Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Jumbo Jahe Gajah Pacitan yang Diburu hingga Timur Tengah

Desa Devisa Pacitan berhasil mengembangkan potensi komoditas jahe gajah hingga dapat menembus pasar luar negeri hingga Timur Tengah.
Komoditas jahe gajah dari Desa Devisa, Pacitan/Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko
Komoditas jahe gajah dari Desa Devisa, Pacitan/Bisnis-Jessica Gabriela Soehandoko

Bisnis.com, PACITAN - Matahari yang terik tidak menyurutkan semangat para petani di Desa Devisa, Pacitan. Mereka dengan tekun merawat tanaman jahe gajah, komoditas yang kini tengah diburu oleh negara-negara Timur Tengah.

Desa Devisa Pacitan, yang terletak sekitar tiga jam dari Bandar Udara Adi Soemarmo dengan jalur yang menanjak dan berkelok, telah berhasil mengembangkan potensi komoditas jahe gajah hingga dapat menembus pasar luar negeri.

Para petani di sini aktif mengikuti program pelatihan dari BUMDes Sejahtera Punjung yang didukung oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan untuk membuka akses produk lokal menjadi lebih mendunia.

Direktur BUMDes Sejahtera Punjung Lilik Musthofa menjelaskan bahwa jahe gajah telah diminati oleh konsumen dari berbagai negara seperti Bangladesh, Pakistan, dan India, meskipun komoditas ini tidak populer di pasar lokal.

Negara-negara tersebut lebih menyukai jahe gajah karena rasa pedasnya yang tidak terlalu kuat. "Tahun lalu, kami mengekspor lebih dari 10 kontainer ke Pakistan dan Bangladesh," ungkapnya.

Satu kontainer 40 kaki dapat memuat 900 kantong jahe gajah dengan berat sekitar 32,5 kilogram per kantong, sehingga total muatannya mencapai 29,25 ton. Dengan harga tahun lalu sebesar Rp8.500 per kilogram dan dengan refaksi sebesar 5%, satu kontainer jahe gajah bisa mencapai nilai sekitar Rp236 juta.

Detail hasil panen jahe gajah.
Detail hasil panen jahe gajah.

"Untuk tahun ini, kami sudah berkomunikasi dengan off-taker dan mendapatkan pesanan 300-500 ton, dan harapannya nanti di bulan Juli sampai Agustus [2024] bisa dipenuhi," tutur Lilik.

Ia memperkirakan harga jahe gajah bisa naik hingga Rp16.000 per kilogram tahun ini.

Tantangan di Balik Permintaan Besar

Salah seorang petani, Purwanto (46), berharap dengan adanya pelatihan ini, komoditas jahe gajah dapat dipanen dengan baik. “Semoga panen kali ini sukses dan hasilnya bagus,” ujarnya kepada rekan-rekan petani lainnya.

Meskipun ada permintaan besar dari Timur Tengah, para petani seperti Purwanto mengakui masih menghadapi sejumlah tantangan, salah satunya adalah kondisi cuaca yang tidak menentu.

“Nah, tahun ini hujannya itu enggak menentu. Jadi kemarin itu hujannya sudah di November [2023], sudah nanam. Tapi dua bulan selanjutnya itu ada kemarau panjang. Jadi gagal panen itu banyak di sini Mbak. Kalau enggak gitu ya cepat panen, ya gitu, hasilnya kurang bagus,” jelas Purwanto.

Panen yang berhasil ditandai dengan tanaman yang tidak layu meski memasuki bulan kelima atau keenam. Jika berhasil, satu kilo benih bisa menghasilkan 10-11 kilogram jahe gajah.

Para petani di Desa Devisa Jahe Gajah menunjukkan hasil panennya di Pacitan, Kamis (16/5/2024) / BISNIS - Jessica Gabriela Soehandoko
Para petani di Desa Devisa Jahe Gajah menunjukkan hasil panennya di Pacitan, Kamis (16/5/2024) / BISNIS - Jessica Gabriela Soehandoko

Lilik menambahkan bahwa cuaca, hama, dan kualitas bibit adalah kendala utama bagi para petani. Ia berharap ada tim ahli yang dapat turun ke Kabupaten Pacitan untuk membantu para petani meningkatkan tingkat keberhasilan panen hingga mencapai 80%.

“Tahun ini banyak petani yang gagal panen karena cuaca dan hama penyakit,” ujarnya.

Terlepas dari berbagai tantangan tersebut, Purwanto tetap optimis panennya akan sukses. Ia percaya bahwa BUMDes dan LPEI bisa membantu meningkatkan ekonomi petani jahe di wilayahnya.

“Intinya kalau petani mengikuti BUMDes ini, insyaallah Petani akan mengangkat ekonominya,” tutur Purwanto.

Lilik juga berharap BUMDes bisa merangkul seluruh petani di Pacitan dan menyadarkan mereka akan besarnya potensi jahe gajah. Ia juga berharap LPEI dapat memberikan bantuan alat dan pengetahuan lebih lanjut dalam pengemasan untuk menghindari jamur.

“Harapan kami, BUMDes bisa merangkul seluruh petani di Pacitan, dan membuat mereka sadar akan potensi besar jahe gajah,” ungkapnya.

Saat ini, terdapat dua program Desa Devisa di Pacitan, yakni Desa Devisa Jahe Gajah dan Desa Devisa Gula Aren, yang melibatkan lebih dari 11.000 petani dan penderes dalam pelatihan dan pendampingan dari LPEI.

“LPEI bersama Pemkab Pacitan terus memberikan serangkaian pelatihan dan pendampingan kepada para petani melalui BUMDes,” jelas Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan para petani, penderes, dan BUMDes dalam aspek produksi, manajemen, dan tata cara ekspor, serta meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi secara ramah lingkungan agar mampu bersaing di pasar global.

Hingga Maret 2024, LPEI telah memiliki 1.035 desa devisa dan lebih dari 4.500 mitra binaan pelaku usaha berorientasi ekspor melalui program Coaching Program for New Exporter (CPNE).

Program ini telah menghasilkan 26 produk ekspor ke lebih dari 65 negara tujuan, memberikan dampak positif kepada lebih dari 100.000 penerima manfaat, termasuk pekerja, petani, dan penderes.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper