Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSIGHT: Jangan Jual Durian Kosong!

Ketika kita menjahati orang lain, kita menghancurkan bisnis kita sendiri. Please dont! You kill your own future by doing that!
Foto ilustrasi durian dijual. /
Foto ilustrasi durian dijual. /

Saya teringat dengan pengalaman seorang rekan yang membeli durian di sekitar Pantai Carita. Karena tertarik, dia menghentikan mobilnya dan mendatangi seorang penjual durian di tepi jalan. Satu-satunya yang menjual di situ.

Contoh durian yang ditunjukkan sungguh menarik hati. Berwarna kuning dan tampak lezat. Tulisan yang tertera tentang harganya pun murah. Bahkan sangat murah. Maka rekan inipun tertarik membeli. Tetapi rupanya durian-durian itu sudah disatukan dengan daun-daun sehingga tidak boleh dibuka.

“Maaf tidak boleh dibuka karena sudah sangat murah,” ujar sang penjual durian.

Rekan saya itupun membeli dan membawanya ke rumah. Ketika sampai di rumah, daun-aun pembungkusnya segera dibuka dengan semangat empat lima. Dan, ketika dibuka, apa yang terjadi? Dari beberapa durian yang dibungkus, hanya satu durian yang ada isinya. Sisanya, adalah kulit durian yang isinya telah diambil dan kulit-kulitnya disatukan kembali seakan-akan berisi, tapi sebenarnya kosong.

Rekan saya ini jadi sangat marah. Dia berjanji tidak akan tertipu serta mengutuk si penjual itu, “Kurang ajar. Saya tidak akan pernah tertipu lagi!”

Saya pun pernah tertipu. Di sekitar perempatan Harmoni Jakarta Pusat, tepatnya di depan sekitar Istana Negara, sering ada penjual majalah dan koran. Saya pernah membeli majalah dari pedangan di perempatan lampu merah karena kasihan. Tetapi saya tidak memperhatikan, harga yang biasa ditulis di majalah itu telah diubah dengan begitu pintarnya.

Harga itu jadi lebih mahal. Akhirnya saya sadar setelah tiba di rumah. Mereka hapus anti price tag-nya dengan cara yang lihai. Pintar tapi licik. Mereka telah menghancurkan dagangan mereka sendiri. Kini, saya tidak akan pernah membeli apapun dari mereka, khususnya setiap kali saya melewati perempatan lampu merah itu lagi.

***

Belakangan inipun kita sering mendapatkan sajian berbagai laporan yang menggambarkan teknik dan metode mencurangi bisnis, yang banyak dipakai oleh para pedagang di negeri kita. Ikan yang busuk dikasih formalin biar awet. Kerupuk digoreng bersamaan dengan plastik agar menjadi renyah ketika dimakan. Daging sapipun diganti dengan daging babi, bahkan daging tikus, karena harganya lebih murah.

Begitulah praktek bisnis yang terus-menerus kita dengar. Dan, tampaknya, selama keuntungan dan laba banyak, mereka tidak peduli.

Perlu diingat, keuntungan bisnis semacam ini tidak akan pernah langgeng. Tidak ada yang bisa selamanya ditipu dan tidak selamanya kita bisa lolos dengan menjalankan bisnis semacam ini.

Omong-omong soal tipu-menipu, kayaknya para pedagang semacam ini memang sudah menyiapkan diri kalau tertangkap. Buktinya, tatkala salah satu stasiun televisi yang mewawancarai mereka (dengan wajah serta suara disamarkan) dan bertanya, “Kalau seandainya menjalankan praktek salah seperti dan ketahuan gimana?”

Dengan tenangnya mereka menjawab, “Ya sudah risiko, Mbak. Paling ya kita pikirkan cara yang lain lagi.”

Astaga, pikirkan cara yang lain lagi?! Enggak ada kapok-kapoknya toh? Memang begitulah logika mereka. Mengejar keuntungan sesaat dengan cara menipu orang. Soal apa yang dilakukan itu akan merupakan bisnis yang panjang atau tidak, mereka pada dasarnya tidak terlalu peduli.

Namun, kembali pada refleksi buat kita. Bisnis kita tidak akan pernah bisa langgeng, kalau kitapun bermental seperti itu, jika hobinya menipu sana-sini. Intinya, tidak pernah ada bisnis yang panjang dengan cara menipu orang.

 

Penipuan Skala Kecil

Ada seorang peserta training saya yang bercerita betapa marahnya dia dengan sebuah iklan training menjalankan usaha properti tanpa modal. Dengan bersemangat diapun mengikuti training itu. Training-nya sendiri gratis. Dan, tatkala si trainer mulai bercerita, yang diperoleh peserta training bukannya tips atau kiat, tetapi justru ajakan untuk membeli training berikutnya. Diapun merasa tertipu. Apa yang diiklankan dengan apa yang diharapkan, sungguh jauh berbeda.

Itulah versi si peserta saya. Dia memang tidak rugi apapun. Lha training-nya sendiri gratis. Namun, dia merasa sudah ditipu karena telah meluangkan waktu dan tenaga untuk sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya.

Bisa jadi si peserta saya inilah yang salah membaca iklannya ataupun terlalu over expectation dengan training yang gratis tersebut (lha dengan training yang gratis, what can you expect?).

Namun bagi saya, jika kita tidak memberikan janji sesuai dengan yang telah kita katakan, umumkan, apalagi iklankan, maka itupun termasuk dalam ketegori penipuan. Memang, kadang ada konsumen ataupun pelanggan yang ngotot mengingatkan kita soal janji yang enggak kita penuhi tersebut. Tetapi, ada yang ngomel, ngedumel dalam hati. Mereka mungkin hanya mendongkol saja di dalam batinnya. Mereka tidak bicara. Tetapi lain kali, mereka tidak mau berbisnis ataupun kembali kepada kita. Masalahnya, kita dianggap suka menipu.

 

Melayani Dengan Penuhi Janji

Saat ini, kita melihat begitu banyak semboyan serta janji-janji pelayanan yang luar biasa. Inilah era di mana pelanggan dimanjakan. Dan karena itulah, saat ini nyaris tujuh dari 10 organisasi profit yang saya temui punya semboyan terkait pelayanan pelanggan. Mereka pun berlomba-lomba menciptakan sistem ataupun proses pelayanan yang luar biasa bagi pelanggannya. Jutaan rupiah dikeluarkan demi melayani pelanggan tersebut.

Akan tetapi inilah yang sungguh ironis. Padahal, pelanggan sebenarnya mungkin tidak membutuhkan sistem ataupun proses yang canggih-canggih tersebut. Terkadang, apa yang diinginkan pelanggan adalah sesuatu yang amat sederhana: penuhi saja apa yang telah dijanjikan!

Misalnya saja, saya pernah mengalami membeli sebuah game training yang sangat mahal. Harganya beberapa puluh juta rupiah. Pada masa itu, harganya tergolong cukup mahal untuk jenis game training seperti itu. Namun, saya sungguh percaya dengan promosi serta janji-janji yang diucapkan pembuat game dari AS itu. Bahkan, ada banyak testimonial yang turut mendukung. Plus, ada banyak feature serta janji pelayanan purnajual yang dikatakannya. Saya pun membelinya.

Tatkala produk itu tiba, saya dan tim menjadi sangat menyesal. Apa yang tampak sungguh berbeda dengan apa yang dijanjikan. Terlalu simpel dan terlalu sederhana untuk barang yang harganya harus sampai berpuluh-puluh juta. Bahkan, beberapa pelengkap game itu adalah souvenir yang bisa saya temukan dengan harga beberapa ribu rupiah saja di pasar Tanah Abang.

Kami menyesal, tetapi kami juga kasihan dengan si penjualnya. Dia mungkin telah berhasil menipu kami, tetapi dia juga mencerdaskan kami untuk tidak lagi gampang terbujuk kata-kata promosi yang belum tentu terbukti.

Lagipula, dia tidak akan pernah lagi bisa membujuk kami untuk membeli darinya. Karena setelah pembelian itu, perusahaan ini masih beberapa kali mengirimkan katalog game training-nya kepada kami. Tapi, kami sudah blacklist perusahaan ini.  Kami tidak ingin tertipu untuk yang kedua kalinya.

So, bagaimana dengan usaha Anda? Apakah perusahaan dan lembaga Anda termasuk yang sangat bagus dan kuat di tenaga sales dan marketing tetapi seringkali ‘lengah’ dalam memenuhi janji-janji yang telah diucapkan sales dan marketing itu? Cobalah monitor dan pastikan sebagian besar janji Anda itu sungguh terpenuhi. Sebab, itulah yang bisa jadi penyebab kehilangan customer kita, kehilangan bisnis kita!

Di akhir tulisan ini, saya ingin mengingatkan kembali, jangan jual durian kosong!

Lihatlah, ketika kita melakukan bisnis dengan curang, ataupun seringkali ingkar janji, pada akhirnya bisnis itu akan menjadi bumerang bagi kita.

Ketika kita menjahati orang lain, kita menghancurkan bisnis kita sendiri. Please don’t! You kill your own future by doing that!

 

Penulis

Anthony Dio Martin

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 14/6/2015

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper