Bisnis.com, JAKARTA - Memesan makanan melalui aplikasi online adalah aktivitas yang sering dilakukan oleh Rengkuh Banyu. Namun, kali ini nuraninya sedih saat melihat seporsi ayam geprek yang terdiri dari nasi, ayam, dan sambal dibungkus dalam 3 styrofoam.
Nuraninya terenyuh dan merasakan ada hal yang aneh, saat melihat kemasan-kemasan plastik kemasan dan styrofoam yang bertumpuk usai makan. Sampah sekali pakai dari aplikasi mitra pesan makanan online bisa menyebabkan masalah serius jangka panjang.
Menurut data Bloomberg, ada sebanyak 600 juta kemasan styrofoam yang dipakai setiap bulan, sebanyak 47 persen berasal dari pemesanan aplikasi online. Uniknya, pelaku UMKM di Indonesia berlomba-lomba menyuguhkan kemasan unik dan awet kepada semua pembeli.
Ternyata, kondisi styrofoam dan plastik di Indonesia telah menciptakan sampah abadi yang tidak bisa hancur dan terurai oleh tanah. Butuh waktu 1 juta tahun untuk menghancurkan sampah jenis ini. Malangnya, sampah-sampah ini, banyak dibuang ke laut.
Penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota besar mencapai 270.000 ton-590.000 ton sampah ditemukan styrofoam yang menjadi sampah di laut Indonesia.
Kondisi ini membuat Rengkuh menciptakan produk kemasan yang terbuat dari bahan alami dan bisa terurai oleh alam. Niat tulusnya berjalan mulus. Rengkuh tiba-tiba mendapatkan pekerjaan di Jambi pada 2018.
Baca Juga
Ibarat peribahasa, pucuk dicinta, ulam pun tiba. Artinya, orang yang tulus akan sering kali mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa terlalu banyak usaha. Tepat pada 2018, Jambi dan Sumatra Selatan sedang mengalami kebakaran hutan yang besar, asapnya sampai ke Malaysia.
Niat Rengkuh untuk membentuk kelompok dan memberikan edukasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar perkebunan semakin kuat. Dia melakukan pendekatan sosial dan emosional kepada orang yang tinggal di Desa Teluk Kulbi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi dan Desa Mendis, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatra Selatan.
Dia pun menciptakan produk bernama Plepah, dengan memproduksi produk kemasan ramah lingkungan seperti piring, mangkok dan kontainer makanan.
"Saya pergi ke daerah-daerah, kontribusi sekecil apapun akan menjadi besar dan berdampak bagi lingkungan. Saat saya ke daerah-daerah, ada masalah kebakaran hutan, ada faktor ekonomi," ungkapnya dalam seminar Bersama, Berkarya, dan Berkelanjutan, Rabu (25/9/2024).
Ketika kabut asap melanda separuh Pulau Sumatra, Rengkuh bersama kawan-kawannya melakukan gerilya ke beberapa desa di Jambi, dengan cara mengikuti kegiatan keagamaan, gotong royong, hingga silaturahmi dengan kepala desa. Dia mengajak masyarakat desa untuk mengumpulkan pelepah atau sampah komoditas.
Indonesia memiliki komoditas hasil alam. Namun komoditas yang dilihat hanyalah buah-buah yang dihasilkan seperti buah pisang, sawit, dan pinang. Namun, sampah pelepah banyak dibakar dan dianggap tidak berguna.
Dia menuturkan dari 1 ton tandan buah segar, hanya 20 persen dari bobot yang menjadi minyak goreng, sisanya 80 persen menjadi limbah. Bila limbah tersebut tidak diolah, maka akan menyebabkan masalah. Lantas, dia juga pergi ke India untuk belajar terkait cara pengolahan sampah pelepah.
Sampah pelepah bisa menjadi sesuatu barang bernilai, bila dikelola di tangan yang tepat. Usai mendapatkan referensi dari negara-negara yang berhasil mengolah sampah plepah. Rengkuh mengajak petani, buruh tani, ibu rumah tangga untuk mengumpulkan pelepah. Tentunya, orang yang mengumpulkan pelepah akan mendapatkan uang sekitar Rp700.000-Rp1,5 juta.
Bisnis Berkelanjutan Ekspor Plepah
Produk kemasan makanan ramah lingkungan Plepah ternyata mendapat respon positif dari Jepang dan Australia. Rengkuh mengungkapkan bahwa pihaknya juga rutin mengekspor produk Plepah 2 negara tersebut.
Adapun harga ekspor per kemasan ke Jepang dan Australia sekitar Rp3.500 hingga Rp5.000 per produk. Namun, skema yang diminta oleh negara tersebut adalah white labeling. Baginya, hal itu bukan masalah, selama produknya bisa berdampak baik bagi lingkungan.
"Kami sudah ekspor ke Jepang dan Australia. Jadi ada trading house-nya di Jepang dan pihak mereka yang yang akan white labeling," tuturnya.
Konsisten Rengkuh dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, membuat usaha semakin diperhatikan oleh perusahaan peduli lingkungan. Plepah meraih apresiasi Satu Indonesia Award 2023 Kategori Kelompok dari Astra.
Apresiasi yang diberikan oleh Astra membuatnya semakin bersemangat dan juga ingin memperluas segmen pasar khususnya di Indonesia. Dia juga ingin membuat Plepah semakin dikenal oleh masyarakat di Indonesia.