Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 8 Perusahaan Indonesia yang Masuk dalam Forbes Asia 100 to Watch 2024

Daftar delapan perusahaan dan start up asal Indonesia yang masuk dalam Forbes Asia 100 to Watch 2024
Esqa, salah satu dari 8 Perusahaan Indonesia yang Masuk dalam Forbes Asia 100 to Watch 2024
Esqa, salah satu dari 8 Perusahaan Indonesia yang Masuk dalam Forbes Asia 100 to Watch 2024

Bisnis.com, JAKARTA - Forbes kembali mengeluarkan daftar yang menyoroti 100 perusahaan kecil dan start up di Asia Pasifik yang berhasil menarik perhatiian investor besar. Delapan di antaranya dari Indonesia.

Daftar Forbes Asia 100 to Watch tahunan keempat menampilkan perusahaan kecil dan perusahaan rintisan di Asia-Pasifik yang menarik perhatian investor.

Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan ini telah menarik lebih dari US$2 miliar dalam total investasi hingga saat ini, dengan 83 di antaranya mengumpulkan uang sejak awal 2023. 

Beberapa perusahaan yang disorot dalam daftar ini menceritakan kisah pertumbuhan yang stabil, dan menegaskan bahwa kesuksesan bukanlah prestasi dalam semalam. 

Meskipun memiliki latar belakang berbeda-beda, 100 perusahaan ini memiliki satu kesamaan, yaitu semangat inovatif yang kuat, mulai dari pengembangan menggunakan sistem navigasi AI dan juga pemanfaatan digitalisasi. 

Daftar ini didominasi oleh perusahaan dari India, sebanyak 20 perusahaan, kemudian 15 dari Singapura, 10 dari China, 9 dari Jepang dan 8 dari Indonesia.

Berikut ini delapan perusahaan Indonesia yang masuk dalam Forbes Asia 100 to Watch:

1. ESQA Cosmetics

Kategori: E-commerce & Retail

Tahun Berdiri: 2016 

CEO: Cindy Angelina

Teman masa kecil Cindy Angelina dan Kezia Trihatmanto mendirikan ESQA, yang mengklaim sebagai merek kosmetik vegan pertama di Indonesia. ESQA kini menawarkan berbagai macam kosmetik dan produk perawatan kulit yang dijual secara daring, serta melalui peritel seperti Sephora, Sociolla, dan Watsons. 

Perusahaan rintisan kecantikan ini telah berekspansi ke Vietnam dan Singapura, serta mengincar pasar Asia Tenggara lainnya. Perusahaan ini memperoleh pendanaan seri A senilai US$6 juta pada 2022 yang dipimpin oleh Unilever Ventures dan dengan partisipasi East Ventures. ESQA mengatakan perusahaan ini telah memperoleh laba setelah beroperasi selama dua tahun.

2. Gravel

Kategori: Konstruksi & Logistik

Tahun Berdiri: 2019 

Co-CEO: Georgi Ferdwindra Putra, Fredy Yanto

Gravel yang berkantor pusat di Jakarta merupakan start up yang bertujuan memudahkan perekrutan pekerja konstruksi baik harian maupun per proyek. Perusahaan ini juga menawarkan layanan pemeliharaan dan menjual bahan bangunan. 

Perusahaan ini mengklaim telah membantu 6.000 proyek di 20 provinsi di Indonesia dan sekitar 1,7 juta pekerja konstruksi terdaftar di platform tersebut. Perusahaan ini telah mengumpulkan total pendanaan sebesar US$14 juta dari investor seperti NEA dan East Ventures.

3. Little Joy

Kategori: E-commerce & Retail

Tahun Berdiri: 2021

CEO: Clara Carina Lukito

Didirikan oleh Clara Carina Lukito dan Claudia Sastra, yang juga masuk dalam daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2023, perusahaan ini menjual suplemen untuk keluarga berpenghasilan rendah dan menengah yang dapat dicampur dengan makanan untuk menambah nutrisi. 

Little Joy juga menawarkan produk untuk ibu hamil dan menyusui. Perusahaan ini bercita-cita untuk mengurangi kekurangan gizi dan stunting pada anak-anak Indonesia ini, tahun lalu memperoleh pendanaan seri A dari investor Prasetia Dwidharma, Atlas Global Kapital, dan lainnya.

4. McEasy

Kategori: Konstruksi & Logistik

Tahun Berdiri: 2017

CEO: Raymond Sutjiono

McEasy membantu perusahaan memantau armada transportasi mereka dengan perangkat lunak dan alat lain seperti kamera, GPS, dan sensor. Pelanggannya termasuk perusahaan minyak dan gas milik negara, PT Pertamina, dan perusahaan logistik yang berkantor pusat di Jakarta, JNE. 

Pada Juni tahun ini, McEasy meraih pendanaan seri A+ yang dipimpin oleh Granite Asia, menyusul pendanaan sebelumnya sebesar US$6,5 juta yang dipimpin oleh East Ventures pada 2022 lalu, sehingga total pendanaan seri A-nya menjadi US$11 juta.

5. Paper.id

Kategori: Teknologi Perusahaan & Robotika

Tahun Berdiri: 2017

CEO: Yosia Sugialam

Paper.id yang berpusat di Jakarta ditujukan membantu para pebisnis mengotomatiskan proses penagihan dan pembayaran mereka. Perusahaan ini menargetkan perusahaan kecil dan menengah di Indonesia dan mengklaim memiliki lebih dari 600.000 perusahaan sebagai pelanggan. 

Pada Juni tahun ini, Paper.id. mengumpulkan dana seri B senilai US$12 juta yang dipimpin oleh perusahaan modal ventura Australia Square Peg, sehingga total pendanaan menjadi lebih dari US$30 juta.

6. Proglix

Kategori: Konstruksi & Logistik

Tahun Berdiri: 2022

CEO: Wynn Nathaniel Wijaya

Proglix membantu perusahaan kecil Indonesia mendapatkan bahan baku dan jadi logam untuk konstruksi dan industri lainnya. Proglix tidak mensyaratkan pesanan minimum dan menawarkan harga dan rencana pembayaran yang kompetitif. 

Perusahaan ini merupakan satu-satunya perusahaan rintisan Indonesia yang terpilih untuk angkatan musim dingin Y Combinator pada 2023 dan berhasil mengumpulkan dana awal sebesar US$1,4 juta pada 2023 dari perusahaan seperti 500 Global, Number Capital, dan Magic Fund.

7. Rukita

Kategori: Kuliner & Perhotelan

Tahun Berdiri: 2019 

CEO: Sabrina Soewatdy

Startup manajemen properti Rukita menawarkan opsi sewa yang terjangkau, mulai dari ruang tinggal bersama hingga apartemen berlayanan, dan juga membantu tuan tanah mengelola properti mereka. 

Rukita mengklaim sudah bisa meraih laba dengan mengelola lebih dari 1,4 juta kamar di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Pada Maret 2024, startup tersebut mengumpulkan US$15 juta dalam pendanaan seri B dari investor termasuk Surge milik Peak XV, Golden Gate Ventures, MPower Partners, BNI Ventures, Openspace Ventures, dan bintang basket Jeremy Lin.

8. Swap Energi Indonesia

Kategori: Manufaktur & Energi

Tahun Berdiri: 2019

CEO: Irwan Tjahaja

Swap Energi yang berkantor pusat di Jakarta Pusat membangun infrastruktur pengisian daya untuk sepeda motor listrik di Indonesia. Dengan aplikasinya, pelanggan dapat dengan cepat menemukan stasiun pengisian daya baterai di lebih dari 1.500 lokasi di seluruh Indonesia. 

Awal tahun ini, perusahaan tersebut meraup US$22 juta dalam pendanaan seri A yang dipimpin oleh Qiming Venture Partners, setelah pendanaan pra-seri A sebesar US$7,2 juta pada April 2023 dan pendanaan awal yang tidak disebutkan pada 2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper