Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjalananan Hui Ka Yan, dari Orang Terkaya di Asia hingga di Ujung Kehancuran

Evergrande belum membuat pengumuman publik apakah akan membayar bunga obligasi US$83,5 juta dolar yang jatuh tempo minggu lalu sehingga membuat lebih banyak kegelisahan di pasar.
Hui Ka Yan
Hui Ka Yan

Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri China Evergrande Group, perusahaan Fortune Global 500 yakni Hui Ka Yan, memiliki kekayaan yang menempatkannya di peringkat teratas orang terkaya untuk seluruh Asia, kini kekayaannya sebagian besar menguap.

Diketahui bahwa Hui Ka Yan pernah mengumpulkan kekayaan sebesar US$42,5 miliar atau setara dengan Rp608 triliun. Namun kini sebesar 73 persen kekayaannya menguap dan dia akan kehilangan lebih banyak lagi dari kreditur, pemasok, dan pembeli rumah, yang dilansir dari Forbes.

Evergrande telah memiliki jumlah utang yang cukup besar, hal ini dikarenakan perusahaan meminjam dari bank, perusahaan perwalian, pemegang obligasi, karyawan dan masyarakat luas.

Terdapat beberapa orang yang berinvestasi pada Evergrande seperti pada produk manajemen kekayaan Evergrande, dengan nilai sebesar 350.000 yuan selama setahun terakhir dan menjanjikan pengembalian tahunan sebesar 7,5 persen.

Evergrande mengatakan bahwa sebagian besar hasil dari penjualan akan digunakan untuk mendanai ekspansinya dalam membangun kendaraan listrik, yang kini berada di ambang kehancuran dan memiliki kekurangan dana yang serius.

Selain itu, Evergrande memiliki potensi keruntuhan di seluruh pasar keuangan global. Tidak hanya dengan investor yang keluar dari Evergrande, namun khawatir dengan membuang saham terkait properti di Hong Kong yang akan berdampak terutama untuk ekonomi yang bergantung pada real estat setidaknya seperempat dari PDB.

Evergrande belum membuat pengumuman publik apakah akan membayar bunga obligasi US$83,5 juta dolar yang jatuh tempo minggu lalu sehingga membuat lebih banyak kegelisahan di pasar.

Analis Nomura Iris Chen mengatakan kreditur asing bersiap untuk pemotongan yang diperkirakan bisa sebesar 75 persen. Evergrande memiliki masa tenggang 30 hari sebelum secara resmi default pada obligasi dolar.

Bailout langsung dari Evergrande juga bertentangan dengan tujuan Presiden Xi Jinping yakni memperketat pendanaan dan mendisiplinkan sektor real estat, terutama selama bertahun-tahun telah meminjam banyak untuk berkembang, berkontribusi pada peningkatan leverage yang cepat dalam ekonomi nasional, di mana utang resmi ke rasio PDB telah melonjak hampir 45 persen selama lima tahun terakhir.

Analis juga mengatakan bahwa pemerintah bisa meminta badan usaha milik negara (BUMN) lokal untuk membantu menyelesaikan properti yang belum selesai atau bank dapat memperpanjang pinjaman dan menegosiasikan kembali.

Namun, pandangan tentang penyelesaian tumpukan utang Evergrande masih sangat beragam. Analis kredit di Lucr Analytics yang berbasis di Singapura, Zhou Chuanyi melihat keengganan pihak dari BUMN untuk ikut turut tangan dan menyelamatkan proyek tersebut.

Permasalahan ini terjadi dikarenakan Hui Ka Yan didorong keyakinan bahwa harga real estat akan terus naik lebih tinggi di China dan dirinya selalu dapat menghasilkan cukup uang untuk membayar bunganya, dan dirinya yang pernah menjadi orang terkaya di China dan Asia pada tahun 2017.

Selain itu, regulator pasar Hong Kong juga pernah membantu Evergrande pada satu kesempatan. Citron Research mengatakan bahwa perusahaan Evergrande bangkrut dan mengeluarkan informasi palsu pada laporan 2012. Namun Pengadilan Pelanggaran Pasar Hong Kong memutuskan pernyataannya salah dan menyesatkan pada 2016.

Zhu, dari Universitas Shanghai Jiaotong mengatakan bahwa dari sudut pandang strategis, Hui Ka Yan salah menilai dalam pembatasan pemerintah pada sektor real estat. Zhu juga mengatakan bahwa pengalaman dan kesuksesan masa lalunya membuat Hui Ka Yan menjadi agresif dan seluruh perusahaan hanya bertaruh pada kenaikan harga perumahan yang berkelanjutan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper