Bisnis.com, JAKARTA — Merek mobil listrik asal China, BYD, menghadapi sejumlah tantangan di negara asal dan di Indonesia. Namun, kekayaan pendirinya, Wang Chuanfu, tetap kokoh.
Dilansir Reuters, dealer besar BYD di provinsi timur Shandong telah gulung tikar dengan sedikitnya 20 tokonya ditemukan kosong atau tutup.
Hal itu dilaporkan oleh media milik pemerintah, Jinan Times, yang dimiliki oleh pemerintah ibu kota provinsi Jinan, menyebutkan bahwa Qiancheng Holdings, yang mengelola toko-toko BYD, tengah mengalami kesulitan dan memengaruhi lebih dari 1.000 konsumen yang masih berhak atas cakupan garansi dan layanan purnajual.
Toko-toko yang terkena dampak tersebut tersebar di empat kota, termasuk Jinan dan Weifang. Atas kejadian ini, para pemilik mobil berorganisasi untuk menuntut perlindungan hak dan mencari solusi.
Surat kabar itu mengatakan Qiancheng, yang pernah memiliki omzet tahunan sebesar 3 miliar yuan (US$416,71 juta) dan mempekerjakan 1.200 orang, mengumumkan pada 17 April 2025 tengah mengalami tekanan luar biasa dalam arus kas setelah BYD melakukan penyesuaian kebijakan.
Di Indonesia, BYD juga tengah menghadapi tantangan, terancam diblokir oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Komdigi) Indonesia karena gagal mendaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat (PSE Privat).
Baca Juga
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Komdigi yang lebih besar untuk memastikan semua PSE Privat terdaftar dan mematuhi peraturan.
Situs web dan aplikasi PSE Privat yang terdampak, termasuk BYD, dapat menghadapi pemblokiran akses jika gagal mematuhi persyaratan.
Kekayaan Wang Chuanfu Tetap Kokoh
Di tengah sederet tantangan yang dihadapi, perusahaan produsen mobil tersebut, kekayaan pendirinya, Wang Chuanfu, menjadi sorotan lantaran tetap kokoh.
Mengutip Forbes, kekayaannya sebesar US$26,5 miliar atau setara dengan Rp432,45 triliun, tumbuh US$267 juta atau 1,02%.
Dia adalah ketua dan CEO BYD dan telah memimpin perusahaan tersebut hingga menjadi salah satu perusahaan kendaraan listrik terbesar di dunia.
Lahir di sebuah desa pertanian di salah satu provinsi termiskin di China pada 1966, Wang menjadi yatim piatu saat remaja dan dibesarkan oleh kakak laki-laki dan perempuannya.
Orang yang berprestasi ini berhasil masuk perguruan tinggi, unggul saat dia memfokuskan perhatiannya pada teknologi baterai.
Wang kemudian mendirikan BYD sebagai perusahaan baterai isi ulang pada 1995, bersama sepupunya, Lu Xiangyang.
Nama BYD sendiri disebutnya tidak mewakili apapun, tetapi sering disebut sebagai kependekan dari "Build Your Dreams" dan "Bring Your Dollars."
Setelah memproduksi baterai untuk merek-merek ternama seperti Motorola, Sony, Nokia, Ericsson dan Samsung, BYD mulai ekspansi dengan memproduksi kendaraan
Pada 2005, BYD memperkenalkan mobil sedan F3, yang menarik karena dijual lebih murah dari Toyota Corolla dan dengan cepat mendapatkan sambutan positif di pasar China.
Hingga kini, otomotif menjadi penyumbang utama pendapatan BYD, menjadi produsen mobil listrik terbesar di China.