Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekayaan Bersih Warren Buffett Turun Rp132 Triliun Usai Umumkan Pensiun

Kekayaan Warren Buffett anjlok US$8 miliar atau setara Rp132 triliun usai pengumuman pengunduran diri.
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Warren Buffett, pemilik dan CEO Berkshire Hathaway yang tersohor, mengalami penurunan kekayaan bersih sebesar US$8,1 miliar pada Senin, setelah pengumuman resmi bahwa dia akan pensiun pada akhir tahun.

Mengutip Bloomberg Billionaires Index, kekayaan sang "Bapak Investasi" berusia 94 tahun itu, yang selama ini dikaitkan dengan kinerja saham Berkshire Hathaway, saat ini diperkirakan mencapai US$160 miliar.

Buffiett mengalami kerugian 5,7% dalam satu hari, yang setara dengan lebih dari US$8 miliar. Hal itu terjadi setelah penurunan 5,12% pada saham Kelas B perusahaan, yang ditutup pada Senin (5/5/2025) pada harga US$512,15.

Saham Kelas A, yang paling banyak dipegang Buffett, turun 5% dari US$809.000 menjadi US$769.000. Penurunan tajam tersebut menghapus lebih dari US$30 miliar kapitalisasi pasar Berkshire Hathaway dan menandai salah satu penurunan terbesar dalam satu hari bagi perusahaan tersebut.

Reaksi pasar terjadi beberapa hari setelah rapat pemegang saham tahunan Berkshire di Omaha, tempat Buffett secara resmi mengumumkan bahwa ia akan mengundurkan diri sebagai CEO pada akhir 2025. 

Meskipun sudah lama diantisipasi, konfirmasi tersebut mengguncang investor, banyak di antaranya telah melihat keteguhan Buffett sebagai komponen inti dari kesuksesan dan ketahanan Berkshire.

Laba kuartal pertama Berkshire juga mengecewakan. Perusahaan melaporkan laba operasi sebesar US$6.694,59 per saham Kelas A, sekitar 5% di bawah estimasi konsensus, menurut FactSet.

Saat Greg Abel, wakil ketua Berkshire untuk operasi non-asuransi, bersiap untuk memangku jabatan, para investor kini mulai bergulat dengan era pasca-Buffett, yang menandai berakhirnya babak luar biasa dalam kapitalisme Amerika.

Laba kuartal pertama Berkshire juga mengecewakan. Perusahaan melaporkan laba operasi sebesar US$6.694,59 per saham Kelas A, sekitar 5% di bawah estimasi konsensus analis.

Buffett, yang memulai karier investasi legendarisnya sejak dini, sebagai putra seorang anggota kongres AS, dia membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun dan mengajukan pengembalian pajak pertamanya pada usia 13 tahun, telah menghabiskan lebih dari enam dekade di pucuk pimpinan Berkshire. 

Sejak mengambil alih perusahaan pada 1965, dia telah menghasilkan keuntungan tahunan gabungan sebesar 19,8% dalam nilai pasar per saham, jauh mengungguli pasar yang lebih luas.

Di bawah kepemimpinannya, Berkshire telah tumbuh menjadi konglomerat senilai US$700 miliar, memiliki bisnis seperti Geico, Clayton Homes, dan Dairy Queen, serta mempertahankan saham substansial di perusahaan-perusahaan termasuk Coca-Cola dan American Express. 

Buffett memiliki sekitar 37,4% saham Kelas A Berkshire, yang merupakan sekitar 99,5% dari kekayaan bersihnya. Meskipun mengalami kerugian baru-baru ini, dia tetap unggul US$18,5 miliar pada 2025 karena keuntungan awal tahun yang kuat. 

Selain warisan bisnisnya, Buffett telah berkomitmen untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya. Pada 2010, dia dan Bill Gates mendirikan Giving Pledge, sebuah inisiatif yang mendorong para miliarder untuk menyumbangkan setidaknya setengah dari kekayaan mereka untuk tujuan amal. 

Buffett sendiri telah berjanji untuk menyumbangkan lebih dari 99% kekayaannya dan telah menyumbangkan sekitar US$62 miliar, terutama melalui Bill & Melinda Gates Foundation dan yayasan amal anak-anaknya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper