Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Antonius Tanan

Dosen Universitas Ciputra

Lihat artikel saya lainnya

Siapa Entrepreneur Itu?

Ciputra pernah berkata dengan tangan menunjuk ke dahi “entrepreneurship itu mindset”. Jadi bukan urusan modal dulu seperti banyak orang meyakini, namun pola pikir yang harus diluruskan.
Antonius Tanan / Sketsa Bisnis.com
Antonius Tanan / Sketsa Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Seorang pengusaha nasional pernah berkata kepada seorang rekan saya “Ciputra itu jangan dijadikan pesaing tapi jadikan teman. Akan sulit bersaing dengan dia karena dia terlalu pintar”.

Ciputra memang pintar, khususnya ketika membuka usaha dan membesarkan usaha. Kiprahnya di Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group melahirkan lebih dari 300 perusahaan. Kenapa bisa begitu?

Ada yang ingin buka satu saja susah setengah mati. Namun, di pihak lain ada Ciputra yang bisa buka usaha hingga ratusan. Apa yang membedakan?

Saya teringat di dalam sebuah perbincangan informal dengan Ciputra sekitar 12-13 tahun lalu, dia pernah berkata dengan tangan menunjuk ke dahi “entrepreneurship itu mindset”, jadi bukan urusan modal dulu seperti banyak orang meyakini, namun pola pikir yang harus diluruskan.

Oleh karena itu, apa yang kita pilih jadi definisi “siapa seorang entrepreneur” jadi pemahaman awal yang paling mendasar. Bila definisinya benar maka kita akan bergerak menuju ke arah yang benar. Sebaliknya bila definisinya keliru maka arah yang keliru yang akan kita ambil dan lalui.

Pengertian siapa itu seorang entrepreneur menurut Ciputra mengingatkan saya pada pengalaman lain sekitar 15 tahun yang lalu. Saat itu, saya ditugaskan untuk mendampingi Ciputra menyebarkan semangat entrepreneurship kepada sebanyak mungkin orang di Indonesia.

Ketika saya mulai menyiapkan PPT untuk presentasi-presentasinya, Ciputra berpesan ”Jangan gunakan kata pengusaha tapi gunakan kata entrepreneur”. Saya terdiam dan tidak menduga ada pernyataan seperti itu dan kemudian saya bertanya, ”Kenapa tidak menggunakan kata pengusaha?”

Ciputra menjawab dengan tenang tapi tegas. ” Seorang pengusaha bisa dilahirkan karena warisan, pemberian atau KKN [korupsi, kolusi & nepotisme], namun yang saya inginkan adalah pencipta usaha yang berinovasi..”

Jawaban ini tentunya menciptakan pertanyaan lain yaitu siapakah seorang entrepreneur itu? Ciputra menjelaskan ini dengan cukup panjang lebar dengan menggunakan ilustrasi proyek-proyek yang pernah dikerjakannya.

Dia menyampaikan bahwa entrepreneur itu sanggup mengubah padang ilalang jadi resort yang indah, mengubah tanah terlantar jadi kota baru, mengubah hutan karet yang tidak produktif menjadi pusat komersial yang menyediakan lapangan pekerjaan bagi ribuan orang.

Dia kemudian menutup dengan sebuah kalimat yang paling penting, yaitu “entrepreneur mengubah rongsokan jadi emas”.  Inilah yang kemudian dijadikan definisi resmi ala Ciputra tentang siapa seorang entrepreneur itu.

Kalimat “entrepreneur mengubah rongsokan menjadi emas” tentunya kalimat yang ilustratif. Ini bukan definisi yang ditujukan untuk tukang loak atau pengumpul besi bekas. Kalimat sederhana ini sesungguhnya memiliki 3 pesan yang penting. Pertama, entrepreneur memulai dari sesuatu yang murah atau gratis yaitu apa yang ada didalam dirinya yang bisa dilakukan sekarang. Apakah itu talentanya, keahliaannya, asetnya ataupun jejaring yang ia miliki.

Pesan ini sangat dekat artinya dengan sebuah teori terkemuka di dalam disiplin entrepreneurship yaitu Effectuation (2001) yang digagas oleh Prof Saras Sarasvathy dari Darden School of Business, University of Virginia. Teori ini mengemukakan gagasan Bird-in-Hand atau entrepreneur menciptakan solusi dari apa yang telah dimilikinya pada saat ini.

Pesan yang kedua adalah entrepreneur harus melakukan inovasi. Inilah sesungguhnya yang dimaksud Ciputra tentang perubahan dramatis dari rongsokan bisa menjadi emas. Rongsokan menggambarkan sesuatu yang sangat tidak bernilai sedangkan emas menggambarkan sesuatu yang sangat bernilai. Rongsokan bisa jadi emas bila inovasi dihadirkan.

Inilah filosofi dari Ciputra yaitu apa saja yang ada di dalam tangan kita harus bisa diubahkan menjadi sesuatu yang sangat bernilai melalui inovasi. Spirit seperti ini harus berada di dalam diri siapapun yang ingin memelihara semangat seorang entrepreneur sejati. Saya ingin menggambarkan ini dengan sebuah pengalaman pribadi dengan pak Ciputra.

Suatu pagi Ciputra menelpon saya hanya untuk ngomel, untung bukan saya yang diomeli. Tampaknya dia baru saja  berkunjung ke salah satu proyek properti yang pernah dirintisnya dan sudah sekian tahun ia tidak pernah mengunjunginya. Tentu saja, saat pertama Ciputra mengunjungi  proyek tersebut momen-momen sekitar launching dimana semuanya masih baru, tertata, dan terawat rapih.

Setelah sekian tahun maka penghuni makin banyak, kendaraan makin padat melintas dan bangunan menjadi makin tua. Tidak heran tentunya menjadi kumuh, kotor dan sedikit kacau bukan? Di sinilah titik picu kemarahan Ciputra. Dia mengatakan ”Kita ini mengubah rongsokan jadi emas tapi mereka ini mengubah emas jadi rongsokan”.

Pesan utamanya adalah sekali jadi emas pelihara terus tetap jadi emas. Inilah yang ia yakini dan kehendaki. Oleh karena itu pesan pentingnya berinovasilah dan lawanlah tantangan perjalanan waktu dan kadaluwarsa juga dengan inovasi.

Pesan yang ketiga adalah tentang hasil akhirnya yaitu “emas”. Emas adalah sesuatu yang dianggap berharga oleh publik dan harganya naik terus bukan? Kalimat Ciputra bahwa “entrepreneur mengubah rongsokan jadi emas” memiliki pesan bahwa karya akhir kita haruslah sesuatu yang dianggap sangat bernilai oleh pelanggan.

Pelanggan merasa sedang membeli “emas” atau sesuatu yang sangat bernilai dan pantas diperjuangkan untuk memilikinya. Bila “emas” yang dapat kita hasilkan maka seharusnya tidak perlu pusing mencari-cari pelanggan karena untuk sesuatu yang bernilai “emas” maka pelangganlah yang akan mencari-cari kita.

Simpulannya, bila pelanggan belum mencari-cari produk kita barangkali saja “emas” itu belum tercipta atau inovasi belum selesai dilakukan. Kalimat sederhana “mengubah rongsokan jadi emas” dari Bapak Ciputra sesungguhnya memiliki nilai filosofis yang mendalam karena itu bukan sekedar sebuah definisi namun definisi itu merujuk pada pola pikir (mind-set).

Memiliki pola pikir ini dapat membuat kita lebih gampang melihat peluang karena apa yang bisa disebut sebagai “rongsokan” atau sesuatu yang tidak berharga itu banyak dan ada dimana-mana, bahkan itu bisa sangat dekat di sekitar kita. Pola pikir ini juga memberikan panduan tentang langkah strategis berikut yang dapat kita lakukan yaitu berinovasilah.

Lakukan inovasi-inovasi yang dapat membuat “rongsokan-rongsokan” itu bisa dilipat gandakan nilainya secara dramatis sehingga jadi emas yang sangat berharga dan dicari orang. Nah, itu peta jalan seorang entrepreneur menurut Ciputra. 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper