Kali ini saya akan membahas mengenai bisnis dan integritas. Ceritanya beberapa waktu lalu, ada satu berita yang cukup menarik tentang Starbucks yang dituntut karena kopi dianggap bisa memicu kanker.
Ceritanya Starbucks dituntut Pengadilan Amerika, atas aduan lembaga yang bernama CERT (Council for Education and Research on Toxics), satu lembaga yang mengawasi bisnis-bisnis yang memiliki racun di dalam makanan. Mereka menuntut Starbucks harus menampilkan pernyataan bahwa kopi dapat menyebabkan kanker, yang harus disebutkan seperti dalam kemasan rokok.
Pertanyaannya adalah hanya berlaku untuk Starbucks atau semua perusahaan kopi harus ikutan? ya betul semua harus karena ada 90 retailer yang konon katanya melanggar Undang-undang California. Bahan kimianya itu apa?
Namanya akrilamida. Pada 2002 The Swedish National Food Authority mengumumkan hasil penelitian dari Stockholm University, yaitu ditemukannya peningkatan kadar akrilamida dalam beberapa jenis pangan, terutama yang mengandung banyak karbohidrat (zat tepung), seperti kentang dan produk sereal yang diproses dengan pemanasan tinggi (misalnya, dibakar, dipanggang, atau digoreng) pada temperatur di atas 1.200 derajat celsius.
Akrilamida bukan satu hal yang baru, dan juga tidak hanya ada dalam kopi. Anda makan kentang goreng, roti panggang, dan segala makanan yang dipanggang mengandung akrilamida.
Memang pada 2008 ada penelitian yang menggunakan tikus viser disuntikkanlah akrilamida, kemudian dibiarkan. Tenyata reaksinya adalah muncul tumor tiroid dan juga mengganggu sistem saraf pusat pada tikus viser itu. Sebenarnya, kita tidak perlu terlalu khawatir dengan keberadaan akrilamida dalam makanan karena kandungannya dalam makanan bukanlah suatu hal yang baru.
Akrilamida telah ada dalam pangan manusia sejak beriburibu tahun lalu sejak pertama kali manusia memasak makanan mereka.
Namun yang menarik, Starbucks bukan hanya sekali mendapatkan masalah seperti ini, tetapi juga pernah kena tuntutan bahwa es dalam kopi Starbucks itu lebih banyak dari pada kopinya. Pasalnya, apa yang diumumkan dengan yang diterima oleh konsumen ternyata berbeda. Janji Starbuck 24 ons kopi, tapi yang ada hanya 14 ons per sajian.
Wanita yang bernama Stacy Pincus mengklaim, dia hanya mendapatkan setengah dari apa yang dibayarnya. Dia memimpin satu class action atau gugatan mewakili masyarakat, yang menuntut perusahaan membayar ganti rugi US$5 juta atau Rp65,8 miliar.
Dia menuduh pelayan gerai minuman yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat, sengaja menempatkan terlalu banyak es dalam minumannya. Stacy Pincus mengajukan komplain tertulis sebanyak 29 halaman ke Pengadilan Negeri Northern Illinois, Chicago. Pincus menganggap pelanggan Starbucks dibohongi karena jumlah minuman es yang dimasukkan tidak sesuai dengan seharusnya.
By the way, itu customer-nya juga tidak punya pekerjaan, sampai menghitung berapa ons kopi yang ada di dalam gelas venti. Itu gila menurut saya. Kembali ke akrilamida dan karsinogen, yang diklaim menyebabkan kanker. Anda khawatir tidak kalau minum kopi itu bisa menyebabkan kanker? Apakah Anda akan setop minum kopi?
Menurut penelitian yang saya tahu bahwa kopi itu bisa membantu kesehatan, kopi bisa membuat Anda lebih alert, kopi bisa menghilangkan rasa kantuk, kopi bisa meningkatkan ingatan.
Kalau saya tidak akan berhenti minum kopi. Alasannya ada satu penelitian dari Food and Drugs Assosiation (FDA) bahwa kalau Anda minum kopi Anda masih aman. Kecuali Anda minum lebih dari 16 gram, 16 gram itu berapa gelas? satu gelas 250 mg berarti sekitar 64 gelas, siapa juga yang mau minum 64 gelas dalam satu hari? Itu sudah tidak masuk akal.
POIN PENTING
Namun, poin dari kasus ini adalah Anda harus mengerti bahwa customer saat ini makin teliti, makin sensitif dengan apa yang diterima. Bayangkan kalau Starbucks gagal untuk membuktikan bahwa kopi tidak menyebabkan kanker, mereka akan dituntut US$2.500 per kepala yang minum kopi Starbucks. Coba Anda bayangkan, dan itu nilainya jutaan dolar AS.
Jadi teman-teman poin kasus ini dalam bisnis, kita harus lebih berintegritas. Integritas itu memiliki banyak efek.
Pertama, Anda harus berpegang teguh pada prinsip. Kedua, Anda harus bisa menyampaikan kepada customer benar-benar jelas tentang produk Anda, karena bisa jadi salah persepsi, customer bisa menuntut Anda dan akhirnya bisa mengganggu proses kerja.
Akan tetapi ada juga banyak bisnis yang tidak memiliki integritas akhirnya membuat bisnis itu harus tutup. Saat kita berbicara mengenai bisnis, kehadiran integritas terasa sangat penting, antara lain dalam produk, kebijakan, personel, termasuk pelayanan pelanggan dan penjualan.
Integritas adalah hal yang wajib ada jika perusahaan yang kita jalankan ingin meraih kesuksesan dalam jangka panjang. Pelayanan berintegritas mencerminkan penjualan berintegritas.
Pelayanan adalah penjualan, penjualan adalah pelayanan. Tiada pelayanan, tiada penjualan. Salah satunya adalah bisnis yang hanya mengandalkan atau mencari uang tapi akhirnya tidak memberi pelayanannya.
Anda bisa tahu banyak bisnis yang menariki uang customer, tetapi customer tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya. Jadi teman-teman, saya akan tetap minum kopi, dan saya tidak tahu menurut Anda seperti apa?
Tom Mcifle, Founder & Ceo Top Coach Indonesia, penulis buku Profit Is King