Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Putuskan Resign, Warren Buffett Masih Orang Terkaya di Dunia dengan Harta Rp2.776 Triliun

Warren Buffett masih menduduki posisi orang terkaya kelima di dunia dengan kekayaan bersih USS$169 miliar
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters
Warren Buffet seorang investor sukses kerap memberikan tips-tips mengelola keuangan, termasuk cara membeli rumah/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Warren Buffett, orang terkaya kelima di dunia dengan estimasi kekayaan bersih sebesar US$169 miliar, telah mengumumkan pengunduran dirinya sebagai CEO Berkshire Hathaway pada usia 94 tahun.

Kabar itu diumumkan pada rapat tahunan perusahaan di Omaha pada Sabtu (3/5/2025). Sebagai penggantinya, dia mengungkapkan bahwa akan ada Greg Abel yang akan mengambil alih posisinya pada akhir tahun. 

Kekayaan Buffett telah tumbuh sebesar US$16,4 miliar atau sebanyak Rp270 triliun sepanjang 2025 meskipun pasar sedang lesu. 

Dikenal karena gaya investasinya yang hati-hati dan berjangka panjang, Buffett mengundurkan diri setelah 54 tahun menjabat, meninggalkan portofolio senilai US$267 miliar dan warisan yang dibangun atas disiplin daripada sekadar sensasi.

Kekayaan Buffett

Mundurnya Buffett terjadi pada puncak kecerdasan finansialnya, yang membawanya berhasil melampaui rekan-rekannya. Menurut Bloomberg Billionaires Index, kekayaan bersihnya kini mencapai US$169 miliar. Sementara, Forbes memberikan perkiraan mendekati US$168,2 miliar per 3 Mei 2025. 

Hal ini menandai peningkatan sebesar US$16,4 miliar tahun ini saja, peningkatan terbesar di antara sepuluh miliarder teratas dunia.

Kemampuannya untuk menumbuhkan kekayaan saat orang lain goyah sangat menonjol dibandingkan miliarder lainnya. 

Kekayaan Elon Musk misalnya, turun US$135 miliar di periode yang sama, Jeff Bezos kehilangan US$42,6 miliar, dan Mark Zuckerberg mengalami penurunan US$24,5 miliar. 

Sementara itu, Buffett mengambil langkah hati-hati dengan menjual saham di bidang teknologi dan perbankan dengan harga yang tinggi, menimbun uang tunai, dan lebih menyukai obligasi pemerintah AS dengan imbal hasil tinggi. Hasilnya? Dana cadangan yang terus bertambah dan portofolionya berkembang pesat.

Strategi Buffett telah lama dikenal mengutamakan kesabaran dan kehati-hatian. Pada akhir 2024, Berkshire telah mengumpulkan uang tunai sebesar US$334 miliar. Analis melihat hal ini bukan sebagai keraguan tetapi pandangan ke depan, untuk menjadi penyangga terhadap ketidakpastian ekonomi.

Pendekatan disiplin ini mendukung filosofi investasi Buffett. "Orang-orang yang terlalu mudah kesal dengan fluktuasi harga … seharusnya tidak memiliki saham sama sekali," katanya pada 2018 silam. Kemudian, dalam opini New York Times pada 2008, dia menulis, "Takutlah ketika orang lain serakah, dan serakahlah ketika orang lain takut."

Keyakinannya pada pemikiran jangka panjangnya juga tetap konsisten. Buffett meyakini, ketika berinvestasi artinya dia berkomitmen lama, bahkan hampir selalu jauh lebih lama dari satu tahun. 

"Dalam banyak hal, pemikiran kita melibatkan beberapa dekade," tegas Buffett. 

Hingga akhir 2024, Buffett mengelola portofolio saham senilai US$267 miliar. Kepemilikannya mencakup beberapa perusahaan global terbesar dan paling dikenal, di antaranya Apple, American Express, Coca-Cola, Amazon, Itochu, Marubeni, Mitsubishi, Domino’s Pizza, Sirius XM, dan VeriSign

Dia tidak bergantung pada investasi selamanya. Sebaliknya, dia menyesuaikan diri dengan risiko. Kinerja tahun ini membuktikan bahwa kemampuan beradaptasi masih penting.

Meskipun kekayaannya sangat besar, Buffett menjalani kehidupan yang sangat sederhana. Dia masih tinggal di rumah di Omaha yang dibelinya pada 1958 seharga US$31.500 atau sekarang bernilai sekitar US$1,4 juta. 

Rumah itu jauh berbeda dari rumah-rumah mewah bernilai jutaan dolar milik rekan-rekannya yang juga miliarder. Dia juga memiliki rumah liburan di Laguna Beach, California.

Buffett juga berkomitmen untuk menyumbangkan sebagian besar kekayaannya, terutama kepada Yayasan Bill & Melinda Gates. Pandangan filantropisnya telah menjadi sama terkenalnya dengan investasinya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper