Ora et labora, adalah suatu kalimat bahasa Latin yang sangat terkenal di dunia, yang artinya bekerja dan berdoa. Berdoa adalah suatu aktivitas yang dilakukan hampir sebagian besar manusia di bumi ini yang berjumlah sekitar 7,3 miliar jiwa.
Berdoa adalah kegiatan berkomunikasi dengan Yang Maha Kuasa. Berdoa adalah kegiatan spiritual orang-orang yang beriman.
Betapa sangat utamanya beriman seperti dikatakan oleh Buya Hamka, “Iman tanpa ilmu sama dengan pelita di tangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita di tangan pencuri.”
Dari segi jumlah penganut agama dan keyakinan jumlah 7,4 miliar jiwa itu terdiri atas penganut Nasrani 31%, Muslim 23%, atheis 16%, Hindu 15%, Buddha 7%, keyakinan etnis atau kesukuan 6%, Taoisme–Shinto 1%, dan Yahudi 0,2%.
Masing-masing orang, sesuai dengan agamanya, memiliki tradisi berdoa tersendiri. Tuhan memahami segala tradisi segenap agama, dalam cara-cara yang berbeda.
Tuhan paham segala bahasa apapun di dunia ini. Kata Abdurrahman ‘Gus Dur’ Wahid,“Ndak penting apa pun agama atau suku sampeyan, kalau sampeyan bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya agama sampeyan.”
Para tetua mengatakan doa yang paling utama dan paling pertama adalah bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bersyukur atas segala nikmat karunia-Nya yang dicurahkan kepada segenap diri masing-masing dan segenap keluarga serta segenap kerabat dan masyarakat.
Bersyukur berarti menikmati apa yang ada di tangan. Menikmati apa yang ada di tangan adalah suatu kondisi kejiwaan yang teduh, nyaman dan menyehatkan jiwa-raga.
Meister Eckhart, seorang teolog Jerman menyatakan “Apabila satu-satunya doa yang Anda sampaikan selama hidup Anda adalah bersyukur, itu sudah cukup.”
Sementara itu, kata Norman Vincent Peale, seorang pelopor pemikiran positive thinking, “Doa adalah sebuah kesempatan untuk mengucapkan apa pun yang ada dalam pikiran Anda. Dalam bahasa apapun. Lebih baik apabila tidak memohon hal-hal, melainkan berterima kasih sebelumnya atas apa yang Anda inginkan, menyerahkannya kepada Tuhan dan memvisualisasikan hasil yang baik. Silahkan terkejut melihat efektivitasnya “.
Nasihat di atas nampaknya memang perlu diingatkan karena “Kebanyakan orang pada dasarnya tak berdoa, mereka hanya memohon sesuatu, meminta,” kata George Bernard Shaw, seorang penulis terkemuka asal Irlandia.
Doa kedua yang utama adalah memohon ampun atas dosa dan kesalahan diri pribadi beserta dosa dan segenap kesalahan orang tua dan keluarga semua.
Manusia adalah suatu mahluk yang berada di tengah-tengah antara malaikat di sisi kebaikan dan iblis di sisi yang jahat. Dalam perjalanan mengarungi hidup, ada kalanya manusia berbuat baik, dan ada kalanya pula tergelincir dan berbuat salah.
Allah, Tuhan Yang Maha Esa, adalah dzat Maha Pengampun. Memohon maaf, meminta ampun disertai rasa sesal dan komitmen untuk tak mengulangi kesalahan atau janji bertaubat adalah hal yang sangat terpuji.
Sementara itu, doa yang ketiga, barulah layak berdoa untuk meminta sesuatu. Dalam soal meminta sesuatu ini Harry S. Truman memberi nasihat, “Jangan pernah berdoa untuk mengarungi kehidupan yang mudah. Berdoalah menjadi orang yang tangguh.”
Maknanya adalah berdoalah selaras dengan hakikat alam. Hidup di dunia adalah suatu perjuangan yang memang diciptakan oleh-Nya. Hidup adalah rangkaian ujian demi ujian yang harus kita jalani.
Hidup di dunia adalah proses mengarungi kehidupan yang selalu akan silih berganti. Ada siang ada malam. Ada pasang ada surut. Ada gagal ada sukses. Ada dukacita ada sukacita. Itu adalah hukum alam, hukum yang ditentukan oleh-Nya.
Kita tak mungkin terus-menerus menghindar dari hakikat alam, yang sepenuhnya berada di luar kendali kita. “Jangan berdoa untuk berlindung dari bahaya, tetapi berdoalah untuk terbebas dari rasa takut saat menghadapinya,” kata Rabindranath Tagore.
Intinya, kita memang ditantang oleh-Nya untuk terus berkembang dan menjadi orang-orang yang kuat. Untuk menjadi orang-orang yang memiliki karakter dan kompetensi untuk mengarungi hidup dengan baik. Ujungnya adalah untuk memenuhi perintah-Nya, “Cintailah yang di bumi agar dicintai yang di langit,” suatu nasihat Tiongkok kuno.
Berkaitan dengan pemikiran di atas, sikap hidup untuk selalu bersangka-baik adalah penting. Tuhan Maha Baik. Kita memang diajurkan untuk memohon kepadanya. Namun, permohonan itu semestinya suatu permohonan yang pantas.
Prasangka Baik
Permohonan itu harus didasari dengan sikap positif. Harus dilakukan dengan prasangka baik kembali, Tuhan Maha Baik. Tuhan Maha Tahu apa-apa yang terbaik bagi umat-Nya. Yang manusia sangka baik, belum tentu itu baik di mata Tuhan.
Demikian sebaliknya. Permohonan pun harus disertai dengan kepasrahan diri sepenuhnya karena mungkin terjadi, apa yang terwujud bukanlah sesuatu sesuai harapan kita. Tuhan akan mencurahkan apa-apa yang kita butuhkan, bukan sekadar keinginan-keinginan kita.
Berdoa efektif harus dilakukan dengan fokus dan penuh konsentrasi. Berdoa adalah berkomunikasi dengan Dia Yang Maha Tahu. Berdoa harus khusyuk. “Ini menyangkut soal hati dan kesadaran penuh. Bukan soal panjang pendeknya doa,” kata Iyanla Vanzant, seorang motivator dan pengacara kondang era 70-an atau kata Mahatma Gandhi, “Berdoa itu bukan meminta. Berdoa itu adalah pancaran jiwa. Lebih baik berdoa dengan hati dan tanpa kata-kata dari pada berdoa dengan kata-kata tetapi tanpa hati.” Berdoa bukanlah membaca kalimat-kalimat mantra.
Sebagai penutup, konsistensi berdoa adalah sangat terpuji, sebagaimana konsistensi adalah kunci sukses dalam pelbagai bidang kehidupan.
Kata Benjamin Franklin, “Bekerjalah seakan-akan Anda akan hidup seratus tahun. Berdoalah seakan-akan Anda akan meninggal besok.” Atau kalau menurut bahasa seorang kawan saya yang jenaka, “Jangan lupa berdoa hari ini, karena Tuhan tidak lupa membangunkan Anda tadi pagi “.
Penulis
Pongki Pamungkas
Penulis buku The Answer is Love.