Bisnis.com, JAKARTA — Platform e-commerce PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) baru saja mengumumkan akan menghentikan operasional penjualan produk fisik.
Meski masih beroperasi, Bukalapak hanya akan melayani penjualan produk virtual seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, hingga voucher digital emas.
Layanan penjualan produk fisik di Bukalapak akan dihentikan pada 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB, yang akan menjadi waktu terakhir bagi pembeli untuk memesan produk fisik dari kategori aksesoris rumah, elektronik, fesyen, makanan, games, handphone, hobi dan koleksi, hingga produk perawatan dan kecantikan.
Selanjutnya, Bukalapak juga akan menonaktifkan pengunggahan produk baru mulai 1 Februari 2025, sehingga pelapak sudah tidak bisa menambah produk fisik baru setelah periode ini.
Penghentian layanan penjualan produk fisik di Bukalapak juga menegaskan persaingan ketat di pasar e-commerce, termasuk dengan hadirnya e-commerce dari luar negeri, seperti TikTok Shop milik ByteDance Ltd. dan Shopee milik Sea Ltd. yang menanbah persaingan untuk mendapatkan pengguna.
Sosok di Balik Bukalapak
Sebagai salah satu pionir yang menghadirkan e-commerce di Indonesia, Bukalapak didirikan oleh Achmad Zaky pada 2010.
Baca Juga
Saat itu, dia bekerja sama dengan Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono dalam mengembangkan situs e-commerce tersebut.
Zaky sendiri merupakan pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah pada 24 Aguatus 1986. Dia menempuh pendidikan di jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, dan lulus pada 2004.
Sejak kuliah, dia sudah mencicipi dunia usaha dengan membuat usaha mie ayam, bermodal hasil menang berbagai lomba.
Seorang yang cemerlang, Zaky juga sempat ditunjuk mengerjakan software untuk quickcount pemilu untuk salah satu stasiun telecisi. Kemudian, setelah lulus kuliah, dia mulai mendirikan usaha dengan membentuk Suitmedia, sebuah perusahaan jasa konsultasi teknologi.
Hingga pada 2010, dia mulai membuka usaha rintisan atau start up Bukalapak.
Platform ini dia dirikan dengan latar belakang sederhana, untuk menjawab keresahan istrinya yang kesulitan mencari barang yang dibutuhkan.
Platform ini lantas menarik perhatian banyak orang, termasuk UMKM yang kesulitan menjangkau pasar yang lebih besar. Karena dengan penjualan online bisa membantu UMKM tidak lagi terbatas berjualan pada satu area saja.
Dengan tingginya peminat untuk menggunakan platform e-commerce, Bukalapak bertumbuh pesat dengan mengumpulkan 10.000 pengguna dalam setahun pada 2011.
Tahun berikutnya, pada 2012, Bukalapak juga berhasil menarik investasi seri A dari dari GREE Venture. Pendanaan selanjutnya, Bukalapak juga mendapatkan dari 500 Startups.
Tak selesai di situ, pada Februari 2015, Bukalapak menerima pendanaan seri B lewat KMK Online yang dipimpin oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK Group).
Bukalapak terus mendapatkan kucuran dana investasi hingga datang dari anak perusahaan Alibaba yaitu, Ant Financial dengan investasi senilai US$1,1 miliar pada Agustus 2017.
Kemudian, di ulang tahun Bukalapak yang ke 8, Zaky mengklaim bahwa perusahaan yang didirikannya itu telah berstatus Unicorn.
Pada 2019, Zaky mengantarkan Bukalapak untuk IPO dan melantai di Bursa Efek Indonesia. Namun, lima bulan setelah IPO, dia melepas jabatannya sebagai CEO Bukalapak.
Saat ini, Zaky bersama rekannya, Nugraha telah mengembangkan usaha baru di bidang teknologi, antara lain membangun venture capital bernama Init-6 yang berfokus menyasar startup dalam negeri.