Bisnis.com, JAKARTA — Emiten ritel PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) baru-baru ini resmi mengganti namanya menjadi PT DFI Retail Nusantara Tbk.
Penggantian nama seiring dengan pelepasan bisnis supermarket, dan perseroan akan fokus pada segmen bisnis ritel produk kecantikan serta kesehatan lewat Guardian dan produk rumah tangga lewat IKEA.
Sebelumnya pada 2021, HERO juga sempat memutuskan untuk menutup bidang usaha supermarket dan hipermarket Giant.
Berakhirnya operasional Giant kemudian disusul dengan pelepasan segmen bisnis Hero Supermarket ke pihak afiliasi yakni HRN pada Juni 2024 dengan nilai transaksi sebesar Rp135 miliar dan tidak termasuk pajak yang berlaku.
Berdasarkan catatan dalam laporan keuangan perusahaan, HERO juga setuju untuk menyewakan beberapa toko, pusat distribusi, dan ruang kantor kepada HRN, serta menyediakan beberapa layanan transisi termasuk akuntansi dan keuangan, pengadaan, pajak, dan layanan teknologi informasi ke HRN.
Sosok di Balik Hero Supermarket
Hadirnya PT Hero Supermarket Tbk. sebagai perusahaan pionir dalam industri ritel modern Indonesia takmlepas dari peran besar mendiang Muhammad Saleh Kurnia.
Baca Juga
Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat, 1 Desember 1934 itu dibesarkan di masa yang sulit. Di Jakarta, Kurnia kecil sudah harus membantu orang tuanya menghadapi masa sulit alih-alih menikmati masa kecilnya.
Sejak usia sekolah, dia sudah bekerja sepulqng sekolah untuk mengumpulkan uang dengan menjual makanan.
Kegigihannya membuahkan hasil. Pada 1954, Kurnia bersama kakaknya laki-lakinya, Wu Guo Chang, mukao menjajal berbisnis dengan mendirikan CV (Commanditaire Vennootschap) perusahaan dengan nama CV Hero.
Pada 1959, Wu Guo Chang mengundurkan diri dari CV. Hero. Namun, Kurnia tidak putus asa dan tetap optimistis dengan prospek ritel bisnis Hero, yang kala itu masih fokus berjualan makanan dan minuman impor.
Nyatanya berbisnis adalah bakat Kurnia. Dia bisa melihat sisi positif dari sebuah kesempatan yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Hingga pada tahun 1970-an, saat kondisi ekonomi membaik, Kurnia melihat kesempatan untuk meningkatkan penjualannya.
Kemudian dengan nasehat Charles Turton, temannya yang berasal dari Kanada, Kurnia pergi ke Singapura untuk melakukan survey tentang supermarket.
Dia bersama istrinya, Nurhajati, mengunjungi satu per satu supermarket modern di sana, dan mereka membuat persiapan dengan hati-hati hingga siap untuk membuka supermarket modern.
Langkah selanjutnya, untuk pertama kali pada 23 Agustus 1971, Hero Mini Supermarket dibuka di Jl. Falatehan No. 23, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, di tengah perumahan mewah, dengan total pegawai hanya 16 orang.
Kurnia kembali melihat kesempatan, tak lama setelah membuka gudang dan memperbesar usahanya, dia melihat kebanyakan supermarket tutup pada Minggu dan hari libur. Akhirnya, pada hari-hari tersebut, dia membuka Hero dan mendapat respons yang besar dari pelanggannya.
Melihat kesuksesan Hero, toko dan supermarket lainnya lalu mengikuti strateginya. Ini membuat Hero sebagai pelopor dalam mempunyai jam belanja alternatif di Indonesia.
Kesuksesan Hero Faletehan membuka kesempatan yang lebih besar untuk Kurnia bisa lebih mudah untuk mencapai target yang dia inginkan.
Berawal dari 9 cabang Hero Supermarket yang tersebar di wilayah DKI Jakarta, Hero Group kini mengoperasikan empat unit bisnis, yakni Supermarket, Guardian dan IKEA.