Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Mendiang Mohamed Al Fayed, Raksasa Bisnis dari Mesir yang Berjaya di Inggris

Kisah perjalanan bisnis taipan Mohammed Al Fayed hingga meraup kekayaan US$ 2 miliar, yang meninggal di usia 94 tahun
Mohammed Al Fayed/bloomberg
Mohammed Al Fayed/bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Taipan bisnis asal Mesir, Mohamed Al Fayed, dikabarkan meninggal dunia di usianya 94 tahun. Dia merupakan sosok sukses di balik toko Harrods Department Store dan klub sepak bola Fullham yang ternama di Inggris. 

Kematian Al Fayed membawa kita kembali ke masa kejayaannya, hingga keterlibatannya dalam sejumlah tragedi termasuk kematian Putri Kerajaan Inggris Diana

Seperti dilansir BBC, bagi seorang dari Mesir yang sering dianggap sebelah mata, dia kerap kali dianggap tidak signifikan. Namun, dengan segala keahlian bisnisnya dia dapat membuktikan bisa mencapai titik sukses dan menjadi perbincangan banyak orang atas kekayaannya di negeri orang. 

Kesuksesan pria yang lahir di Alexandria, Mesir, 27 Januari 1929 ini memang dicapai dengan tidak mudah dan menghadapi berbagai tantangan. Dia membangun kerajaan bisnisnya dari nol, dibantu dengan kepribadiannya yang menarik. 

Dia memulai karirnya hanya sebagai porter, tukang angkut tas, menjual minuman, dan mesin jahit sebelum menjadi salah satu miliader ternama di dunia pada tahun 1990-an. 

Dia tak pernah menolak jika ada kesempatan yang diberikan untuk bisa menanjak menuju kesuksesan dan merdeka secara finansial. 

Kepribadiannya yang ambisius membuatnya bisa membangun jaringan koneksi, bahkan bisa menikahi penulis ternama Samira Khashoogi, yang merupakan saudara dari miliader Adnan Khashoogi. 

Pernikahannya dengan keturunan keluarga Khashoogi juga membuka kesempatan untuknya masuk ke bisnis impor milik Khashoogi, bisnis minyak, pelayaran, hingga memiliki koneksi ke keluarga Kerajaan Inggris. 

Al-Fayed membangun kekayaannya mulai dari membuka usaha kecil-kecilan yang kemudian membuka jalan untuk mengantongi kesepakatan dan berbagai investasi yang menguntungkan dengan banyak orang kaya.

Dia berhasil menjadi jutawan pada 1960-an setelah bertemu dengan Penguasa Haiti, Doc Duvalier, dan sempat menjadi penasihat keuangan Sultan Brunei, hingga namanya terkenal sebagai salah satu pengusaha paling terkenal di dunia.

Atas koneksinya yang luar biasa, Al-Fayed juga sempat ditunjuk oleh mendiang penguasa di Dubai, Sheikh Rashid Al-Maktoum, untuk membangun emirat. Untuk mengerjakan proyek tersebut, Al Fayed merekrut sejumlah perusahaan dari Inggris untuk melakukan proyek konstruksi dan memulai moderenisasi Dubai. 

Mulai dari proyek tersebut, kekayaan Al Fayed terus menggunung hingga dia mengajukan untuk pindah dan menjadi penduduk Inggris pada 1974. Dia juga menambahkan “Al” pada namanya, menjadi Mohamed Al Fayed, bukan hanya Mohamed Fayed. 

Dia juga Dia bergabung dengan dewan konglomerat pertambangan Lonrho pada 1975, tetapi kemudian keluar sembilan bulan kemudian setelah perselisihan.

Kasus inilah yang mengawali perseteruan panjang antara Al Fayed dan kepala Lonrho, mendiang Tiny Rowland.

Dengan kekayaannya, dia juga mengakuisisi hotel Ritz di Paris bersama saudaranya pada 1979. Kemudian pada 1985, mereka membeli department store kelas atas, Harrods, di London dengan haarga £615 juta atau sekitar Rp11,74 triliun. Dia juga membuka sejumlah cabang toko dengan merek Harrods.

Tak sampai di situ, pada 1997, Al-Fayed mengakuisisi klub sepak bola Inggris Fulham. Di bawah kepemilikannya, Fulham berhasil naik ke Liga Premier Inggris dan mencapai final di Liga Eropa. 

Dia kemudian menjual klub tersebut pada 2013 kepada pengusaha lain, Shahid Khan, dengan harga sekitar US$300 juta. 

Tragedi Meninggalnya Putri Diana

Pada masa ini, keluarga Al-Fayed juga menjadi perbincangan lantaran hubungan putranya, Imad, yang lebih dikenal sebagai “Dodi”, dengan Putri Diana, istri Pangeran Charles, yang kini menjadi Raja Inggris.

Pada 1997, Diana dan Dodi tewas ketika mobil mereka mengalami kecelakaan tragis di Terowongan Alma di Paris.  Dalam laporan kriminal dikonfirmasi bahwa pengemudi mereka mabuk pada saat kecelakaan terjadi.

Atas kasus ini, hubungan Al Fayed dengan keluarga kerajaan merenggang. Terlebih, dia bersikeras bahwa elit penguasa Inggris bertanggung jawab atas kematian putranya dan Diana. 

Dengan kejadian itu, Harrods kemudian kehilangan hak istimewa kerajaannya dari Pangeran Philip, dan hubungan bisnis dengan Istana Buckingham serta department store yang terkenal itu menurun.  

Setelah itu, Al Fayed kemudian memutuskan mencabut semua hak istimewa yang tersisa untuk keluarga kerajaan dan pindah ke Swiss. Tak berhenti begitu saja, pada 2002, Al Fayed masih terus vokal dalam tuduhannya terhadap pemerintahan Inggris.

Pada Februari 2008, dia menuduh Philip, suami Ratu Elizabeth II, memerintahkan kematian putranya dan Diana.  Dia juga menuduh bahwa badan intelijen Inggris terlibat dalam kejadian kecelakaan tersebut.

Pada tahun 2010, Al-Fayed akhirnya menjual Harrods ke Qatar Holding seharga £1,5 miliar atau hampir mencapai Rp30 triliun. 

Tahun berikutnya, dia membiayai produksi film dokumenter berjudul “Unlawfull Killing,” di mana ia kembali menuduh Philip bertanggung jawab atas kematian putranya dan Diana. Film tersebut sempat ditayangkan di Festival Film Cannes, namun tak sampai dirilis ke publik karena terbentur masalah hukum.

Sepanjang hidupnya, Al-Fayed membangun sebuah kerajaan yang mencakup berbagai sektor, termasuk pelayaran, real estate, perbankan, ritel dan kontraktor, namun tetap berkomitmen pada filantropi.  

Mengutip Forbes, Al Fayed meninggal dunia dan meninggalkan kekayaan yang diperkirakan mencapai US$2 miliar atau sekitar Rp30 triliun. Dia meninggal sebagai orang paling kaya di Arab urutan ke-12.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper