Bisnis.com, MATARAM -- Lombok menjadi daerah ini dekat pantai, dan banyak menghasilkan rumput laut. Tapi sayang banyak dibuang karena nelayan tidak tahu mau dibuat apa,"begitu awal cerita Baiq Siti Nuriani saat ditanya alasan membuat olahan panganan dari rumput laut.
Pulau Lombok memang memiliki potensi rumput laut yang besar, setidaknya 1 juta ton rumput laut basah dihasilkan NTB setiap tahunnya.
Di rumahnya, di Desa Senteluk Batu Layar, Lombok Barat, Baiq mulai mencoba melakukan olahan camilan dengan bahan dasar rumput laut. Masyarakat sekitar, khususnya ibu-ibu nelayan diajak Baiq untuk membantunya melakukan proses produksi panganan tersebut.
Sasak Maiq, begitu nama yang diberikan untuk olahan cemilan rumput laut yang dimulainya sejak tahun 2012 lalu dengan modal awal Rp500 ribu.
Salah satu produksi unggulan Sasak Maiq adalah tortila rumput laut. Dia menceritakan sedikit proses membuat produk unggulan UKM Sasak Maiq yaitu tortila dan stik rumput laut yang harus melalui dua kali perendaman.
Pertama direndam dengan kapur sirih maksimal selama dua hari untuk menghilangkan bau amisnya. Setelah rumput laut berubah warna menjadi putih, lalu dijemur hingga kering dan terakhir direndam kembali menggunakan air beras.
Rumput laut yang sudah bersih tersebut itulah yang kemudian diolah dengan campuran bumbu-bumbu, seperti cabai, tepung, bawang merah, bawang putih, dan bumbu lainnya. Bahan baku untuk produksinya diperoleh Baiq dengan skema kemitraan dengan para kelompok petani dan nelayan di sentra-sentra budidaya seperti Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah.
"Mereka bawa ke sini rumput lautnya yang sudah bersih, kita bayar dengan harga yang lebih mahal. Sebelumnya mereka hanya tukar dengan es batu untuk menjaga kesegaran ikan, karena mereka tidak tahu mengolah rumput laut," papar Baiq.
Dalam sehari, Sasak Maiq bisa melakukan produksi 500-1.000 bungkus stik dan tortila rumput laut. Kebutuhan rumput laut yang dibutuhkan sebanyak 50 kilogram yang dikerjakan dengan 11 orang tenaga kerja.
Harga jual camilan rumput laut sangat bervariasi dari kisaran Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu. Untuk proses pemasaran, Baiq banyak melakukan kerja sama dengan toko oleh-oleh, ritel modern, dan juga membuka gerai sendiri.
"Toko oleh-oleh banyak membantu penjualan selain itu tamu-tamu yang datang kesini juga banyak yang dari mulut ke mulut," tuturnya.
Untuk mengembangkan usahanya, Baiq memanfaatkan fasiltas KUR yang diberikan oleh pemerintah. Dana tersebut digunakan Baiq untuk membangun ruang kerja khususnya untuk lokasi penjemuran rumput laut.
Setidaknya dalam sebulan Baiq bisa meraup omset sebesar Rp100 juta dengan margin keuntungan sebesar 20%. Dia menargetkan, cemilan rumput lautntya bisa masuk ke pasar ekspor. Tentu saja dengan standar kualitas yang lebih baik.
"Kami belum berani ekspor karena kemasannya masih kurang bagus dan barang rentan hancur. Targetnya maksimal 2 tahun dari sekarang," tutup Baiq.