Bisnis.com, JAKARTA - Lingkungan kerja yang sehat merupakan salah satu faktor penting dalam menunjang produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Sayangnya, tidak semua individu beruntung berada dalam kondisi tempat kerja yang mendukung.
Dilansir dari hbr.org, istilah lingkungan kerja toxic atau beracun semakin sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental di tempat kerja.
Lingkungan kerja yang toxic ditandai oleh suasana kerja yang negatif, adanya intimidasi, gosip yang merajalela, tekanan kerja yang tidak wajar, serta kurangnya penghargaan atas prestasi. Kondisi ini bukan hanya mengganggu kenyamanan bekerja, tetapi juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental, bahkan fisik seseorang.
Lantas, bagaimana cara menghadapi lingkungan kerja yang toxic agar tetap dapat bekerja secara profesional tanpa mengorbankan kesehatan pribadi? Berikut adalah beberapa tips yang dapat diterapkan:
1. Kenali Tanda-tanda Lingkungan Toxic
Langkah awal dalam menghadapi tempat kerja yang tidak sehat adalah dengan mengenali tanda-tandanya. Beberapa indikasi umum meliputi.
• Komunikasi yang buruk antar rekan atau atasan.
• Ketidakseimbangan beban kerja yang terus menerus.
• Kurangnya dukungan dari pimpinan.
• Persaingan yang tidak sehat antar karyawan.
• Adanya praktik perundungan atau pelecehan verbal.
Baca Juga
Mengenali situasi dengan objektif membantu individu memahami bahwa permasalahan yang terjadi bukan sepenuhnya disebabkan oleh dirinya, melainkan karena sistem kerja yang tidak sehat.
2. Tetapkan Batasan yang Sehat
Dilansir dari sunlife.go.id, menjaga batasan pribadi adalah kunci utama agar tidak terseret dalam dinamika kerja yang merugikan. Jangan ragu untuk mengatakan “tidak” jika pekerjaan yang diberikan sudah melampaui kapasitas, atau jika permintaan rekan kerja mengganggu waktu pribadi.
Belajar asertif bukan berarti tidak kooperatif, melainkan sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
3. Fokus pada Kinerja Sendiri
Dalam situasi penuh tekanan, penting untuk tetap berfokus pada tujuan profesional pribadi. Hindari terlibat dalam gosip atau drama internal kantor yang hanya akan menambah stres.
Dengan terus menunjukkan performa yang baik dan profesional, reputasi kerja tetap terjaga dan dapat membuka peluang yang lebih baik di masa depan.
4. Cari Dukungan Emosional
Berada dalam lingkungan yang toxic dapat membuat seseorang merasa terisolasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki sistem dukungan yang sehat di luar kantor, baik dari keluarga, sahabat, maupun komunitas.
Selain itu, konsultasi dengan psikolog atau konselor juga sangat dianjurkan untuk menjaga stabilitas emosional dan mendapatkan perspektif yang lebih jernih.
5. Manfaatkan Saluran Internal Perusahaan
Jika situasi semakin tidak terkendali, jangan ragu untuk melaporkan kejadian yang tidak pantas kepada bagian sumber daya manusia (SDM) atau pihak yang berwenang di perusahaan.
Setiap perusahaan yang sehat seharusnya memiliki mekanisme pengaduan yang jelas untuk melindungi karyawannya.
6. Pertimbangkan untuk Mencari Pekerjaan Baru
Apabila segala upaya sudah dilakukan dan tidak ada perubahan berarti, mempertimbangkan untuk berpindah tempat kerja bisa menjadi solusi terakhir yang bijak. Tidak ada pekerjaan yang sepadan dengan kehilangan kesehatan mental dan kebahagiaan pribadi.
Lingkungan kerja yang toxic memang menjadi tantangan serius di dunia profesional. Namun, dengan mengenali kondisi, menetapkan batasan yang sehat, dan menjaga fokus, individu dapat tetap bertahan dan berkembang. Pada akhirnya, tidak ada salahnya untuk mengutamakan diri sendiri. Kesehatan mental adalah fondasi dari produktivitas dan kesuksesan jangka panjang.
Penting bagi perusahaan untuk mulai menaruh perhatian lebih besar terhadap budaya kerja yang sehat dan inklusif. Karyawan yang merasa dihargai dan didukung akan bekerja lebih optimal dan loyal terhadap perusahaan. Dengan demikian, menciptakan lingkungan kerja yang positif bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab bersama. (Mianda Florentina)