Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

M. Taufikul Basari

Editor Bisnis.com dan Bisnis Indonesia. Bergabung dengan Bisnis Indonesia sejak 2011 dengan liputan seputar pasar modal, hukum bisnis, transportasi, logistik, dan gaya hidup.

Lihat artikel saya lainnya

OK OCE dan 'Jebakan Kail dan Ikan'

Masyarakat melihat bahwa utang kampanye Anies-Sandi bukan untuk menelurkan pengusaha baru, melainkan program bagi-bagi modal usaha. Inilah yang berpotensi jadi jebakan kail dan ikan.
Gerai OK OCE Mart di Jakarta./Antara-Muhammad Adimaja
Gerai OK OCE Mart di Jakarta./Antara-Muhammad Adimaja

Program Pemprov DKI Jakarta untuk membangun ekosistem gerakan kewirausahaan OK OCE disebut-sebut terancam gagal. Padahal, gerakan One Kecamatan One Centre for Entrepreneurship dengan anggaran Rp98 miliar itu baru seumur jagung.

Program OK OCE pada awalnya ditujukan untuk menciptakan 200.000 wirausahawan baru di Jakarta. Program ini tampaknya sebagai representasi Sandiaga Salahuddin Uno yang berlatar belakang pengusaha. Semangatnya sendiri sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat untuk menambah jumlah pengusaha di Tanah Air.

Tutupnya sejumlah gerai ritel OK OCE disebut oleh sejumlah politisi lawan kubu Anies-Uno sebagai indikator kegagalan.

Alasan lain soal modal yang sebelumnya dijanjikan ketika kampanye Pilkada DKI. Bukannya diberi modal, para pelaku UMKM ternyata hanya dihubungkan dengan perbankan.

Berbagai kritik yang mendera program pasangan Anies dan Sandiaga—yang kemudian mundur dari posisinya sebagai wakil gubernur demi mencalonkan diri sebagai wakil presiden—tak bisa dilepaskan dari persoalan politik, lantaran program OK OCE adalah bagian dari janji kampanye. Apalagi, program ini akan diusung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai program nasional.

Apa yang salah? Salahnya, sejak awal program ini dikonsep untuk menarik perhatian publik, dikemas sebagai bantuan modal bagi yang berniat membuka atau mengembangkan usaha kecil. Janji bantuan modal jelas isu populer. Beda dengan membangun ekosistem bagi kemunculan wira­usahawan baru.

Masyarakat melihat bahwa utang kampanye Anies-Sandi bukan untuk menelurkan pengusaha baru, melainkan program bagi-bagi modal usaha. Inilah yang berpotensi jadi jebakan kail dan ikan.

Anda tentu tahu pepatah populer, beri kail jangan beri ikan. Mudah saja orang mengatakan bahwa bantuan modal itu adalah ‘kail’ dan bukannya ‘ikan.’

Namun dalam realitasnya, bantuan modal pemerintah kerap jadi ‘ikan’ ketika sampai di masyarakat.

Bukan rahasia bahwa sebagian masyarakat berharap mendapat modal dan tidak pernah dituntut mengembalikannya. Klausula bantuan modal harus dikembalikan seringkali kendor saat usaha yang dirintis dinyatakan gagal.

Program bantuan modal jelas sangat berbeda dengan pinjaman bank, yang akan tetap menuntut sekalipun debitur bangkrut. Oleh karena itu, jika program bagi-bagi modal diteruskan, Pemprov DKI tak akan bisa menjamin bakal tercipta 200.000 wirausahawan baru, atau 2% dari jumlah penduduk Jakarta.

Paling banter akan tercipta 200.000 pedagang musiman baru. Walaupun, menilai OK OCE saat ini gagal juga terlalu prematur karena parameternya kurang jelas dan kepemimpinan Anies masih panjang.

Sudah benar, gerakan kewirausahaan berbaju OK OCE ditujukan untuk membangun ekosistem, bukan melulu soal permodalan. Sayangnya, cara ini tidak akan berhasil dengan cepat, lantaran menjadi wirausahawan itu bermula dari mindset. Seseorang yang membuka warung kelontong tidak serta merta jadi wirausahawan.

Jadi jelas, proyek sejumlah bisnis ritel OK OCE di sejumlah tempat di Ibu Kota sama sekali tidak tampak sebagai upaya menciptakan wirausahawan baru. Bisnis ritel semacam ini rentan gagal, karena berada di ‘red ocean’ alias persaingan ketat.

PT Modern Sevel Indonesia, pemegang lisensi gerai 7-Eleven di Tanah Air, sudah merasakannya. Nah, apalagi kalau pembukaan gerai itu sekadar lipstik untuk menunjukkan wujud janji politik, jangan berharap banyak.

Menciptakan wirausahawan baru adalah masalah nasional, bukan hanya Jakarta. Presiden Joko Widodo sendiri menyebut bahwa rata-rata 14% penduduk negara maju merupakan wirausahawan, sedangkan di Indonesia baru mencapai 3,1%.

Namun, upaya untuk mencetak pengusaha-pengusaha baru itu jangan sampai masuk dalam jebakan ikan dikira kail.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper