Bisnis.com, JAKARTA -- Seorang pengusaha Korea Selatan berusia 29 tahun dikabarkakn berhasil mendapatkan dana investasi dari unit usaha SoftBank Group Corp. dan Kakao Page Corp. untuk mewujudkan ambisinya menciptakan aplikasi bacaan fiksi online.
Lee Seungyoon, pendiri Radish, perusahaan yang berbasis di New York, mengumpulkan US$63,2 juta dalam putaran pertama pendanaan dari investor termasuk konglomerat Jepang dan perusahaan media sosial Korea.
Perusahaan yang didirikan 4 tahun lalu itu memiliki tujuan untuk menjadi seperti Netflix Inc. untuk konten bacaan fiksi dengan mempekerjakan seratus penulis naskah termasuk veteran Hollywood untuk berkolaborasi dalam novel-novel asli dalam format serial atau episodik.
"Orang-orang menganggap fiksi sebagai sesuatu yang sangat ketinggalan zaman, tetapi saya pikir tidak ada yang benar-benar berinovasi di bidang ini," kata Lee, seperti dikutip melalui Bloomberg, Rabu (5/8).
Radish telah mengumpulkan dana dengn total lebih dari US$68 juta termasuk dari seed-funding sebelumnya.
Beberapa investor awalnya termasuk Lowercase Capital dan Joy Luck Club.
SoftBank Ventures Asia, unit modal ventura dari SoftBank Group Corp, berpikir Radish memiliki potensi untuk menjadi platform konten global jika terus berkembang pada genre populer.
“Dengan laju pertumbuhan ini, kami berharap dapat melihat Radish menjadi unicorn dalam dua atau tiga tahun ke depan,” ujar JP Lee, chief executive officer SoftBank Ventures Asia.
Lee, yang sejak kembali ke Seoul pada Maret lalu tinggal di hotel karena kebijakan pembatasan sosial, mengganggap bahwa fiksi masih merupakan bagian fundamental dari semua jenis konten dan cerita apapun.
Radish bergabung dengan sejumlah pemain mapan seperti Naver Corp dan China Literature Tencent Holdings Ltd. di segmen hiburan online yang berkembang pesat.
Selain membuktikan bahan bacaan yang dibaca dari gawai sangat populer, beberapa konten serial dari fiksi umum hingga komik telah berhasil melakukan transisi ke acara TV dan film layar lebar.
Radish berusaha untuk menciptakan dan memiliki properti intelektual yang dapat berkembang ke waralaba TV dan film yang mirip dengan Marvel Entertainment Walt Disney Co., kata Lee.
Pendapatan hariannya telah meningkat lebih dari 20 kali lipat menjadi US$100.000 dari sekitar 700.000 pengguna bulanan sejak mencetak hit dengan kisah cinta manusia serigala dan seri populer original lainnya pada musim gugur yang lalu.
Dengan konten yang lebih orisinal, startup ini bertujuan untuk mencapai pendapatan bulanan sekitar US$10 juta dengan 5 juta pengguna aktif bulanan pada akhir tahun 2021, kata Lee, yang juga CEO Radish.
Dengan mengadopsi model kolaboratif Hollywood, Radish merekrut para penulis yang menyusun episode baru dalam berbagai genre mulai dari thriller dan novel LGBTQ hingga romansa setiap empat atau enam jam.
Sebagian besar episode gratis untuk waktu yang terbatas, adapun pengguna membayar untuk mengakses konten tanpa batasan waktu.
"Kami ingin dapat membuat hit [kunjungan pembaca] dengan biaya lebih murah dan kecepatan lebih cepat daripada studio Hollywood lainnya," kata Lee.
Tumbuh di Seoul, Lee muda senang membaca buku dan mendengarkan musik di waktu luangnya sementara orang tuanya sedang bekerja - tidak seperti teman-temannya, yang sering mengunjungi bimbingan belajar.
Setelah memasuki Universitas Oxford, Lee menjadi presiden klub debat kampus, Oxford Union, di mana dia semakin dengan kewirausahaan setelah bertemu dengan Peter Thiel dan penyanyi rap Korea, PSY.
Dia kemudian mendirikan platform media crowdfunded yang berbasis di Inggris dan kemudian beralih ke Radish dalam satu setengah tahun ketika dia menyadari keterbatasan dalam meningkatkan bisnis media berita.