Bisnis.com, JAKARTA - Kabar baik berhembus sepoi-sepoi dari Washington DC. Dari ibu kota Amerika Serikat itu, Senin (31/4/2014) pekan lalu, International Comparison Program (ICP) melansir data tentang peta baru kekuatan ekonomi dunia.
Menurut ICP, China akan segera mengungguli Amerika Serikat, duduk di peringkat pertama kekuatan ekonomi terbesar dunia. India berada di urutan ketiga menggeser kekuatan lama yaitu Jepang.
Hasil studi itu menyebut Indonesia masuk urutan ke-10. Artinya Indonesia termasuk 10 besar kekuatan baru ekonomi dunia. ICP adalah lembaga yang ditugaskan PBB untuk menyusun peringkat kekuatan ekonomi berdasarkan daya beli di setiap negara (purchasing power parity).
ICP tidak menggunakan pendekatan konvensional perbandingan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui konversi ke dolar AS. Metode itu dinilai tidak fair dan tidak menggambarkan kekuatan sebenarnya. ICP mengukur kekuatan PDB dari kekuatan daya beli mata uang di setiap negara.
Namun, kita tidak boleh gembira hanya karena berbagai indikator makro yang menggembirakan. Sebab kenyataannya, jurang ketimpangan masih cukup besar menganga. Menurut Financial Times edisi 27 April, pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia mencapai 6%, sementara pertumbuhan ekonomi Jakarta mencapai 14%.
Selain Jakarta, umumnya kota-kota besar Indonesia tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Itu artinya masih teramat banyak daerah di luar kota-kota besar tumbuh di bawah rata-rata nasional. Ketimpangan inilah yang harus diatasi. Pemerintah harus lebih serius mengembangkan perekonomian daerah, sehingga terjadi pemerataan.
Semangat itulah yang dikedepankan para penguasa Amarta, ketika mereka membangun kawasan Sapta Arga. Kocap kacarita. Kawasan Sapta Arga yang jauh dari pusat pemerintahan Amarta di Indraprasta, memiliki dua potensi besar.
Pertama, kawasan ini adalah pusat spiritual yang dari era ke era melahirkan para pemimpin besar trah Barata. Di pertapaan Sapta Arga para leluhur dan pinisepuh Amarta bertapa untuk menempa kekuatan fisik dan mental.
Sapta Arga juga dikenal sebagai daerah yang kaya dengan potensi pangan. Inilah lumbung pangan nasional Amarta. Di sinilah dipasok bulu bekti glondhong pengareng-areng alias segala macam kebutuhan hidup rakyat Amarta.
Dengan melestarikan kawasan Sapta Arga, diharapkan para kesatria generasi muda Pandawa memiliki pedoman dan rujukan, sekaligus sadar akan jati diri dan identitas kultural mereka sebagai sebuah bangsa.
Kedua, dengan membangun dan menata Sapta Arga, ketersediaan pasokan pangan nasional akan terjamin. Indraprasta sebagai ibukota tidak akan bisa tumbuh dan berkembang maksimal jika tidak ditopang oleh daerah seperti Sapta Arga. Mengandalkan pasokan dari manca negara, jelas tidak menguntungkan dan bahkan bisa melemahkan negara.
Pandawa mendapat sokongan penuh dari rakyat. Melalui Nakula dan Sadewa sebagai public relations officer, rakyat dibuka pemahaman dan wawasannya, sehingga tumbuh kesadaran untuk berpartisipasi dalam megaproyek tersebut. Rakyat berpartisipasi atas dasar kesadaran tentang makna strategis dan manfaat besar megaproyek itu bagi seluruh bangsa.
Fokus pada Target
Selama proyek berlangsung, para satria Pandawa benar-benar fokus dan mencurahkan 100 persen konsentrasi mereka. Untuk sementara mereka menarik diri dari urusan kenegaraan dan pemerintahan. Agar tidak terjadi kekosongan pemerintahan di ibukota, mereka menunjuk para generasi muda sebagai caretaker, yaitu Gatutkaca, Abimanyu, dan Bambang Irawan.
Oleh Puntadewa, Sapta Arga akan dijadikan role model pembangunan daerah. Indraprasta yang sudah maju dan berkembang, mengulurkan tangan untuk mengembangkan daerah sekitar, termasuk kawasan perdesaan. Dengan demikian akan terjadi pemerataan yang menjamin setiap warga negara memperoleh hak untuk hidup maju dan sejahtera.
Namun, megaproyek itu mengundang kecurigaan Batara Guru. penguasa Kahyangan. Ia curiga, Pandawa tengah membangun kekuatan untuk menyaingi Kahyangan. Dia was-was, bila Pandawa berhasil membangun kawasan kota dan desa menjadi kekuatan ekonomi terintegrasi, pengaruh Pandawa akan semakin besar dan luas. Pamor Kahyangan akan runtuh.
Kecurigaan Batara Guru alias Manikmaya itu terutama karena keterlibatan Semar alias Ismaya dalam proyek itu. Manikmaya dan Ismaya sejatinya bersaudara, tapi tidak akur. Manikmaya selalu khawatir Ismaya akan merebut kekuasaannya di Kahyangan. Ismaya selalu khawatir Manikmaya menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang besar di tangannya.
Maka keberadaan Semar di Sapta Arga dicurigai sebagai upaya untuk membangun kekuatan baru guna menggulingkan kekuasaan Kahyangan. Dikhawatirkan kiblat peribadatan para kawula akan bergeser dari Kahyangan ke Sapta Arga.
Itulah alasan Batara Guru membiarkan Dewi Mustakaweni menyatroni istana Amarta dan mencuri Jamus Kalimasada, senjata andalan Puntadewa. Tujuannya agar para Pandawa terpecah konsentrasinya sehingga megaproyek Sapta Arga gagal di tengah jalan.
Dengan izin dewata Mustakaweni bisa menyamar sebagai Gatutkaca, sehingga Subadra yang menjaga jimat itu tidak curiga. Untungnya Srikandi dan Bambang Irawan segera sadar dan mengejar Gatutkaca. Pertempuran seru terjadi, sampai akhirnya Gatutkaca gadungan itu menyerah dan berubah wujud kembali menjadi Mustakaweni. Jamus Kalimasada berhasil diamankan.
Kegagalan itu memaksa Batara Guru menempuh pendekatan lain. Dia turun ke bumi untuk menemui langsung Semar dan Pandawa. Dia mengingatkan, upaya apa pun yang bertujuan untuk mengkudeta kekuasaan dan pengaruh dewata akan gagal karena bertentangan dengan kodrat manusia dan alam semesta. Tapi Semar dan Puntadewa bisa menjelaskan dengan santun tapi gamblang, bahwa Sapta Arga dibangun bukan untuk menyaingi Kahyangan, tapi untuk menjamin sustainable development yang berdimensi fisik dan mental bagi kepentingan Pandawa dan generasi penerusnya.
Penjelasan itu membuka mata Batara Guru. Ia tidak lagi was-was dan bahkan mendukung sehingga megaproyek Sapta Arga bisa selesai lebih cepat dari target.
Dalam konteks itu, inisiatif Guberjur DKI Jakarta Joko Widodo menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT dan Lampung layak diapresiasi. Kerja sama dengan NTT akan menjamin suplai daging sapi untuk penduduk Jakarta. Suplai bahan pangan lainnya diharapkan berasal dari Lampung.
Kerja sama itu berdimensi ganda. Bagi Jakarta, akan bisa menutup kebutuhan daging sapi yang mencapai 50.000 ton per tahun, serta bahan pangan lainnya. Bagi NTT dan Lampung, kerja sama itu akan menjadi stimulus tumbuhnya perekonomian daerah, sehingga ketimpangan antara pusat dan daerah tidak terlampau menganga. Yang perlu menjadi catatan, agar kerja sama itu bisa terealisasi dengan baik, kedua belah pihak harus fokus, dan mampu mengatasi berbagai kendala yang ada. Jangan sampai gagasan bagus itu hanya tinggal rencana.
Negeri ini sudah sesak oleh rencana-rencana bagus dan bahkan hebat, tapi minim eksekusi untuk mewujudkan rencana-rencana itu menjadi karya nyata yang hebat. Sumangga. (Rohmad Hadiwijoyo, Dalang dan CEO RMI Group)