Bisnis.com, JAKARTA - Industri kecantikan di tanah air diprediksi bakal terus berkembang dan tumbuh positif.
Berdasarkan data statista, pada 2022, pasar kecantikan dan perawatan diri mencatat pendapatan Rp111,83 triliun.
Industri kecantikan Indonesia sendiri, diproyeksikan terus tumbuh dengan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 5,81% hingga 2027.
Pendapatan di sektor kosmetik, khususnya, diperkirakan melonjak dari Rp20 triliun pada 2021 menjadi Rp30 triliun pada 2024, mencatat kenaikan 48%.
Bahkan, dalam periode 2024 hingga 2028, pertumbuhan diproyeksikan stabil di angka rata-rata 5,35% per tahun, menandakan potensi besar bagi pelaku usaha di sektor ini untuk terus berkembang.
Desi Sulistyowati, CEO PT Indo Cipta Estetika distributor produk kecantikan dan food suplemen mengatakan pasar industri kecantikan Indonesia akan terus berkembang cukup besar di 2025.
Baca Juga
Dia menilai pasalnya Indonesia masih punya kesempatan untuk meningkatkan kualitas industri kecantikan, apalagi selama ini benchmarknya seperti Korea yang punya kualitas bisnis kecantikan yang bagus.
Meski dibayangi oleh ekonomi outlook 2025, Desi berpendapat jika ekosistem dunia bisnis bisa dijaga dan kompetisi sehat, maka industri kecantikan bisa menjadi oportunity yang bagus, apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, marketnya menjadi lebih besar juga.
"Ini bisa jadi peluang buat pebisnis jika bisa kelola dan kuasai, pasar dan peluang masih sangat besar, pertubuhan juga bisa sangat besar jika kita mau mengelolanya dengan benar. Inovasi produk dan penerapan teknologi modern, fokus pada keberlanjutan dan Pelayanan prima kepada pelanggan menjadi faktor kunci yang mendorong perkembangan industri ini, menjadikannya sektor yang menjanjikan untuk terus dieksplorasi,” paparnya dalam acara 5th Anniversary ICE Celebration.
Desi memprediksi negara yang masih mendominasi bisnis kecantikan di Indonesia adalah Korea Selatan seperti pada 2024.
Untuk jenis kecantikan yang akan mendominasi, lanjutnya, segmen perawatan diri memimpin dengan kontribusi terbesar, sementara produk perawatan kulit, kosmetik, dan wewangian juga terus menunjukkan pertumbuhan signifikan.
“Produk kecantikan saat ini tidak hanya dinilai dari keindahannya, tetapi juga dari keamanan dan efektivitasnya. Oleh karena itu, pengembangan berbasis sains menjadi landasan utama. Mulai dari bahan alami yang diformulasi secara modern hingga teknologi seperti nano-partikel dan bioengineering, semuanya dihadirkan untuk memastikan manfaat maksimal tanpa kompromi pada keamanan,” jelas Desi.
Dia juga menyoroti pentingnya inovasi yang membuka jalan bagi tren baru, seperti personalisasi produk berdasarkan kebutuhan kulit individu. Teknologi mutakhir, seperti analisis DNA kulit dan algoritma kecerdasan buatan, kini diterapkan untuk menciptakan pengalaman konsumen yang lebih spesifik dan memuaskan.
Hal ini, menurut Desi, menjadi kekuatan utama bagi pelaku lokal dalam memenangkan hati konsumen yang semakin cerdas dan selektif. Produk berbasis riset dan pengembangan juga mengutamakan transparansi bahan baku, yang menjadi aspek penting bagi konsumen modern yang mencari produk aman dengan manfaat jangka panjang.
PT Indo Cipta Estetika sendiri memiliki 3 produk yang dibawa ke Indonesia mulai dari krim, treatment injeksi dan juga food suplemen.
Brand yang dibawanya yakni Cyspera®, cysteamine dari Swiss untuk mengatasi melasma dengan aman dan efektif. Kemudian, Miriqa® Vitalia, suplemen nutrisi premium, dan juga LFL Premium Thread, teknologi benang polydioxanone (PDO) dari Korea Selatan untuk pengencangan kulit tanpa bedah.