Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos dan Para Konglomerat di Balik Industri Tekstil yang Kian Lesu

Deretan bos dan konglomerat perusahaan tekstil yang kini kian lesu
Bos dan Para Konglomerat di Balik Industri Tekstil yang Kian Lesu / Bisnis - Rachman
Bos dan Para Konglomerat di Balik Industri Tekstil yang Kian Lesu / Bisnis - Rachman

5.  Sung Pui Man

Pebisnis asal Taiwan, Sung Pui man adalah pendiri Ever Shine Tex (ESTI), yang membangun perusahaan tersebut sejak 1974, saat usianya baru 20 tahun. 

Saat di masa pemerintahan Presiden Suharto, Indonesia sudah mendekati akhir gelombang pertama pembangunan industrinya. Meskipun ada beberapa pabrik yang tersebar di seluruh negeri, banyak kelangkaan pasokan dan di sana Sung melihat begitu banyak peluang. 

Menjadi orang asing di negeri asing, awalnya dia kehilangan banyak uang. Negara ini belum membuka diri terhadap investasi asing, sehingga memaksa keluarga tersebut untuk meminjam nama penduduk setempat untuk mendapatkan izin yang diperlukan untuk membangun pabriknya.  

Pada 1980-an, Taiwan, Hong Kong, dan Korea Selatan mendominasi rantai pasokan tekstil dan garmen global, sehingga menyulitkan Ever Shine yang berbasis di Indonesia untuk memasuki pasar Eropa dan Amerika. 

Namun, setelah melewati tahap awal bisnisnya yang memiliki keterbatasan modal, Sung mulai mengarahkan perusahaannya untuk mencatatkan sahamnya di pasar saham pada tahun 1992. Pada 1990-an adalah masa yang menyenangkan bagi saham-saham Indonesia, dan pemerintah secara aktif mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencatatkan sahamnya di pasar saham.  

Sung kemudian merencanakan perluasan pabrik dan internasionalisasi, Ever Shine memutuskan untuk mencatatkan sahamnya di pasar saham Indonesia, menjadi perusahaan milik Taiwan pertama yang melakukan hal tersebut.

Setelah 40 tahun berdiri, ESTI sudah menjadi peruahaan Taiwan pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia, dan berhasil mengumpulkan pendapatan tahunan setara dengan Rp1 triliun. 

6. Nico Purnomo Po

Nama Nico Purnomo Po ada di belakang PT Golden Flower Tbk, (POLU), sebuah perusahaan manufaktur garmen dan perusahaan pengekspor, yang didirikan pada 1980. 

Perusahaan ini berawal dari nenek Nico Po yang awalnya menjual kemeja yang dia jahit sendiri kepada teman-temannya di Semarang, Jawa Tengah. Bisnis tekstil tersebut dikembangkan melalui PT Golden Flower, yang masih ada hingga kini, bahkan memasok merek-merek ternama seperti Calvin Klein, Zara, dan Muji.  

Nico Po sendiri lahir di Semarang dan datang ke Singapura untuk mengenyam pendidikan, belajar komputasi di National University of Singapore (NUS). Dia memulai kariernya di bidang real estat di Singapura dan kemudian mengalihkan fokusnya kembali ke Indonesia, di mana kebutuhan perumahan dan infrastruktur meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi.

Pada 2018, Bloomberg mencatat kekayaan bersih Nico Po mencapai US$3,6 miliar, saat usianya baru 37 tahun. Dia mendulang kekayaannya mayoritas dari kepemilikan 85 persen perusahaan ayahnya, Pollux Properti, dan 90 persen saham di bisnis properti keluarga yang terdaftar di Singapura, Pollux Properties Ltd.

7. Sri Prakash Lohia

Sri Prakash Lohia adalah sosok pemilik PT Indo-Rama Synthetics Tbk, sebuah perusahaan tekstil yang berpusat di Jakarta. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki sejumlah pabrik yang tersebar di Indonesia, Uzbekistan, dan Turki. 

Dilansir dari Forbes real time net worth pada Jumat (5/7/2024), kini Lohia memiliki total kekayaan sebesar US$8miliar atau setara dengan Rp130,43 triliun. Lohia juga menjadi orang terkaya ke-5 di Indonesia. 

Sri Prakash Lohia merupakan keturunan India, lahir di Kolkata, India, pada 11 Juli 1952. Lohia merupakan pendiri perusahaan raksasa di bidang petrokomia dan tekstil, yakni Indorama Corporation. 

Dirinya merupakan lulusan dari Bachelor of Commerce di Universitas Delhi dan berpindah ke Indonesia pada tahun 1973 bersama dengan orang tuanya. Bersama dengan ayahnya, Mohan Lal Lohia, Lohia akhirnya merintis perusahaan tekstil bernama Indorama Synthetics sekitar pada sekitar 1976. 

8. Sumitro Hartono

Sumitro Hartono adalah pendiri Duniatex Group, produsen tekstil terbesar di Indonesia. Duniatex adalah perusahaan tekstil yang berfokus pada pemintalan, pertenunan, pencelupan, dan finishing. 

Perusahaan ini terdiri dari 18 perusahaan terbatas, tersebar di beberapa lokasi di lebih dari 150 hektar lahan. Duniatex didirikan pada 1974 dengan nama CV. DUNIATEX di Surakarta, beroperasi terutama di industri finishing pada tahun 1988. 

Melansir dari situsnya, kini Duniatex terus melebarkan sayapnya dengan mengembangkan sejumlah pabrik baru serta meningkatkan jumlah spindle hingga satu juta spindle saat ini dan meningkatkan kapasitas untuk memproduksi kain greige hingga 600 juta meter setiap tahunnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper