Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bisnis Ayam Goreng Tepung, Investasi Ringan ala De'Chick Fried Chicken

Pelaku usaha yang sukses menjajakan menu ayam goreng tepung adalah Deska Rahman. Di bawah bendera De’Chick Fried Chiken, dia menjual menu fried chickennan renyah sejak 2010 silam.

Bisnis.com, JAKARTA - Semakin banyaknya kios atau gerobak fried chicken di berbagai daerah tak pelak membuat makanan ini makin populer. Pelaku usaha tak hanya berlomba-lomba menyuguhkan varian ayam goreng nan lezat, tetapi juga peluang kemitraan bagi masyarakat. Apabila bergabung, calon mitra bisa mendapatkan fasilitas lengkap dan siap berjualan. Nilai investasi yang ditawarkan juga ramah di kantong.

Pelaku usaha yang sukses menjajakan menu ayam goreng tepung adalah Deska Rahman. Di bawah bendera De’Chick Fried Chiken, dia menjual menu fried chickennan renyah sejak 2010 silam.

Dia menuturkan keunikan ayam goreng tepung miliknya ada di varian rasa. Deska menawarkan tiga rasa, yaitu rasa asli (original), lada hitam (black pepper), dan pedas (hot and spicy). Selain enak dan renyah, harganya pun terjangkau. Dia menjual sepotong fried chicken dengan harga Rp6.000—Rp8.000.

Deska  pada mulanya membuka gerobak De’Chick Fried Chicken di kawasan Jatinangor, Jawa Barat. Tak disangka, respons yang didapat sangat positif. “Selain membeli ayam goreng tepung, ada juga konsumen yang berminat membuka cabang. Dari situ, saya kembangkan skema kemitraan,” ujar pria yang tinggal di Bandung, Jawa Barat ini.

Dia menawarkan tiga paket kemitraan, yaitu booth atau gerobak dengan nilai investasi Rp13,5 juta, paket ruko seharga Rp30 juta, dan paket mini resto. Khusus untuk paket mini resto, nilai investasinya disesuaikan dengan luas tempat berjualan.

Dengan nominal tersebut, mitra akan mendapat berbagai fasilitas misalnya booth atau gerobak, peralatan masak, perlengkapan promosi, dan bahan baku untuk awal berjualan. “Untuk paket ruko dan mini resto kami siapkan deep fryer, kulkas, serta meja dan kursi. Bahan bakunya juga lebih banyak dari paket booth, yaitu sekitar 25 kilogram ayam,” katanya.

Deska tidak menarik biaya kemitraan (frachise fee) dan biaya royalti. Setelah bergabung, mitra cukup membeli bahan baku berupa ayam dan tepung bumbu ke pihak De’Chick Fried Chicken. Dia mengklaim telah mendapat serfikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Dia berharap mitra bisa menjual 15—20 potong ayam setiap dari. Jika target tersebut terpenuhi, modal mitra akan kembali dalam waktu 3—4 bulan. “Tercapai atau tidaknya periode balik modal tergantung dengan lokasi yang mitra pilih. Sebelum deal, tim kami akan melakukan survey lokasi hingga 3 kali.”

Seiring berjalannya waktu, bisnis De’Chick Fried Chicken kian moncer. Hal ini terlihat dengan terus bertambahnya jumlah mitra yang mencapai 70 gerai. Gerai-gerai tersebut tersebar di beberapa daerah di Jakarta, Bandung, Cirebon, Sumedang, dan Depok.

Soal prospek bisnis, Deska yakin masyarakat masih gemar mengonsumsi kuliner ayam goreng tepung. Meski banyak pesaing, dia optimis mitra bisa menikmati gurihnya keuntungan dari bisnis ini. “Persaingannya memang ketat. Namun, pasarnya masih terbuka lebar. Saat ini, saya ingin memperluas gerai ke luar Pulau Jawa,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper