Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Demis Hassabis, CEO DeepMind yang Sabet Penghargaan Nobel Bidang Kimia

Profil Demis Hassabis, CEO jenius penerima Penghargaan Nobel Kimia 2024.
Demis Hassabis/linkedin
Demis Hassabis/linkedin

Bisnis.com, JAKARTA — Baru-baru ini, CEO Google Deepmind mendapatkan Penghargaan Nobel 2024 untuk bidang Kimia.

Adalah Demis Hassabis, salah satu pendiri laboratorium kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) DeepMind yang terkenal, diakui di seluruh dunia sebagai salah satu pemikir terkemuka di bidangnya.

Hassabis dan rekan kerjanya di DeepMind, John Jumper, dianugerahi Penghargaan Nobel Kimia 2024 atas karya mereka dalam prediksi struktur protein.

Profil Demis Hassabis

Dijuluki "Pahlawan Super AI" oleh The Guardian pada 2016, pria berusia 48 tahun itu merupakan anak tertua dari tiga bersaudara dari oang tuanya yang berprofesi sebagai guru.

Kejeniusannya sudah terlihat sejak dia kecil. Mulai usia 4 tahun, dia sudah tertarik pada catur saat menonton ayahnya bermain melawan pamannya. Pada usia lima tahun, dia mulai berkompetisi di tingkat nasional hingga memenangkan kejuaraan London untuk kelompok usia di bawah delapan tahun pada usia enam tahun. 

Saat berusia sembilan tahun, dia sudah menjadi kapten tim Inggris untuk pertandingan catur kelompok usia di bawah 11 tahun. Hingga pada usia 13 tahun, Hassabis mencapai peringkat master catur.

Dari prestasinya bermain catur, Hassabis membeli komputer pertamanya menggunakan uang hadiah dari pertandingan catur.

Dari baru mendapat komputer pertamanya di usia 13 tahun, dia memulai karirnya membuat video game saat berusia 15 tahun di Bullfrog Productions, pengembang game video Inggris yang kini telah bergabung dengan EA.

Dia merancang kode dan memimpin pemrograman untuk "Theme Park," yang menantang pemain untuk membangun taman hiburan yang sukses.

Saat berada di perusahaan gim video tersebut, ia bekerja di bawah perancang gim legendaris Peter Molyneux.

Game "Theme Park" dirilis pada 1994 saat Hassabis berusia 17 tahun. Game itu terjual jutaan kopi.

Atas kemampuannya, dia juga diterima menjadi mahasiswa di University of Cambridge. Di sana dia diajari cara mengembangkan "narrow AI" (AI sempit), yang belajar melakukan tugas-tugas tertentu. Namun Hassabis selalu lebih tertarik mengembangkan "AI umum".

Dia kemudian lulus dari Queens' College, bagian dari sistem University of Cambridge, saat berusia 20 tahun dengan gelar kehormatan ganda kelas satu pada 1997.

Mengutip The Financial Times, setelah lulus, Hassabis memulai kariernya bekerja di Lionhead Studios, sebuah perusahaan game video. Selama di sana, dia mengerjakan versi prototipe awal AI untuk game ikonik "Black & White." 

Namun, dia meninggalkan Lionhead sekitar setahun kemudian untuk mendirikan perusahaan game videonya sendiri, Elixir.

Elixir, yang mempekerjakan sekitar 60 orang pada puncaknya, membuat game simulasi AI seperti "Republic: The Revolution" dan "Evil Genius," yang keduanya dinominasikan untuk BAFTA.

Hassabis lalu menjual 5% saham Elixir kepada Eidos, yang menciptakan seri Lara Croft "Tomb Raider". Saham tersebut dijual seharga £600.000, sehingga perusahaan tersebut bernilai £12 juta saat itu.

Sambil menempuh pendidikan doktoralnya, Hassabis juga berusaha mencari inspirasi dari otak manusia untuk algoritma AI baru.

Pada 2007, jurnal Science mencantumkan penelitiannya tentang memori dan imajinasi di antara 10 terobosan ilmiah teratas tahun ini, dan lulus dari Harvard dan MIT.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, pada 2010, Hassabis mendirikan DeepMind, perusahaan teknologi yang berbasis di London yang kini dimiliki oleh Google.

Hassabis mendirikan DeepMind bersama teman masa kecilnya, Mustafa Suleyman yang kini menjadi CEO Microsoft AI dan Shane Legg. Namun, kini dia tetap bekerja di Google DeepMind untuk mengembangkan kecerdasan umum buatan.

Perusahaan tersebut telah mengembangkan algoritme pembelajaran mandiri yang canggih yang dapat unggul dalam tugas-tugas tertentu jika diberi kumpulan data untuk dipelajari. Algoritme tersebut dibuat dengan memadukan penelitian dan keahlian dari ilmu saraf dan pembelajaran mesin.

Investor awal Hassabis termasuk miliarder Elon Musk dan salah satu pendiri Skype Jaan Tallinn.

Saat ini, DeepMind merupakan bagian dari perusahaan induk Google, Alphabet, dan mempekerjakan tim di seluruh dunia, dari kantor pusatnya di London hingga Montreal dan kantor pusat Google di Mountain View, California. Divisi ini berupaya menerapkan teknologi DeepMind ke produk-produk Google. 

Pada 2023, CEO Google Sundar Pichai mengumumkan bahwa Google akan menggabungkan DeepMind dan tim Brain dari Google Research untuk menciptakan satu unit AI yang disebut "Google DeepMind."

DeepMind meluncurkan iterasi pertama AlphaFold pada 2018, sebuah inovasi yang akhirnya kini menghasilkan Penghargaan Nobel.

AlphaFold adalah program kecerdasan buatan yang memprediksi struktur protein, DNA, RNA, dan molekul lainnya. Inovasi ini menjadi perbincangan hangat, sehingga Hassabis dan salah satu ilmuwan top DeepMind melanjutkan pengembangan iterasi keduanya.

AlphaFold 2 dirilis pada 2020 dan memprediksi struktur protein dengan akurasi hampir 90%.

Model ini telah mengalami pertumbuhan pesat sejak saat itu, dibuktikan sebagian oleh prediksinya terhadap sekitar 200 juta protein pada bulan Juli 2022.

Pada bulan Mei, DeepMind mengumumkan AlphaFold 3, yang digadang-gadang dapat memprediksi "struktur dan interaksi semua molekul kehidupan dengan akurasi yang belum pernah ada sebelumnya."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper