Bisnis.com, JAKARTA -- Generasi Z atau yang lahir dari 1997 ke atas sering dianggap sebagai generasi pemalas dan rentan pada tekanan, bahkan dijuluki generasi stroberi.
Dengan tingginya jumlah Gen Z yang menggunakan internet, pasti kita juga sudah tidak asing dengan cuitan-cuitan berisi curhatan dari Gen Z yang selalu mengaitkan segala tekanan dengan kesehatan mentalnya.
Hal ini juga kerap menjadi pembahasan sehingga muncul stereotip bahwa mereka begitu mudah stres, sampai dijuluki generasi stroberi.
Istilah generasi stroberi sendiri pertama kali muncul dari Taiwan, yang ditujukan bagi sebagian generasi baru yang lunak bak buah stroberi.
Buah stroberi dipilih untuk menggambarkan betapa anak sekarang bisa tampak ceria dan senang, tapi mudah hancur ketika dapat tekanan.
Menurut Prof. Rhenald Kasali melalui salah satu video di Youtubenya, mengatakan bahwa generasi stroberi adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.
Baca Juga
Lantas bagaimana generasi sebelumnya mengatasi hal ini? Pasalnya Gen Z sudah mulai masuk ke dunia kerja, yang tentunya akan berhadapan dengan banyak tekanan.
CEO Academy Dbeyond, Dede Hesti menjelaskan fenomena ini, bahwa stereotip seperti itu tidak sepenuhnya benar. Menurutnya, generasi muda memang berbeda dengan generasi sebelumnya.
“Anak muda seperti Gen Z itu sebenarnya tidak malas, cuma kadang cara berpikir dan gaya bekerjanya berbeda,” ungkap Dede dalam keterangan resmi, dikutip Senin (18/12/2023).
Menurut dia, anak muda sekarang ini bisa mengakses informasi dengan sangat mudah. Mereka juga bisa terkoneksi dengan individu mana pun dengan cepat. Sehingga cara mereka menjalani hidupnya berbeda dengan generasi sebelumnya.
“Sebagai contoh, generasi Z kadang lebih nyaman belajar melalui ponselnya ketimbang kita suruh ikut seminar atau kuliah berjam-jam di dalam ruangan,” kata Dede.
Dia menegaskan bahwa hal ini juga sejalan dengan tren belajar via e-learning yang terus menunjukan kenaikan positif.
Academy Dbeyond sebagai satu-satunya Strategic Patnership Udemy di Indonesia untuk sektor B2B memperhatikan bahwa tren adopsi e-Learning di perusahaan Indoenesia terus meningkat.
“Kita harus lebih memahami anak muda, mereka generasi fleksibel, tugas kita adalah beri jalan dan arah. Mereka akan menemukan sendiri jalannya,” ujarnya.
Dia memberi saran bagi perusahaan yang ingin meningkatkan kualitas SDM-nya ke depan, yang akan semakin banyak diisi oleh Gen Z, untuk memakai e-Learning.
"Selain harganya yang jauh lebih murah ternyata dampaknya juga besar. Pengembangan SDM seperti ini mampu meningkatkan performa perusahaan jadi lebih baik," jelasnya.