Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wirausaha, Pelajari Manfaat dan Kekurangan Sistem Coba-coba

Pakar pemasaran Yuswohady menilai kebanyakan pelaku UKM di Indonesia, khususnya yang baru memulai usaha, masih kerap melakukan sistem nubruk-nubruk alias coba-coba.
UKM Center Universitas Indonesia. /Bisnis.com
UKM Center Universitas Indonesia. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Konsultan pemasaran Yuswohady menilai kebanyakan pelaku UKM di Indonesia, khususnya yang baru memulai usaha, masih kerap melakukan sistem nubruk-nubruk alias coba-coba.

Sistem coba-coba ini diaplikasikan mulai dari pemilihan jenis usaha hingga manajemennya. Umumnya pelaku usaha memilih jenis usaha secara alamiah mengikuti intuisi dan melihat geliat permintaan pasar.

Setelah menentukan jenis usaha, fokus utama pelaku usaha adalah penjualan produk. Jika merasa laku, mereka nyangkut di bisnis tersebut.

Jika tidak laku, pilihannya adalah banting setir ke usaha yang lain. Itu sebabnya ada pelaku usaha yang awalnya usaha EO, tetapi di tahun berikutnya ganti dengan usaha restoran.

“Kalau lihat UKM, biasanya tiga tahun pertama itu manajemennya ngawur. Bahkan jenis bisnis apa yang mau dikerjakan juga masih belum firm. Ini jelek,” kata dia.

Menurut mantan Chief Executive MarkPlus Institute of Marketing (MIM) ini, kondisi tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman pada scientific management serta kurangnya modal.

Kedua faktor ini membuat pelaku usaha pun kerap mencoba-coba sistem pengelolaan usaha dan strategi pemasaran dengan mencari cara yang tanpa budget besar.

Pelaku UKM juga jarang melakukan pengukuran dan mengevaluasi efektivitas promosi pemasaran sehingga tidak mengetahui kesalahan yang membuat bisnisnya jalan di tempat.

Banyak juga pelaku yang sebenarnya tidak punya punya riset awal tentang segmen konsumen yang dibidik sehingga asal berpromosi.

Yuswohady berujar perilaku coba-coba ini sebenarnya tidak selamanya berarti buruk. Jika pelaku usaha mampu melewati fase awal selama tiga tahun, biasanya mereka akan punya daya survival yang tinggi  menggarap pasar yang ada termasuk mengatasi dana promosi secara kreatif.

Untuk jangka waktu yang pendek, daya tahan demikian memang bisa diandalkan. Namun penulis lebih dari 40 buku tentang pemasaran ini mengingatkan bahwa pelaku usaha harus menerapkan manajemen modern agar bisa bersaing dalam jangka panjang.

Apalagi dalam beberapa bulan ke depan, persaingan UKM tidak hanya dengan dunia usaha dalam negeri, tetapi juga dari negara tetangga dengan diberlakukannya pasar tunggal Masyarakat Ekonomi Asean.

“UKM kita dengan caranya yang coba-coba itu sudah terbiasa survive. Tetapi agar bisa berkompetisi di tingkat nasional dan regional, produk dan pengelolaannya harus fokus dan tidak ngasal,” tuturnya.

Dia menjelaskan idealnya setelah tiga tahun, seorang pelaku usaha sudah memiliki bidang fokus yang terus ditekuni. Kemudian orientasi pengelolaan harus lebih ditingkatkan, baik dalam operasi, keuangan, HR serta promosinya.

Pelaku usaha disarankan untuk meniru manajemen modern perusahaan besar, yakni dengan membuat marketing plan yang detil. Perencanaan ini mencakup banyak hal, mulai dari target omzet, besaran anggaran promosi, periode, cara dan media promosi yang digunakan.

“Untuk jadi UKM kelas dunia dan mampu compete globally, harus masuk pada scientific management,” tuturnya. []


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ropesta Sitorus
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper