Bisnis.com, JAKARTA — PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) resmi melepas unit bisnis es krimnya, sejalan dengan rencana Grup Unilever untuk memisahkan bisnis es krim global.
Berdasarkan keterbukaan informasi perseroan, bisnis es krim Unilever dilepas ke PT The Magnum Ice Cream Indonesia senilai Rp7 triliun, yang mencakup aset tetap dengan nilai pasar Rp2,55 triliun serta nilai buku bersih dan nilai persediaan hingga akhir September 2024 masing-masing senilai Rp1,99 triliun dan Rp172,79 miliar.
Magnum Ice Cream Indonesia sendiri memiliki hubungan afiliasi dengan UNVR pada perjanjian pengalihan bisnis. Mengingat perusahaan induk perseroan dan pembeli adalah pihak yang sama yakni Unilever PLC.
Adapun, penjualan ini sejalan dengan rencana Grup Unilever untuk memisahkan bisnis es krim global sehingga memungkinkan UNVR merealisasikan nilai investasinya dalam bisnis es krim di Indonesia.
Historia dan Pendiri Unilever
Unilever PLC merupakan perusahaan barang konsumen asal Inggris yang didirikan pada 2 September 1929.
Perusahaan ini merupakan penggabungan dari usaha pembuat sabun Inggris, Lever Brothers dan produsen margarin Belanda Margarine Unie.
Baca Juga
Lever Brothers adalah perusahaan pembuat sabun yang didirikan di Inggris pada 1885 oleh dua bersaudara, William Hesketh Lever dan James Darcy Lever. Mereka berinvestasi dan mempromosikan sabun yang dibuat oleh ahli kimia William Hough Watson.
Lever Brothers memasuki pasar Amerika Serikat pada 1895. Perusahaan ini juga yang menjadi cikal bakal munculnya merek-merek sabun meliputi Lifebuoy, Lux, dan Vim.
Sementara itu, Naamloze Vennootschap Margarine Unie, atau:m Margarine Union Limited, adalah sebuah perusahaan asal Belanda yang dibentuk pada 1927.
Perusahaan ini merupakan gabungan dari empat perusahaan margarin, Antoon Jurgens United milik Antoon Jurgens, perusahaan Van den Bergh's yang dibentuk oleh Samuel van den Bergh, Centra, dan Schicht's yang didirikan oleh Georg Schicht. Perusahaan tersebut kemudian menjadi produsen margarin dominan di Inggris.
Pada September 1929, kedua perusahaan bergabung dan membentuk Unilever, dengan nama perusahaan yang dihasilkan merupakan gabungan nama kedua perusahaan tersebut.
Pada 1930-an, bisnis tersebut terus berkembang, dan akhirnya mampu meluncurkan usaha-usaha baru di Afrika dan Amerika Latin.
Unilever mulai berekspansi dengan mengakuisisi United Africa Company, yang dibentuk dari penggabungan African & Eastern Trade Corporation dan Royal Niger Company, untuk mengawasi kepentingan perdagangan Inggris di Nigeria.
Namun, pendudukan Nazi di Eropa selama Perang Dunia Kedua menyebabkan Unilever tidak dapat menginvestasikan kembali modalnya ke Eropa, sehingga Unilever beralih untuk mengakuisisi bisnis baru di Britania Raya dan Amerika Serikat.
Pada 1933, Unilever juga masuk ke Indonesia. Unilever Indonesia didirikan pada Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. dan beroperasi di Cikarang, Jawa Barat di Rungkut, Jawa Timur dan Sumatera Utara.
Kemudian, pada 1943, Unilever mengakuisisi T. J. Lipton, saham mayoritas di Frosted Foods yang memiliki merek Birds Eye di Britania Raya, dan Batchelors Peas, salah satu pabrik pengalengan sayuran terbesar di Britania Raya.
Tahun berikutnya, Unilever melebarkan sayap dengan mengakuisisi Pepsodent.
Unilever di Indonesia
Mengutip laman resminya, Unilever Indonesia pertama kali berdiri dengan nama “Lever’s Zeepfabrieken N.V.”
Pada 22 Juli 1980, Perusahaan berganti nama menjadi PT Unilever Indonesia. Setahun kemudian, Unilever Indonesia pertama kali menawarkan sahamnya kepada publik pada 1981 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982.
Setelah melantai di bursa, Unilever kembali mengubah nama pada 30 Juni 1997 menjadi “PT Unilever Indonesia, Tbk.”
Pada 22 November 2000, Unilever Indonesia mengadakan perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang manufaktur, pengembangan, pemasaran dan penjualan dari kecap, saus cabai serta saus lainnya seperti Bango dan merek lain di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL.
Berselang dua tahun, tepatnya pada 3 Juli 2002, Unilever Indonesia kembali mengadakan perjanjian dengan Texchem Resources Berhad untuk mendirikan perusahaan baru yaitu PT Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan merek dagang Domestos Nomos.
Selanjutnya, dalam Rapat Umum Luar Biasa Perusahaan pada 8 Desember 2003, Unilever Indonesia menerima persetujuan dari pemegang saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait).
Pada 30 Juli 2004, Unilever Indonesia terus berkembang, bergabung dengan PT KI. Merger dicatat dengan menggunakan metode yang mirip dengan metode penyatuan kepemilikan.
Pada 2007, Perusahaan juga menandatangani perjanjian bersyarat untuk membeli merek "Buavita" dan "Gogo" minuman Vitality berbasis buah dari Ultra. Transaksi selesai pada Januari 2008.