Bisnis.com, JAKARTA — Boneka Labubu tengah jadi fenomena di Indonesia dan juga seluruh dunia. Boneka berbentuk monster kecil keluaran Pop Mart itu begitu laris dan dicari.
Setelah sebelumnya hanya bisa didapatkan di luar negeri, Pop Mart baru-baru ini hadir secara resmi di Indonesia, termasuk menghadirkan koleksi boneka Labubu yang paling laris itu.
Dibukanya gerai Pop Mart di Jakarta menimbulkan antrean panjang di Gandaria City. Para pengunjung bahkan rela antre sejak dini hari, hingga menimbulkan keributan ketika toko harus ditutup sementara masih banyak yang belum mendapatkan boneka viral tersebut.
Pop Mart adalah perusahaan mainan yang dikenal lewat lini mainan karakter yang mengusung konsep blind box. Sebelum Labubu, Pop Mart sudah dikenal dari beberapa seri seperti Molly, Pino Jelly, Dimoo, Pucky, Skullpanda, dan lainnya.
Setiap produknya begitu unik dengan warna-warna yang cantik serta desain yang imut, selalu berhasil menarik perhatian kolektor di seluruh dunia.
Labubu sendiri merupakan salah satu karakter dari koleksi The Monster. Karakter-karakter itu diciptakan oleh seniman asal Hong Kong, Kasing Lung.
Baca Juga
Ketenaran Labubu makin melonjak melebihi seri Pop Mart lainnya setelah Lisa BLACKPINK mengunggah foto Labubu miliknya di Instagram pada April 2024 lalu. Segera, para penggemar Lisa mulai berburu Labubu agar bisa "kembaran" dengan idola mereka.
Sosok Miliarder di Balik Pop Mart
Di balik hadirnya Pop Mart, ada miliarder muda dan jenius yang bisa membuat boneka-boneka seukuran kepalan tangan itu begitu diserbu.
Adalah Wang Ning, pria yang lahir di provinsi Henan, China pada 1987 itu memulai Pop Mart pada 2010 dan kini berhasil meledak.
Wang lulus dengan gelar periklanan dari Universitas Zhengzhou pada 2009. Sebelum mulai berbisnis, Wang sempat bekerja di Sina Corporation, perusahaan media digital yang memiliki Weibo, selama satu tahun.
Hingga pada 2010, Wang memutuskan ingin mendirikan bisnisnya sendiri. Inspirasi berbisnisnya datang ketika dia tengah melakukan perjalanan ke Hong Kong.
Di sana dia terinspirasi oleh jaringan ritel yang menjual berbagai macam produk yang sedang tren dan memutuskan untuk membawa konsep yang sama ke daratan China.
Pada 2010, Wang membuka toko Pop Mart pertamanya di Zhongguancun, Beijing, pusat teknologi yang sering disebut sebagai Silicon Valley-nya China. Toko tersebut menjual berbagai jenis produk, hingga Wang mulai menghadapi berbagai masalah seperti manajemen inventaris, kepegawaian, dan layanan pelanggan.
Untuk mengatasi masalah bisnisnya, dia memutuskan belajar dan sekolah lagi. Pada 2014, dia mendaftar di Peking University’s Guanghua School of Management dan bertemu dengan sekelompok teman dengan pemikiran yang sama. Mereka akhirnya bergabung dengan tim manajemen Pop Mart.
Untuk mempertahankan profitabilitas, Pop Mart mengurangi lini produk mereka dan memutuskan untuk hanya menawarkan mainan, yang merupakan produk mereka yang paling populer pada 2014.
Wang juga mengambil langkah berani untuk menjual mainan dengan konsep baru yakni kotak buta atau blind box, mirip dengan mesin penjual gashapon atau gacha di Jepang.
Setelah produknya makin laris, Wang mulai berinovasi dengan mendekati para seniman untuk mengembangkan patung dan boneka kecil untuk dijual di tokonya. Yang paling menonjol di antaranya adalah Kenny Wong dari Hong Kong, yang mendesain boneka bermata besar dan berwajah bulat bernama Molly.
Dengan bergabungnya Wong dan Molly pada tahun 2016, penjualan Pop Mart melonjak, mencapai US$22 juta pada 2017 dan kemudian mencapai US$73 juta setahun kemudian.
Di tengah pandemi, alih-alih melemah, bisnisnya justru melesat. Pada 2020, Pop Mart melipatgandakan pendapatannya menjadi US$256,8 juta, dan mengamankan kesepakatan lisensi dengan Walt Disney dan Universal Studios.
Posisi Pop Mart di pasar mainan China kini tak tertandingi. Perusahaan ini berkolaborasi dengan puluhan seniman, menguasai 8,5 persen pasar mainan China, menawarkan 85 produk yang merupakan kekayaan intelektualnya, menyelenggarakan konvensi mainan terbesar di China.
Mengutip Forbes, Wang Ning sendiri kini telah menjadi miliarder dengan kekayaan US$4,1 miliar atau setara dengan Rp62,82 triliun.