"Kata 'bahagia' akan lenyap maknanya tanpa keseimbangan dengan kata 'kesedihan'" ( Carl Jung ).
Kesedihan adalah bagian dari siklus kehidupan kita. Tak pernah ada manusia yang tak pernah merasakan kesedihan. Suatu perasaan yang bercampur aduk antara kecewa, galau, khawatir, dan marah. Suatu perasaan yang tak nyaman hingga, secara fisik, pada puncaknya ditandai, antara lain, dengan menagis tersedu-sedan dan air mata berlinang-linang.
Kesedihan itu bisa terbit dari bermacam-macam varian kehidupan. Bisa dari masalah pacaran, sekolah atau kuliah, atau masalah keluarga, pertemanan, pekerjaan.
Sudah barang tentu, pada dasarnya, tak seorangpun menghendaki hadirnya kesedihan. Namun secara alamiah hal itu tak mungkin terjadi. Karena, "Kehidupan adalah soal 10 % kejadian yang menimpa Anda dan 90 % bagaimana Anda bereaksi terhadap kejadian itu", kata Charles R. Swindoll.
Kita sudah sangat berkorban banyak untuk kekasih kita, ternyata sang kekasih tak juga kunjung mencintai kita. Kita sudah mengendarai kendaraan kita dengan sangat hati-hati, tapi kita ditabrak oleh kendaraan orang lain yang mengemudi secara ugal-ugalan. Reaksi otomatis kita adalah reaksi yang tak nyaman, antara lain berupa kesedihan.
Kesedihan dan kebahagiaan adalah sepasang pelangi kehidupan sebagaimana layaknya aturan-Nya, bahwa segala segi kehidupan kita itu berpasang-pasangan. Ada siang ada malam. Ada dingin ada panas. Dan beratnya adalah, "Air mata itu muncul dari hati, bukan dari pikiran", kata Leonardo da Vinci.
Dalam kalimat lain, kesedihan adalah suatu hal yang berada di luar kendali kita. Karena hati adalah suatu 'God Spot', titik hubungan kita denganNya, yang sepenuhnya dalam kuasa Nya. Bayangkan, "Tak ada hal yang membuat lebih stres ketimbang telah memiliki segala hal dalam hidup tapi masih saja bersedih hati". Dan itu banyak dialami oleh banyak orang.
Orang yang hampir sempurna seperti David Beckham misalnya, mantan pesepakbola yang kaya, terkenal, tampan, memiliki isteri kaya, cantik, terkenal, mustinya tak pernah merasakan kesedihan. Tapi, yakinlah, sesekali atau bahkan seringkali mereka pun bersedih hati.
Untuk itu, perlu kita simak nasihat ini, "Kematian bukanlah kehilangan terbesar dalam kehidupan Anda. Kehilangan terbesar adalah bila ada 'sesuatu' yang mati dalam diri kita, sementara kita masih hidup", kata Norman Cousins.
'Sesuatu yang mati' itu adalah bila kita memperturutkan kesedihan kita berlarut-larut. Akal sehat atau pikiran kita tak kita optimalkan untuk menanggulangi kesedihan kita. Sebagai contoh penggunaan akal sehat kita : "Saya mengeluh manakala saya tak memiliki sepatu, hingga saya bertemu seseorang yang tak memiliki kaki". Dengan pikiran "saya lebih beruntung dari orang lain", pasti kesedihan kita akan sirna, setidak-tidaknya berkurang.
Dan begitulah, Tuhan Yang Maha Kuasa menganugerahi polesan kesedihan dengan makna positif bagi segenap umat-Nya. Karena "Tampaknya mata kita memang perlu dibersihkan sesekali dengan air mata kita, agar setelahnya kita dapat memandang kehidupan dengan lebih jernih".
* Penulis buku-buku " Life and Management Wisdom Series " :
The Answer Is Love
All You Need Is Love
To Love and To be Loved
Love of My Love