Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSIGHT: Bahaya Iri Hati

Iri hati adalah penyebab utama terjadinya ketidak-bahagiaan. (Bertrand Russell).
Banyak bersyukur bisa mengikis iri hati. /
Banyak bersyukur bisa mengikis iri hati. /

Bisnis.com, JAKARTA --Permainan ini biasa dilakukan dalam perayaan hari besar bangsa Indonesia, khususnya pada saat peringatan hari Kemerdekaan, 17 Agustus. Batang pohon pinang dipancangkan, sudah dalam kondisi terkelupas dan licin. Di atas pohon dipasang lingkaran bambu tempat barang-barang hadiah permainan digantungkan.

Para pemain, bertelanjang dada, berlomba untuk meraih barang-barang tersebut dengan memanjat batang pohon yang sudah dilumuri pelicin. Siapa bisa memanjat dengan baik dan lebih cepat, dia yang akan mendapatkan hadiah-hadiah yang digantungkan itu.

Secara berkelompok, cukup mengasyikkan untuk ditonton. Yang satu mendorong yang lain, atau memanggulnya agar bisa merenggut hadiah yang tergantung di atas. Mereka berkolaborasi, bekerja sama. Di sisi lain, juga terlihat bagaimana satu dengan yang lain saling berusaha menjegal dan memelorotkan yang lainnya, agar gagal meraih hadiah. Sementara diri sendiri akan berusaha sekuat tenaga untuk tetap bisa melesat ke atas, berusaha meraih hadiah.

Semangat perorangan itu kadang-kadang bisa berupa tindakan-tindakan kasar, menjegal, menendang, menarik dan ‘memelorotkan’ orang lain. Semangat negatif ini merupakan suatu contoh nyata pemikiran dasar dari pepatah, “Senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang”. Pepatah itu menyuarakan suatu penyakit hati yang disebut sebagai iri hati atau sirik.

Iri hati atau dengki (envy), adalah emosi yang berkaitan dengan keinginan untuk memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang lain. Definisi lain soal iri hati ini adalah perasaan tidak senang atas keunggulan atau keberuntungan orang lain.

Sementara cemburu, adalah suatu emosi yang berkaitan dengan ketakutan bahwa yang dimiliki akan diambil oleh orang lain. Contoh klasik tentang cemburu adalah bila sang kekasih hati Anda ternyata menampakkan gejala-gejala lebih memperhatikan atau bahkan lebih menyayangi orang lain, lalu tumbuh rasa cemburu Anda.

 

Kisah Pemecah Batu

Ini suatu kisah tentang iri hati: Seorang pemecah batu yang melihat seorang kaya. Ia iri melihat orang kaya itu. Lalu, tiba-tiba ia menjadi kaya. Dalam jamuan makan malam, meskipun ia kaya, perlakuan istimewa hanya untuk pejabat. Ia iri ke pejabat itu, dan tiba-tiba ia menjadi pejabat. Sementara menjadi pejabat, ia melihat matahari yang hebat. Ia menjadi matahari. Ketika bersinar terang, matahari tertutup awan, ia iri akan awan dan ia pun menjadi awan. Ketika menjadi awan ia iri melihat angin yang menyegarkan. Ia menjadi angin. Ketika ia sedang berhembus, angin tak kuasa menembus gunung. Ia ingin menjadi gunung. Ketika ia menjadi gunung, tubuhnya dipecah-pecah oleh pemecah batu. Dan terbangunlah pemecah batu itu dari mimpinya.

Iri hati adalah suatu penyakit hati yang sangat perlu  dihindari, meskipun memang sangat manusiawi. Keiri-hatian adalah suatu penyakit manakala kita mulai membanding-bandingkan diri dengan orang lain. “Iri hati adalah seni menghitung keberuntungan kawan dari pada menghitung keberuntungan diri sendiri”, kata Harold Coffin, kolumnis dan humoris dari The Associated Press. Dampak iri hati ini sangat negatif.

“Semangat iri-hati hanya akan merusak, tak akan pernah membangun”, ujar ‘Iron Lady’, Margareth Thatcher. “Lebih banyak orang meninggal karena keiri-hatian dibandingkan penyakit kanker”, kata Joseph P. Kennedy, ayah Presiden John F. Kennedy.

 

Sosialisme dan Iri Hati

Dalam skala besar, soal keiri-hatian ini bahkan menjadi suatu landasan pemikiran sistem ekonomi, sebagaimana dikatakan oleh Winston Churchill, “Sosialisme adalah suatu filosofi yang keliru, suatu paham ketidak-tahuan dan suatu ajaran tentang keiri-hatian, suatu sifat yang melekat pada pemikiran pemerataan kesengsaraan”.

Penyakit keiri-hatian adalah suatu mindset (pola pikir) yang sejatinya dapat diperbaiki. Alih-alih melihat keberuntungan atau kemajuan orang lain, mengapa kita tak mencoba menikmati segenap keberuntungan diri sendiri? Memang benar kalimat ini, “Aritmatika tersulit untuk dikuasai adalah aritmatika yang membuat kita bisa menghitung anugerah yang kita terima”, kata Eric Hoffer, filsuf Amerika penulis buku True Believer.               

Bersyukur adalah suatu pilihan pola pikir untuk meniadakan, atau setidak-tidaknya mengurangi penyakit iri hati. Pola pikir bersyukur adalah kunci untuk berbahagia, sebagaimana kata Dale Carnegie, yaitu “Pola pikir untuk memilih wanting what we get (menghendaki yang kita miliki), bukan sebaliknya, having what we want (memiliki yang kita kehendaki)”.

Sementara itu, pola pikir membanding-bandingkan diri dengan orang lain, pada dasarnya merupakan suatu penentangan terhadap hukum alam. Michael D. Ruslim almarhum,   mantan Presiden Direktur Astra International, seringkali mengingatkan, “Kenapa  panjang jari-jari manusia itu nggak sama? Jempol yang paling pendek, lalu jari tengah yang paling panjang, lalu jari kelingking, jari manis dan kelingking? Kenapa semua berbeda-beda? Semua pasti ada alasannya. Hanya Dia yang Maha Tahu”.

Terus belajar mensyukuri segenap yang ada dalam genggaman kita adalah sikap hidup positif. Membanding-bandingkan diri dengan orang-orang lain adalah sikap negatif. Memaksakan diri untuk bisa atau menjadi orang lain adalah sikap negatif. Lebih baik, terus saja berjuang dan bekerja keras. Dan pada ujungnya, berserah-diri kepada Yang Maha Kuasa.

Sebagaimana nasihat pitutur (pepatah) Jawa kuno sebagai berikut, “Sepi ing pamrih, rame ing gawe, nrimo ing pandum. Urip kuwi waton mampir ngombe. Ojo dipekso yen ora iso. Dioyak soyo adoh. Dipikir soyo bingung. Digelani soyo rekoso. Kabeh kuwi wis ono sing ngatur. Wis kersane Gusti wae“.  

Dalam bahasa Indonesia, “Kendalikan pamrih. Bekerja keraslah. Namun harus selalu ingat,   hidup itu hanya sekedar mampir minum. Jangan dipaksa bila tidak bisa. Dikejar semakin menjauh. Dipikir semakin membingungkan. Disesali malah menyengsarakan. Semua sudah ada yang mengatur. Terima saja kehendak Nya”.

 

Penulis:

Pongki Pamungkas

Pengarang buku The Answer Is Love


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pongki Pamungkas
Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week end edisi 24/5/2015

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper