Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan elektronik lokal, Polytron, mulai melebarkan sayap, dari produksi barang elektronik televisi, kini perusahaan ini mulai mengikuti arus terjun ke industri kendaraan listrik (electric vehicles/EV).
Baru-baru ini, PT Hartono Istana Teknologi atau Polytron resmi meluncurkan mobil listrik pertamanya, Polytron G3 pada Selasa (6/5/2025).
Kini Polytron bakal bersaing di pasar mobil listrik bersama dengan sederet perusahaan yang sejauh ini masih didominasi oleh pabrikan asal China dan Korea Selatan.
Polytron G3 sendiri diproduksi lokal di fasilitas milik PT Handal Indonesia Motor (HIM) dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 40%. Namun, dalam perakitannya, Polytron menggandeng Skyworth Auto, produsen EV China.
Sebelum membangun mobil EV, Polytron sudah terlebih dahulu meluncurkan kendaraan listrik roda dua dengan tersedia dalam tiga tipe berbeda.
Sosok taipan di balik Polytron
Di belakang inovasi dan ekspansi yang dilakukan Polytron, tak lepas dari peran pendirinya, dua orang terkaya di Indonesia, Hartono Bersaudara, Robert Budi dan Michael Bambang.
Baca Juga
Mengutip laman resminya, Polytron didirikan sejak 1975 dan menjadi anak perusahaan pertama Grup Djarum yang bergerak di luar industri rokok.
Di awal beroperasi, Polytron sesuai dengan filosofi namanya, Poly (banyak) dan Tron (elektronik), memproduksi televisi pada 1975. Kemudian, pada 1984 perusahaan mulai memproduksi audio compo.
Sejak 2000-an, Polytron terus mengembangkan produknya dengan memproduksi antara lain speaker, kulkas sejak akhir 2000-an, mesin cuci sejak 2010, AC sejak awal 2000, hingga ke produk smartphone sejak 2011, dan masih banyak lagi.
Seiring dengan perkembangan zaman, Polytron turut andil dalam mengembangkan produk kesehatan dan kendaraan listrik (EV).
Kepemilikan sebagian besar saham Polytron turut menjadi penyumbang kekayaan besar Hartono bersaudara sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Sampai dengan Jumat (9/5/2025), kekayaan Robert Budi Hartono mencapai US$22,4 miliar Rp370,15 triliun. Sedangkan, Michael Hartono sebesar US$21,5 miliar atau Rp355,27 triliun.
Kekayaan keluarganya bermula dari Grup Djarum, pemain industri rokok, salah satu yang terbesar di Indonesia yang didirikan oleh ayahnya, Oei Wie Gwa.
Oei Wie Gwan mendirikan perusahaan rokok Djarum pada 21 April 1951 di Kudus, Jawa Tengah. Namun, setelah kebakaran besar dan Djarum ditinggal pemiliknya pada 1963, perusahaan tersebut kemudian mewariskan perusahaan tersebut kepada kedua anaknya, Hartono Bersaudara.
Michael Bambang Hartono lahir di Kudus, Jawa Tengah pada 2 Oktober 1939. Dia besar di kota tempat ayahnya membesarkan usaha rokok, dan menempuh pendidikan di Universitas Diponegoro, Semarang pada 1959.
Sementara itu, adiknya, Robert Budi Hartono lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 28 April 1940. Robert menempuh pendidikan di tempat yang sama dengan kakaknya, di Universitas Diponegoro Semarang, dan mengambil jurusan Teknik Elektro.
Namun, keduanya tidak menyelesaikan studinya dan memilih fokus membantu ayahnya di Djarum setelah ayahnya meninggal dunia, yang ternyata membawa mereka menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Berhasil menjadi salah satu perusahaan produsen rokok terbesar di Indonesia, perusahaan tersebut tumbuh pesat di bawah kepemimpinan Hartono bersaudara. Namun, saudara kandung Hartono, R. Budi dan Michael memperoleh sebagian besar kekayaan mereka dari investasi di Bank Central Asia.
Bank ini merupakan bank swasta terbesar di Indonesia. Kepentingan mereka kini beragam, termasuk elektronik, properti, dan agribisnis.