Bisnis.com, JAKARTA — Permintaan barang-barang mewah dan produk kecantikan menurun di beberapa wilayah, nasib segelintir orang terkaya di dunia pun turut mengalami penurunan.
Dilansir Bloomberg, penurunan tersebut bahkan telah menggulingkan Bernard Arnault (75) pendiri konglomerat LVMH, dari posisi nomor satu di Bloomberg Billionaires Index.
Selain itu, pewaris raksasa kosmetik L’Oreal, Francoise Bettencourt Meyers juga sempat kehilangan gelar wanita terkaya di dunia pada awal bulan ini dari Alice Walton, anggota keluarga pendiri ritel AS Walmart.
Tingkat penurunan pasar menjadi makin jelas pada pekan ini ketika musim laporan keuangan dimulai dengan krisis yang terjadi di perusahaan pembuat jas hujan mewah asal Inggris, Burberry Group, dan anjloknya penjualan di Swatch Group.
L'Oreal, LVMH dan industri kelas berat lainnya yang dinaungi oleh miliarder dijadwalkan untuk melaporkan laporannya akhir bulan ini.
Secara keseluruhan, kekayaan sejumlah orang ultra-kaya yang memperoleh kekayaan mereka dari produk-produk mahal itu telah turun sebesar 5% sepanjang tahun ini, atau sekitar US$24 miliar, setara dengan Rp386 triliun pada penutupan Selasa (16/7/2024), menurut indeks Bloomberg tersebut.
Baca Juga
Hal ini kontras dibandingkan dengan kenaikan 13 persen, atau US$1 triliun, pada peringkat 500 orang lainnya. Terakhir kali kesenjangan kedua kelompok sebesar ini terjadi pada Mei 2022.
Beberapa dari mereka yang kekayaannya anjlok adalah Bettencourt Meyers, Arnault dan rival lamanya Francois Pinault, yang mendirikan pemilik Gucci, Kering.
Perusahaan-perusahaan Prancis yang dikontrol oleh trio tersebut juga terpukul oleh kekhawatiran investor terhadap negara asal mereka setelah Presiden Emmanuel Macron menyerukan pemilu cepat yang mengakibatkan parlemen digantung tanpa ada pemerintahan.
Hingga hari ini, kekayaan Arnault turun selama setahun terakhir menjadi US$191 miliar dan kini berada di bawah kekayaan Elon Musk dari Tesla dan Jeff Bezos dari Amazon.com, setelah sempat menduduki peringkat teratas.
LVMH, perusahaan yang ia bangun selama lebih dari tiga dekade hingga menjadi raksasa dengan 75 merek termasuk rumah mode Christian Dior, toko perhiasan Tiffany & Co, dan Hennessy Cognac, melaporkan pertumbuhan penjualan yang jauh lebih lambat untuk fesyen dan barang-barang kulit pada kuartal pertama dan penurunan keseluruhan pada kuartal pertama di Asia, kecuali Jepang.
Prospek L’Oreal juga suram terhadap China telah membebani kekayaan Bettencourt Meyers, yang pada Desember lalu menjadi wanita pertama yang memiliki kekayaan sebesar US$100 miliar namun kekayaannya turun menjadi sekitar US$91 miliar.
Dengan merek-merek kelas atas seperti Aesop, Lancome, dan Yves Saint Laurent serta L'Oreal Paris, Garnier, dan Maybelline yang lebih terjangkau, perusahaan tempat dia dan keluarganya memiliki hampir 35 persen saham sedang mencoba mengatasi perlambatan lintas wilayah dan harga.
Penurunan kekayaan Pinault juga menjadi salah satu yang yang paling luar biasa, berkurang separuhnya dalam tiga tahun terakhir menjadi US$28 miliar karena permasalahan di kerajaannya semakin parah dibandingkan perlambatan di China dan ketidakpastian politik Prancis.
Kering, yang dipimpin oleh putranya Francois-Henri Pinault, memperingatkan pada April lalu bahwa laba akan anjlok pada paruh pertama tahun ini karena perusahaan tersebut mencoba membalikkan merek terbesarnya, Gucci, yang sedang mengalami kesulitan.
Pada saat yang sama, ada miliarder barang mewah yang berhasil meningkatkan kekayaan mereka selama periode tersebut, termasuk Wertheimer bersaudara di balik Chanel, yang secara luas dipandang sebagai salah satu merek mewah paling eksklusif.
Perusahaan itu melaporkan pertumbuhan dua digit tahun lalu, meskipun mereka memperingatkan bahwa pertumbuhan pasar kini lebih menantang dan permintaan untuk tas tangan dan pakaian wol telah melambat di Amerika.
Selain itu, miliarder Afrika Selatan Johann Rupert, yang mengendalikan pemilik Cartier Richemont, juga mendapat keuntungan. Ketahanan Richemont terlihat pada Selasa ketika perusahaan tersebut melaporkan peningkatan penjualan dari merek perhiasan termasuk Van Cleef & Arpels dan Buccellati, mengimbangi penurunan pendapatan secara keseluruhan sebesar 27 persen di wilayah China.
Kelegaan investor mendorong sahamnya sedikit lebih tinggi, tetapi hal ini tidak meluas ke LVMH, L'Oreal atau Kering, yang berakhir pada Selasa dengan penurunan di perdagangan Paris.
Industri ini dikejutkan pada Senin lalu oleh penurunan kinerja keuangan Burberry dan rencana untuk mengganti CEO-nya. Swatch Group juga melaporkan penurunan penjualan dan laba di tengah perlambatan yang disebabkan oleh China pada produsen jam tangan Swiss dan perusahaan mewah lainnya.