Bisnis.com, JAKARTA -- Menjadi seorang atlet taekwondo tidak memudarkan niat seorang Muhammad Abdurrahman Wahyu untuk berbisnis dan berkontribusi lebih pada bangsa dengan membangun startup berbasis kecerdasan buatan atau AI.
Bangkit dari latar belakang dari keluarga yang sederhana, pria yang akrab disapa M. A. Wahyu ini berhasil menaklukkan dunia olahraga hingga sukses membangun perusahaan startup yang berfokus pada dunia literasi. Hal ini dilatari oleh keinginannya untuk berkontribusi pada visi bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Dia menceritakan perjalannya dalam dunia taekwondo yang dimulai sejak dirinya berusia 13 tahun. Ketika itu, dia menjadikan olah raga sebagai salah satu cara untuk mendukung keluarganya yang mengalami keterbatasan finansial.
Pria kelahiran 6 April 1995 ini lantas sukses mencapai prestasi sebagai atlet profesional dan bergabung bersama tim nasional ketika menginjak usia 17 tahun.
Selama perjalanan karirnya sebagai seorang atlet taekwondo pada 2013 hingga 2020, M. A. Wahyu berhasil mengumpulkan berbagai prestasi di antaranya menyumbang tiga medali SEA Games, dua medali emas di Kejuaraan Asia, dan tiga medali di Kejuaraan Dunia.
Meskipun menjadi atlet, M. A. Wahyu tetap menyadarinya pentingnya literasi, serta dampaknya bagi generasi mendatang. Bahwa kekuatan transformasi yang dimiliki berawal dari kemampuan membaca dan menulis.
Baca Juga
Apalagi dia mendapati kenyataan bahwa berdasarkan data, tingkat literasi dan minat membaca buku masyarakat Indonesia masih rendah. Padahal, membangun minat terhadap literasi merupakan bagian penting bagi kemajuan generasi masa depan.
Hal tersebut kemudian mendorongnya untuk mendirikan perusahaan start up yang berfokus pada dunia literasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang diberi nama Wacaku pada 2022.
Ini merupakan startup kedua yang dia didirikan setelah pada 2018 Wahyu sempat membangun perusahaan startup yang menyediakan sistem integrasi olahraga untuk taekwondo.
“Saat mendirikan Wacaku, saya membayangkan sebuah platform yang tidak hanya membantu penulis dalam menciptakan, memonetisasi, dan mengoptimalkan karya mereka tanpa regulasi dan peraturan yang rumit, tetapi juga membuat pengalaman membaca menjadi lebih menyenangkan di dalam platform tersebut,” terangnya.
Wacaku, yang memiliki jargon "Where Stories Begin," menjadi perwujudan minat M. A. Wahyu terhadap dunia tulis menulis serta komitmennya untuk memberdayakan dan berkolaborasi bersama para penulis, tak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia, untuk meningkatkan minat dan kualitas literasi.
“Wacaku dirancang untuk membuat membaca dan menulis menjadi lebih mudah diakses, menarik, dan menguntungkan,” ujarnya.
Platform ini menawarkan berbagai fitur inovatif, termasuk Studio untuk menulis yang mudah digunakan, (AiNi) asisten editor berbasis kecerdasan buatan (AI) yang membantu menghemat waktu dalam proses penulisan.
Selain itu, ada juga Explore untuk membantu penulis terhubung dengan pembaca mereka, dan Monetisaku, proses monetisasi yang sederhana yang memungkinkan penulis mendapatkan 100 persen biaya dan royalti dari karya-karya mereka.
Para penulis juga memiliki kesempatan untuk diterbitkan oleh mitra penerbit Wacaku. Dalam waktu satu tahun terakhir ini, Wacaku telah menerbitkan enam buku dari ratusan cerita penulis-penulis.
M A Wahyu mengatakan bahwa tujuan utamanya saat mengembangkan Wacaku adalah membawa teknologi web 3.0 ke industri sastra, sejalan dengan ambisi Pemerintah untuk menjalankan program Indonesia Emas pada 2045.
Dengan memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan dan merangkul teknologi, Wacaku bertujuan mengubah literasi serta meningkatkan kualitas dan minat terhadap literasi.
Perusahaan yang awalnya didirikan secara mandiri, saat ini terus berkembang pesat bahkan dia berhasil membangun tim dengan puluhan individu dalam waktu singkat.
Berakar dari pengalaman masa kecilnya yang berjuang melawan kemiskinan, Wahyu berhasil meraih kesuksesan, baik untuk dirinya sendiri maupun mendukung keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Selain itu, keterampilan M. A. Wahyu yang terasah di lapangan olahraga telah tercermin dalam usahanya sebagai entrepreneur.