia 86 tahun, adalah salah satu pemimpin bisnis India yang paling dikenal secara internasional.

Taipan itu memimpin Tata Group, yang dikenal sebagai konglomerat "dari garam ke perangkat lunak" yang menaungi lebih dari 100 perusahaan dan mempekerjakan sekitar 660.000 orang selama lebih dari dua dekade.

Didirikan oleh Jamsetji Tata, seorang pelopor bisnis India, Tata Group yang berusia 155 tahun ini mencakup kerajaan bisnis yang mencakup Jaguar Land Rover dan Tata Steel hingga penerbangan dan tambak garam.

Dilansir BBC, Tata Sons, yang menjadi perusahaan induk grup tersebut, memiliki sejumlah perusahaan yang mencakup perusahaan swasta dan perusahaan yang diperdagangkan secara publik, namun pada dasarnya semuanya dimiliki oleh yayasan filantropi.

Perusahaan itu dipimpin oleh Ratan Tata yang lahir pada 1937. Bukan keturunan Jamsetji Tata, dia lahir dalam keluarga tradisional Parsis, komunitas yang berpendidikan tinggi dan makmur yang menelusuri leluhurnya hingga pengungsi Zoroaster di India. Namun, orang tuanya berpisah pada 1940-an.

Tata menempuh pendidikan tinggi di AS, di mana dia memperoleh gelar arsitektur di Cornell University. Selama tujuh tahun di sana, dia belajar mengemudikan mobil hingga belajar terbang, dari sana juga dia bisa menerbangkan sendiri jet pribadinya.

Dia kembali ke India pada 1962 ketika neneknya, Lady Navajbai jatuh sakit dan memanggilnya. Saat itulah Jehangir Ratanji Dadabhoy (JRD) Tata, seorang kerabat dari cabang keluarga yang berbeda, memintanya untuk bergabung dengan Tata Group. 

Ratan Tata dikirim ke pabrik baja milik perusahaan Tata Sons di India timur, tempat dia bekerja selama beberapa tahun di pabrik sebelum menjadi asisten teknis manajer. 

Pada awal 70-an, dia kemudian mengambil alih dua perusahaan grup yang sedang terpuruk, satu perusahaan memproduksi radio dan TV, dan satu lagi perusahaan tekstil. Dibawah tangan dinginnya, dia berhasil membalikkan keadaan perusahaan pertama, dan memperoleh hasil yang beragam di perusahaan tekstil tersebut.

Pada 1991, JRD Tata, yang telah memimpin perusahaan tersebut selama lebih dari setengah abad, menunjuk Ratan Tata sebagai penggantinya.

Selama masa jabatannya, grup tersebut melakukan banyak akuisisi besar, di antaranya pengambilalihan perusahaan pembuat baja Inggris-Belanda Corus dan merek mobil Jaguar dan Land Rover yang berbasis di Inggris. Beberapa keputusan tersebut membuahkan hasil, sementara yang lain, termasuk usaha telekomunikasi yang gagal, juga menghabiskan banyak uang bagi perusahaan.

Titik puncaknya terjadi pada 2000, ketika Tata membeli Tetley dan menjadi perusahaan teh terbesar kedua di dunia. Kesepakatan itu merupakan pengambilalihan merek internasional terbesar oleh perusahaan India.

Ketangguhannya jadi pimpinan perusahaan juga diuji selama serangan teror Mumbai pada 26 November 2008. Hotel mewah milik Tata, Taj Mahal Palace, adalah salah satu dari dua hotel mewah yang diserang, bersama dengan stasiun kereta api, rumah sakit, pusat budaya Yahudi, dan beberapa target lain di Mumbai.

Sebanyak 33 dari 166 orang yang tewas dalam pengepungan selama 60 jam itu berada di Taj. Ini termasuk 11 karyawan hotel, sepertiga dari total korban hotel. 

Atas kejadian itu, Tata berjanji untuk mengurus keluarga karyawan yang terbunuh atau terluka, dan membayar gaji yang seharusnya mereka terima selama sisa hidup mereka kepada kerabat yang terbunuh. Dia juga menghabiskan lebih dari US$1 miliar untuk memulihkan hotel yang rusak dalam waktu 21 bulan.

Menjelang akhir kariernya, Tata mendapati dirinya terlibat dalam kontroversi yang tidak menyenangkan. Pada Oktober 2016, dia kembali ke Tata Sons sebagai ketua sementara selama beberapa bulan setelah pejabat sebelumnya, Cyrus Mistry, digulingkan. 

Jabatan tersebut akhirnya diberikan kepada Natarajan Chandrasekaran, yang sebelumnya adalah kepala eksekutif Tata Consultancy Services, perusahaan paling bernilai di India dengan kapitalisasi pasar sebesar US$67 miliar.

Kiprahnya sebagai pimpinan Tata Sons juga membuatnya dijuluki konglomerat yang rendah hati. Dia dikenal pendiam, dan bahkan pemalu hingga jarang jadi sorotan publik.

Mengutip data Forbes, dia sempat menjadi orang terkaya di dunia pada 2010, dengan kekayaan mencapai US$291 miliar.

Dilansir dari laman tata group Ratan Tata, yang mengambil alih jabatan ketua pada bulan Maret 1991, sedang mengambil posisi besar. Dan dia melangkah ke ladang ranjau. Kurang dari satu dekade menjelang milenium baru, kelompok Tata adalah sebuah kelompok raksasa yang besar, tidak dikelola secara merata, dan sangat birokratis yang beroperasi di India yang baru saja mulai membuang jargon sosialisme dan omong kosong dalam pembuatan kebijakan yang menjanjikan banyak hal, namun hanya memberikan sedikit hasil. Yang lebih buruk lagi, Tata dipandang oleh banyak orang sebagai seorang penyelundup, tanpa karisma atau kemampuan seperti legenda yang mendahuluinya, seorang kepala suku yang naik ke puncak kekuasaan terutama karena nama keluarga dan garis keturunannya.

Beberapa dekade kemudian, dapat dikatakan tanpa mendukung atau berprasangka bahwa Tata telah mengubah kelompok tersebut menjadi lebih baik dengan cara yang lebih substansial dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang berada di bawah naungan organisasi tersebut sejak didirikan pada tahun 1868.

Bahwa dia melakukan hal ini dengan tetap setia pada organisasi tersebut. tradisi dan prinsip-prinsip kelompok ini dalam lingkungan di mana begitu banyak orang telah menyerah pada daya tarik orang-orang yang tidak bertanggung jawab telah menjadikan pencapaiannya patut dicontoh. Secara kebetulan atau takdir, pengangkatan Tata sebagai ketua dibarengi dengan terbukanya perekonomian India. Inilah peluang untuk membentuk organisasi jenis baru, untuk meremajakan dan merombak banyak perusahaan agar sesuai dengan dinamika bisnis yang berubah secara radikal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper