Bisnis.com, JAKARTA — Produsen baterai kendaraan listrik asal Tiongkok, CATL, kembali menancapkan cengkeramannya di Indonesia dengan memulai pembangunan proyek baterai berbasis nikel senilai US$5,9 miliar atau setara Rp96,04 triliun.
Pabrik baterai tersebut akan menjadi bagian dari Proyek Dragon di Karawang, Jawa Barat, dan bakal memproduksi baterai penyimpanan energi atau battery energy storage system (BESS) untuk panel surya dengan kapasitas hingga 40 gigawatt hour (GWh) per tahun mulai 2028.
Di balik berdirinya proyek tersebut, ada konsorsium yang terdiri atas Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan Indonesia Battery Corporation (IBC).
CBL sendiri merupakan anak usaha dari raksasa baterai kendaraan listrik di dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).
Pabrik ini direncanakan memiliki kapasitas produksi baterai mobil listrik (EV) awal sebesar 6,9 GWh per tahun pada fase pertama yang akan mulai beroperasi pada akhir 2026.
Kapasitas itu lalu akan diekspansi hingga mencapai kapasitas total 15 GWh pada fase kedua atau 2028.
Baca Juga
Sementara itu, ada pula pembuatan baterai solar panel, dengan produksi diperkirakan dapat menghasilkan hingga 40 GWh.
Sosok Raja Baterai EV China
Di balik raksasa baterai dari China itu, ada sosok miliarder Robin Zeng Yuqun, seorang pengusaha asal China yang merulakan pendiri dan ketua produsen baterai CATL (Contemporary Amperex Technology), dan wakil ketua Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh Tiongkok.
Lahir di Provinsi Fujian pada 1968, Zeng memperoleh gelar sarjana teknik kelautan dari Shanghai Jiaotong University, serta gelar MSc. dalam bidang teknik elektronika dan informasi dari South China University of Technology pada 2001. Dia kemudian melanjutkan pendidikannya dan meraih gelar PhD dalam bidang fisika dari Institute of Physics, Chinese Academy of Sciences pada 2006.
Zeng kemudian memulai kariernya dengan bekerja di perusahaan pembuat kapal milik negara di Provinsi Fujian. Dia kemudian bergabung dengan pabrik suku cadang elektronik setelah lulus dan bekerja selama 10 tahun.
Pada 1999, dia memulai bisnisnya sendiri, dengan mendirikan Amperex Technology Limited (ATL) bersama dua mantan rekannya. Menurut laporan Financial Times, perusahaan tersebut memproduksi baterai polimer litium untuk gawai digital, termasuk iPhone.
Pada 2005, ATL kemudian diakuisisi oleh TDK Jepang, tetapi Zeng tetap menjadi manajer dan mengelola ATL.
Pada 2012, Zeng dan wakil ketua Huang Shilin memisahkan operasi baterai kendaraan listrik ATL menjadi perusahaan baru, CATL, yang memproduksi baterai isi ulang lithium-ion, dan menjadi pemimpin dunia pada tahun-tahun berikutnya.
Pada tahun 2017, CATL go public di Bursa Efek Shenzhen, dan pada 2024, CATL merambah ke energi terbarukan, jaringan listrik, dan sistem penyimpanan energi listrik.
Mengutip Forbes, saat ini Zeng merupakan salah satu orang terkaya di China, yang memiliki kekayaan mencapai US$37 miliar atau hampir setara dengan Rp600 triliun.