Bisnis.com, JAKARTA - Dalam dunia bisnis, berbagai metrik digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan potensi sebuah perusahaan, salah satunya adalah EBITDA.
Dilansir dari investopedia.com pada Selasa (4/2/2025), istilah Ebitda merupakan singkatan dari Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (Pendapatan Sebelum Bunga, Pajak, Penyusutan, dan Amortisasi).
Meskipun terdengar teknis, Ebitda adalah indikator penting yang dapat memberikan gambaran jelas tentang seberapa efektif perusahaan dalam menghasilkan laba dari operasi inti.
Apa Itu EBITDA?
Secara sederhana, Ebitda adalah ukuran yang digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan dengan mengabaikan biaya bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi. Keempat komponen ini biasanya tidak mencerminkan kinerja operasional langsung sehingga Ebitda sering dianggap sebagai cerminan dari laba operasional yang lebih murni. Perhitungan Ebitda juga dikenal dengan rumus berikut.
Ebitda =Pendapatan Operasional+Penyusutan+Amortisasi Ebitda =Pendapatan Operasional+Penyusutan+Amortisasi
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki pendapatan dari operasi sebesar Rp 10 miliar, biaya penyusutan sebesar Rp 1 miliar, dan amortisasi sebesar Rp 500 juta, maka EBITDA perusahaan tersebut adalah Rp 11,5 miliar.
Mengapa EBITDA Penting?
Sejatinya, EBITDA penting dalam analisis bisnis karena memberikan wawasan tentang seberapa efisien perusahaan menjalankan operasi intinya, tanpa dipengaruhi oleh struktur pembiayaan, kebijakan pajak, atau metode akuntansi.
Ini membuat EBITDA sangat berguna dalam perbandingan antar perusahaan, khususnya yang berada dalam industri yang sama, karena seringkali perusahaan-perusahaan tersebut memiliki perbedaan dalam cara pembiayaan atau kebijakan pajak.
Selain itu, Ebitda juga dapat menjadi acuan yang baik bagi investor dan analis keuangan dalam menilai potensi laba bersih suatu perusahaan jika dioperasikan dengan cara yang lebih efisien. Angka EBITDA yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang cukup dari operasional intinya, sementara angka yang rendah bisa menandakan adanya masalah dalam manajemen operasional.
Meskipun Ebitda memiliki banyak manfaat, ada juga keterbatasan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah bahwa EBITDA tidak memperhitungkan biaya modal yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan bisnis, seperti investasi dalam peralatan atau fasilitas baru.
Oleh karena itu, meskipun Ebitda memberikan gambaran tentang profitabilitas, angka ini tidak bisa sepenuhnya menggambarkan kesehatan keuangan suatu perusahaan.
Selain itu, perusahaan dengan struktur utang yang tinggi mungkin memiliki biaya bunga yang besar, yang tidak tercermin dalam EBITDA, meskipun biaya tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan operasional mereka. (Mianda Florentina)