Bisnis.com, JAKARTA -- Silau terhadap kesuksesan yang sudah diraih adalah hal yang seringkali menjadi penyebab kejatuhan suatu bisnis, sebesar apapun bisnis tersebut.
Yahoo bisa menjadi contoh. Pada 2000, valuasi pasarnya mencapai US$125 miliar tapi kemudian terus menurun hingga akhirnya hanya menjadi US$5 miliar ketika diakuisisi oleh Verizon pada tahun lalu.
Saat berada di pucuk keberhasilan, Yahoo menolak kerja sama dari berbagai pihak termasuk Sergey Brin dan Larry Page. Brin dan Page adalah duo pendiri Google dan hingga kini perusahaan yang mereka dirikan masih menjadi pemain penting di industri teknologi serta internet.
CEO Kubik Leadership Jamil Azzaini menilai Yahoo adalah salah satu perusahaan yang terjebak oleh kesuksesan. Perusahaan atau pengusaha yang terjebak kesuksesan akan merasa sudah paham mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghadapi perubahan yang ada di depan mata dan ketidakpastian masa depan.
"Mereka 'sok tahu' dan akhirnya berhenti belajar, mereka 'menurun' tapi mereka tidak menyadarinya sampai akhirnya mereka bangkrut atau tersisih dari persaingan," paparnya dalam keterangan resmi, Kamis (19/4/2018).
Perusahaan atau orang-orang yang dulunya hebat pun akhirnya mulai kehilangan peran dan popularitasnya.
Sayangnya, lanjut Jamil, masih ada orang atau bisnis yang merasa masih paling hebat, bangga dengan gelar akademik yang panjang, bangga dengan pencapaian yang sudah diperoleh tahun-tahun sebelumnya, dan bangga dengan berbagai prestasi yang diapresiasi banyak pihak.
Namun, mereka akhirnya kalah oleh anak-anak muda dan para pendatang baru yang lebih lincah, senang belajar, cepat mengambil peluang, serta mampu memberikan solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi banyak orang.
Untuk itu, orang-orang yang merasa sudah sukses dan paling baik dibandingkan yang lain diminta untuk berhati-hati. Pasalnya, hal-hal seperti itu seringkali merupakan jebakan kesuksesan yang justru bakal merugikan bisnis yang dijalankan.