Bisnis.com, JAKARTA - Anak muda, khususnya kaum hawa, memiliki kecenderungan untuk tampil trendi dan gaya. Itulah sebabnya, peluang bisnis aksesori yang diperuntukkan bagi pasar remaja semakin terbuka. Selain mudah dibuat, keuntungan yang ditawarkan sangat menggiurkan.
Pemain lain yang turut meramaikan pasar aksesori lokal adalah Karlina, 24. Perempuan yang akrab disapa Lina ini merintis bisnis perhiasan trendi untuk anak muda yang dinamakan Loony Store. Ketertarikan Lina terjun ke bisnis aksesori bermula dari hobi memakai pernak-pernik tersebut.
Lina mengaku tak memiliki latar belakang pendidikan desain. Dia mendapatkan keahlian membuat aksesori secara otodidak. “Saya suka pakai aksesori sejak kecil. Ketika duduk di bangku SMA, saya mulai membuatnya sendiri. Dari situ, ternyata banyak teman-teman yang minta dibuatkan. Saya melihat ada peluang yang bisa digarap,” ujarnya.
Kendati telah mulai membuat aksesori sejak 2007, keinginan Lina untuk memproduksi dalam jumlah besar baru dimulai pada 2011. Konsep desain yang dia tawarkan adalah tema warna-warni (colourful) dan trendi. Oleh karena itu, Lina membidik kalangan remaja perempuan sebagai target pasar.
Material yang dia gunakan sangat bervariasi. Mulai dari kayu, benang sulam, mote-mote, batuan, bulu-bulu binatang, rantai, hingga cair resin. “Saya mengombinasikan beberapa material sesuai desain aksesori. Namun, fokusnya memang barang-barang yang berwarna cerah.”
Untuk desain, dia mendapat referensi dari berbagai hal yaitu blog-blog tentang fesyen dan majalah luar negeri. Meskipun demikian, tidak semua tren terkini dia tiru secara keseluruhan. Dia sesuaikan informasi tentang tren dengan konsep Loony Store.
Ketika ditanya soal model, Lina mengaku tak pernah menghitung jumlah karya yang telah dia hasilkan. Peningkatan jumlah desain produk berbanding lurus dengan kapasitas produksi.
Dulu, kala Lina masih membuat aksesori sendiri, dia hanya bisa menghasilkan 20—30 produk per bulan. Sekarang, dibantu oleh 4 orang asisten, Lina berhasil memproduksi 1.000—2.000 aksesori per bulan.
Aksesori-aksesori tersebut dipasarkan melalui beberapa cara, antara lain melalui toko online www.loonystore.com, toko offline, media sosial, dan bazaar produk kreatif. Dari semua cara, penjualan melalui bazaar memegang kontribusi tertinggi. “Selama tiga hari bazaar saya bisa dapat omzet Rp70 juta.”
Harga aksesori trendi buatan Lina disesuaikan dengan model, ukuran, dan jenis produk. Produk bando, gelang, dan kalung dijual mulai dari Rp10.000—Rp150.000 per buah.
Dia juga mengeluarkan produk premium yakni hiasan rambut (headpiece) ala suku Indian yang dijual seharga Rp500.000 per buah. Margin keuntungan yang didapat dari bisnis ini sangat tinggi yakni 200% dari harga pokok produksi.
Ketika ditanya soal persaingan, Lina mengaku kompetitor terbesar bukan datang dari pebisnis lokal. Menurutnya, pasar aksesori di Indonesia saat ini dikuasi produk dari China. Produk impor ini menawarkan harga yang sangat murah dan model yang bervariasi.
Meskipun kompetisi di bisnis aksesori sangat ketat, dia mengaku bisnis ini masih potensial. Apalagi, laba yang bisa diraih sangat menggiurkan. Oleh karena itu, pelaku usaha aksesori harus menawarkan konsep desain yang cocok dengan kebutuhan pasar.
“Selama kita bisa bikin desain yang unik dan menarik, konsumen akan datang dengan sendirinya. Selain itu, pebisnis di ranah ini juga harus konsisten dengan konsep desain yang mereka tawarkan.”