Bisnis.com, JAKARTA - Semakin pahamnya masyarakat muslim Indonesia kepada syariat Islam, membuat produk-produk Islami semakin laris diburu pembeli, mulai dari produk makanan, jasa hingga fesyen.
Salah satu produk fesyen yang tengah berkibar saat ini adalah kerudung panjang yang sering disebut khimar. Beberapa pelaku usaha menuai sukses dan untung besar dari berbisnis khimar.
Misalnya, kisah bisnis khimar yang dijalankan Lintang Permatasari. Perempuan yang baru berjilbab pada akhir 2010 itu memulai bisnis di bidang fesyen muslimah sejak 2011. Dia mengaku mencintai dunia fesyen sehingga ingin tetap fashionable meskipun sudah berjilbab.
“Awal 2011 mulai merintis bisnis di bidang fesyen muslimah karena memang suka pada dunia ini,” katanya.
Saat itu Lintang menggelontorkan modal sekitar Rp100 juta yang digunakan untuk kulakan produk fesyen, sewa toko dan desain interior di Surabaya. Saat itu bisnisnya lumayan berkembang dengan pesat, karena mewabahnya tren hijab fashion di Tanah Air.
Sembari menjalani bisnisnya, Lintang pun tak putus belajar agama dan rutin mengikuti pengajian. Dia pun mendapat pengetahun bahwa kerudung yang diwajibkan bagi muslimah adalah penutup kepala lebar yang menutupi hingga dada atau khimar.
Sejak saat itu, Lintang pun tergerak untuk memproduksi dan berbisnis khimar. Tak sekadar untuk mencari untung, dia pun bertekad usahanya tersebut bisa menjadi sarana dakwah lewat busana muslim.
Akhirnya, pada awal 2015, pemilik brand M2 Mekkah Madinah pun mulai fokus untuk memproduksi khimar dan gamis. Dengan modal Rp25 juta, Lintang pun memulai kembali bisnis barunya.
Saat ini, M2 Mekkah Madinah bisa memproduksi 100 set gamis dan khimar yang terdiri atas 30 model dan desain. Produk-produk tersebut bisa dijual terpisah atau pun satu set langsung, dengan harga yang bervariasi.
Harga khimar dibanderol pada kisaran Rp100.000-Rp400.000, sedangkan harga gamis mulai dari Rp350.000-Rp700.000. Sementara itu, satu set gamis dan khimar dipatok dengan harga Rp500.000 untuk bahan katun dan jersey, hingga Rp1 juta untuk pakaian dengan bahan ceruti.
“Margin keuntungan bisa mencapai 50% jika menjual langsung secara ritel kepada konsumen,” katanya.
Lintang menilai dibandingkan dengan model-model jilbab lain, khimar menunjukkan kenaikan jumlah peminat yang paling pesat sejak 2014. Hal itu didorong oleh peran para tokoh masyarakat yang sudah banyak menggunakan khimar.
“Sekarang masyarakat awam sudah tidak menilai pengguna khimar kuno, karena sudah banyak digunakan oleh para artis. Lagi pula model khimar sekarang sudah cantik dan keren tidak kalah dengan produk fashion lain,” katanya.
Adapun, model khimar yang paling banyak diminati saat ini adalah umbrella, yakni khimar dengan potongan bawah yang sangat lebar, disusul oleh model A-line. Sementara motif khimar yang sedang menjadi tren dan banyak dicari dari label M2 adalah shabby chic.
Semakin banyaknya pesanan khimar dan gamis yang datang kepada M2, membuat Lintang seringkali kewalahan, sehingga saat ini dia belum berani untuk melakukan promosi secara gencar.
“Sekarang fokus dengan kapasitas produksi yang ada dulu, karena kalau semua pesanan diambil takutnya tidak tertangani dan malah mengecewakan konsumen,” katanya.
Lintang pun saat ini tengah mengumpulkan modal untuk melakukan ekspansi. Ke depannya, dia ingin segera membuka gerai khusus gamis dan khimar berlabel M2 Mekkah-Madinah, sehingga konsumen bisa lebih mudah menjangkau produknya.