Bisnis.com, JAKARTA - Semua tentu pernah mengetahui sedikit banyak tentang apa yang terjadi di negeri di akhir dekade 1990-an lalu. Titik nadir keterpurukan ekonomi banyak negara termasuk Indonesia terjadi pada 1998. Banyak perusahaan kolaps dan iklim bisnis porak poranda.
Saya masih ingat bagaimana kacaunya keadaan saat itu. Ketegangan terjadi setiap saat dan kami berdoa selalu agar krisis ini segera berlalu. Bisnis saya juga ikut terperosok karena jeratan krisis moneter saat itu. Kurs Rupiah membubung tinggi dan utang luar negeri proyek-proyek bisnis naik drastis. Kami berada di ambang kehancuran.
Di saat seperti itu, sebagian orang menyarankan agar saya menjual sejumlah aset bisnis seperti land bank yang ada di kawasan Satrio. "Kan sedang krisis, jual saja itu tanah," kata orang-orang pada saya.
Saya menolak saran itu. Saya tidak mau menjual pada pihak lain sesuatu yang penting bagi realisasi impian saya dalam jangka panjang. Tanah di kawasan Satrio tersebut sangat strategis dan saya hendak mewujudkan impian saya yang sudah lama untuk membangun sebuah Orchard Road yang super lengkap khas Jakarta di sini.
Kota Jakarta ini, saya yakin dengan seyakin-yakinnya, pasti membutuhkan tempat semacam Orchard Road. Sebuah shopping street yang lengkap untuk membuat turis tidak bingung harus mengunjungi banyak tempat di seluruh Jakarta. Saya ingin merangkum berbagai aspek komersial dan seni budaya Jakarta di sini sehingga saat turis luar datang, mereka cukup mengunjungi kawasan ini untuk mengecap pengalaman dan kehidupan di Jakarta dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sekali datang, seorang wisatawan mancanegara seolah sudah bisa menikmati seluruh bagian kota Jakarta yang kaya dan majemuk ini. Apalagi kita di Jakarta sudah punya 40 buah mall lebih. Bisa dibayangkan bingungnya turis untuk memilih mana yang harus dikunjungi, apalagi untuk mereka yang waktunya tidak banyak. Inilah konsep dalam pikiran saya selama 20 tahun lebih mengenai Ciputra World Jakarta.
Anda bisa bayangkan jika saya menuruti nasihat orang lain untuk menjual saja tanah di Satrio itu dan menggadaikannya demi keuntungan jangka pendek untuk menghindarkan diri dan perusahaan dari amukan krisis. Ciputra World Jakarta mungkin tidak bisa dibangun seperti sekarang.
Karena itu, becermin dari apa yang saya alami saat kejatuhan pada 1998, saya merasakan pentingnya memegang teguh impian dengan keyakinan yang paling kuat, bahwa suatu saat ia akan terwujud jika dan hanya jika kita mau berjuang dengan segala daya upaya dan doa untuk merealisasikannya.
Salam entrepreneurship!