Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Crazy Rich di Belakang Cinema XXI yang Tembus Rekor 14 Juta Penonton

Crazy Rich dengan kekayaan US$1,1 miliar di balik kesuksesan Cinema XXI yang tembus rekor 14 juta penonton dalam sebulan.
Cinema XXI
Cinema XXI

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pengelola bioskop Indonesia, Cinema XXI, mencetak rekor baru untuk jumlah penonton secara bulanan pada April 2025.

Berdasarkan catatan Bisnis, emiten berkode saham CNMA itu melaporkan telah mencatatkan lebih dari 14 juta penonton di seluruh jaringan bioskopnya. Torehan tersebut melampaui rekor sebelumnya sebesar 11,7 juta penonton pada Juni 2019.

Menurut laporan keuangan CNMA, emiten jaringan bioskop tersebut meraup pendapatan sebesar Rp929,2 miliar pada kuartal pertama 2025. Kontribusi terbesar masih berasal dari penjualan tiket bioskop sebesar 63% dan lini bisnis makanan dan minuman (F&B) sebesar 33%.

Pada kuartal I/2025 terdapat lima film yang memperoleh lebih dari 1 juta penonton, sementara pada periode yang sama tahun lalu terdapat tujuh film.

Adapun, film-film penyumbang penonton terbanyak juga merupakan film lokal, di antaranya film "Jumbo" yang menembus 4 juta penonton pada akhir April, "Pabrik Gula" yang menembus 4,21 juta penonton, "Koman" dengan 2,2 juta penonton, "Qodrat 2" dengan 2 juta penonton, dan film "Norma: Antara Mertua dan Menantu" dengan 677.181 penonton sampai dengan pertengahan April. 

Profil Crazy Rich di Balik Cinema XXI

Di belakang terkembangnya layar Cinema XXI, ada sosok miliarder Benny Suherman. Dia adalah salah satu pendiri dan pemilik sebagian besar PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk., yang mengelola Cinema XXI, jaringan bioskop terbesar di Indonesia.

Disebut sebagai salah satu pelopor bisnis distribusi film di Indonesia, Benny Suherman merupakan pendiri perusahaan yang awalnya disebut Subentra Nusantara. Dia mendirikan perusahaan tersebut bersama Harris Lasmana dan mendiang sepupu mantan presiden Suharto, Sudwikatmono pada 1988. 

Perusahaan tersebut hampir memonopoli hak distribusi film-film Hollywood di Indonesia selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya Sudwikatmono menjual sahamnya kepada Benny dan Harris pada 15 Juli 1999, setelah krisis keuangan Asia dan pengunduran diri Suharto.

Dalam naungan keduanya, PT Subentra Nusantara mengganti namanya menjadi PT Nusantara Sejahtera Raya (NSR), dan membawa brand Bioskop 21. Seiring waktu perusahaan itu kemudian berganti nama menjadi Cinema XXI. 

Pada 2023, Benny membawa perusahaan bioskopnya melantai di Bursa Efek Indonesia, dan meraup Rp2,25 triliun. Dari IPO tersebut pula, Benny berhasil masuk dalam jajaran miliarder (dalam dolar AS) terkaya di Indonesia, dengan kekayaannya mencapai US$1,1 miliar atau setara Rp17,61 triliun. 

Namun, setelah membawa perusahaannya IPO, Benny memilih untuk mengundurkan diri sebagai Presiden Direktur, dan menyerahkan jabatan tersebut kepada anak Suryo sebagai Presiden Direktur dan Arif sebagai Direktur.  Kemudian, anaknya, Melia sebagai Komisaris.

Cinema XXI saat ini menguasai hampir 60% bioskop di Indonesia, telah mengalokasikan hampir dua pertiga dari dana IPO untuk memperluas jaringan bioskopnya. 

Sampai dengan Maret 2025, Cinema XXI tercatat memiliki 260 bioskop dengan 1.365 layar. Sedangkan menurut Gabungan Pengelola Bioskop Indonesia (GPBSI), jumlah layar bioskop di Indonesia sendiri mencapai lebih dari 2.100 layar dan masih bisa bertambah hingga 15.000 layar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper